P A R T - 1

10.1K 741 74
                                    

[PART 1]

+x+

“CHOI YEONJUN”

Teriakan yang terdengar samar namun masih tertangkap oleh telinganya, -lelaki itu- Yeonjun menolehkan kepala mencari asal suara dalam keramaian yang menghalangi pandangannya. Tapi tak lama ketika ia menemukan objek yang ia cari, keningnya mengernyit heran kala orang yang memanggilnya tampak terburu-buru dengan keringat mengucur deras di dahi.

“Ada apa denganmu?” tanyanya dengan tatapan menelisik.

“KAU INI SUDAH GILA?”

Yeonjun mendesah, ia langsung paham arah pembicaraan lelaki yang membentaknya. Kakinya memutar balik hendak kembali berjalan, merasa bahwa ini akan menjadi pembicaraan yang sia-sia saja.

“Kau mengabaikanku?”

“Kalau kau hanya akan berbicara tentang Arin, lebih baik kau diam saja sebelum mulutmu aku letakkan di alat pemotong daging otomatis!”

Lelaki itu bergidik ngeri walau ia yakin Yeonjun hanya melontarkan kalimat candaan, tapi nadanya yang dingin tetap saja membuatnya sedikit takut. Ia mendesah keras dan berakhir mengikuti Yeonjun, mensejajarkan tubuh mereka.

“Tapi kenapa? Beri aku alasan kenapa kau memutuskannya! Kau tahu Arin itu sangat terobsesi padamu, kau tak ingat saat ia hampir mencecoki racun adik tingkat yang mendekatimu?”

Yeonjun menghentikan langkah, ia menoleh memandang sahabatnya, “Jung Wooseok, kalau kau disodorkan gadis berpenyakit mental, apa kau mau menerimanya? Serius, Arin itu benar-benar gadis gila.”

“Kau pikir memutuskannya adalah hal benar? Bagaimana kalau dia mencelakaimu?”

“Aku ini laki-laki, jangan khawatirkan itu!” ucapnya lagi lalu hendak berjalan pergi, namun langkahnya terhenti kembali. Kini maniknya menghadapi satu sosok yang sudah lama tak ia temui.

“Yeonjun hyung, bisa kita bicara sebentar?”

+x+

Pergumulan asap dari dua cangkir berisi cairan candu hitam tampaknya hanya seperti sebuah pajangan belaka, sejak diletakkan oleh pelayan beberapa saat lalu keduanya tak tersentuh oleh dua lelaki di sana.  Entah kemana isi pikiran mereka hingga tak ada yang memulai pembicaraan. Yeonjun mendesah, ia tak tahan lagi harus berada dalam keadaan gila ini. Otaknya berputar memilih kalimat mana yang harus dirinya ucapkan pada lelaki itu. Rasanya terlalu aneh untuk mengatakan ‘Hai apa kabar adikku, lama tak bertemu’ atau ‘Bagaimana keadaanmu? Apa kuliahmu lancar?’ . Ya, mereka tak sedekat itu untuk mengatakan hal yang terdengar agak murahan.

“Jika kau hanya ingin diam, aku akan pergi,” ucap Yeonjun kemudian, ia tak tahu apa itu kalimat yang pas mengingat lelaki di depannya itu terlalu lembut untuk dirinya kasari.

“Aku minta bantuanmu, hyung!”

Yeonjun mendesah, ia tahu bahwa ada maksud tertentu kenapa lelaki itu menemuinya, “Kenapa? Kau ingin memintaku kembali ke rumah? Itu tak mungkin.”

“Aku tahu kau akan menolaknya, tapi aku datang bukan karena hal itu!” ia menarik napas perlahan, menetralkan perasaan gugupnya. Fakta bahwa ia sedikit takut dengan kakak tertuanya itu memang benar adanya, tatapan tajam Yeonjun selalu mengintimidasi seakan mengulitinya hidup-hidup. Ia jelas tahu bahwa kehadirannya adalah awal dari kehancuran seorang Choi Yeonjun.

Yeonjun mengurungkan niatnya pergi dan kembali menatap adiknya, Choi Soobin. “Lalu apa yang kau inginkan?”

“Beomgyu sakit.”

Eccedentesiast [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang