P A R T - 10

3.4K 540 32
                                    

[Part 10]

+×+


Benar kata buku, orang baik yang berubah karena tersakiti akan tetap baik saat dirinya di posisikan oleh suatu hal yang menentang hatinya. Yeonjun adalah satu contoh bahwa tak selamanya teori dan realitas saling berlawanan.

Sekuat apapun dia mengatakan bahwa dirinya tak peduli, sebanyak apapun kata menyakitkan yang ia lontarkan, sekeras apapun keputusannya untuk membenci. Kenyataan bahwa tangannya gemetar saat melihat Beomgyu yang sangat lemah, matanya memanas saat tahu lelaki itu berada diambang hidup dan mati dan hatinya teremas pilu karena takut kehilangan membuatnya sadar bahwa ia masih Yeonjun yang dulu.

Yeonjun ingin tertawa mengejek dirinya saat ini. Ia kalah.

Kalah karena kepeduliannya menendang ego yang ia bangun dengan sangat kuat hingga membentur titik terdalam hatinya.

Yeonjun menunduk, ia menatap pakaian rumah sakit yang kembali ia kenakan. Beberapa pemeriksaan kembali ia jalani beberapa waktu lalu dan sekarang ia menunggu hingga esok hari tiba. Keluarganya menyerah melawan Yeonjun yang keras kepala, faktanya bahwa Yeonjun memang lelaki yang susah dilawan.

"Hyung ingin makan sesuatu sebelum berpuasa? Akan aku belikan."

Yeonjun menggeleng, ia memilih memainkan ponselnya dibanding merespon Soobin dengan perkataan.

"Bagaimana rasanya bisa mengajar mahasiswa? Sesekali aku ingin hyung mengajariku."

Yeonjun masih diam.

"Ah iya, jurusan kita beda. Em- ah temanku bilang meraka fansmu. Mereka sangat ribut di grup kakaotalk, aku juga tidak tahu bagaimana mereka bisa tahu kalau kau kakakku. Katanya hyung keren."

Kini Soobin menggaruk tengkuknya karena lagi-lagi tidak direspon. Lelaki itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Pacar hyung cantik, kami bertemu sebelum hyung sadar."

"Kau pacaran saja dengannya, kami sudah putus."

Soobin menahan tawanya, ternyata topik ini bisa membuat Yeonjun meresponnya. "Bilang saja cemburu karena aku memujinya."

Yeonjun memutar bola matanya, "Lagipula... dia pergi meninggalkanku." ucapnya lalu meletakkan ponselnya. Ia lalu menatap Soobin. "Kau sengaja memancing emosiku dengan membuka pembicaraan tentangnya kan?"

Soobin bukannya takut dengan tatapan Yeonjun, ia malah tertawa.

"Aku bisa melihat tatapan cinta dari mata hyung."

"Jangan sok tahu!"

Soobin berdehem pelan, "Walau dia pergi, genggam kembali. Cari dia, buktikan kekuatan cinta itu ada."

Yeonjun kini berdecak kesal, "Aku sudah berusaha keras lepas dari genggaman gadis gila itu, jadi untuk apa aku menggenggamnya kembali. Bagus dia baik-baik saja setelah kejadian itu dan memilih pergi dari hadapanku."

Soobin tersenyum lebar, lesungnya tertarik begitu dalam. "Jangan menyesal dikemudian hari!"

"Aku tidak menyesal!" Yeonjun melipat tangannya di dada lalu memilih membaringkan tubuh dengan posisi membelakangi Soobin.

"Aku harus berterima kasih ke Arin noona karena membuatku melihat ekspresi menggemaskan hyung."

"Keluar!"

"Aku mengerti, tapi hyung benar-benar tak ingin makan sesuatu? Masih ada waktu beberapa jam."

"Aku bilang keluar!" suaranya meninggi.

Eccedentesiast [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang