[Part 12]
+×+
Tubuhnya terdiam, bibirnya keluh, matanya hanya memokuskan satu objek di sana. Yeonjun tak tahu, ia tak tahu apa yang harus dirinya lakukan. Suara di sekitar seakan tersedot menjauhinya, perkataan orang-orang tak bisa didengarnya.Soobin tiba di samping, menepuk. Namun Yeonjun tetap tak bisa mendengar apa yang lelaki itu katakan. Ucapan lelaki itu ditolak oleh otaknya untuk diproses, ia bahkan tak bisa menangkap gerak bibir lelaki itu.
Apa yang terjadi?
"Hyung, sadarlah!"
Sebulir air mata jatuh, ia merasakannya namun kenapa tubuhnya menolak untuk merespon keinginannya.
Ia menangis?
Soobin tak mendapat jawaban, kakinya berlari menuju ayahnya yang mendekap ibunya dalam gelisah.
"Ayah, Beomgyu kenapa?"
"Trombositnya turun, tubuhnya tiba-tiba menolak sumsum itu. Dokter bilang kita harus menyiapkan kemungkinan terburuk, jika trombositnya terus turun, pendarahan bisa saja terjadi dan nyawa Beomgyu sulit diselamatkan."
Soobin terkesiap, kakinya selangkah mundur. Perkataan itu seperti batu gunung yang longsor tepat mengenainya. Kenapa disaat harapannya sudah berada di puncak, ia kembali dihempaskan sesakit ini?
Kenapa tubuh Beomgyu menolaknya? Bukankah dua hari belakangan dirinya baik-baik saja? Bukankah Beomgyu mengalami kemajuan besar selama ini? Kenapa?
Pertanyaan itu terus berputar, hingga netranya kembali berpusat ke Yeonjun.
Yeonjun...
Seketika ada satu perasaan yang perlahan naik, membuat tangannya terkepal erat dan kembali mendekati Yeonjun.
"Hyung tahu sesuatu?"
Yeonjun masih diam, lelaki itu tak berkutik. Tak ada anggukan ataupun gelengan yang membuat Soobin bisa berdamai dengan perasaan yang tiba-tiba melingkupinya.
"YAK, CHOI YEONJUN!"
Beberapa pasang mata menghentikan aktivitas, memandang lelaki yang membuat mereka berjengit kaget.
"Soobin-ah," ayahnya menegur pelan. Namun lelaki itu nampak tak peduli. Dirinya masih setia memandang Yeonjun, kali ini tak ada kelembutan di tatapannya. Soobin terlihat sangat marah.
Hingga beberapa detik tanpa respon yang diinginkan...
BUGH
Yeonjun tersungkur jatuh, membuatnya tersadar sepenuhnya. Suara yang sebelumnya menghilang kini kembali menyapanya. Tubuh yang tak bisa ia gerakkan kini mulai merespon. Yeonjun, menoleh menatap Soobin yang baru saja memukulnya dengan sangat keras. Terbukti bahwa sudut bibirnya berdarah dengan pipi memerah.
"Choi Soobin!" Sanhyuk hendak melerai kedua anaknya namun Soobin jauh lebih cepat. Lelaki itu sudah setengah berjongkok sambil menarik kerah baju Yeonjun.
Pertama kali dalam hidup Yeonjun, ia melihat Soobin marah.
"Katakan apa yang hyung tahu? Beomgyu baik-baik saja selama ini, tak mungkin ini terjadi tanpa sebab. Hyung menemuinya? Hyung mengatakan apa padanya? Hyung melukai perasaannya?"
Yeonjun menarik napas dalam memandang Soobin lamat, "Beomgyu tahu aku adalah pendonornya."
Rahang Soobin mengeras, ia hendak memukul Yeonjun kembali namun saat ia sadar kakak tertuanya itu menangis. Ia menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [✔]
FanfictionTOMORROW X TOGETHER STORY [COMPLETE] +×+ Eccedentesiast; "Seseorang yang tersenyum di balik kesakitannya."