The Untimed : Kesengsaraan

1.1K 108 6
                                    

Wei Wuxian terlihat begitu cemas mendengar berita tentang perang yang terjadi di kota Yung Meng.

"Wen Ning, tetaplah di sini bersama dengan Lan Zhan," pinta Wei Wuxian. Ia pun segera berangkat ke ke kota teratai tempat ia dibesarkan.

Namun, tangan Lan Wangji menghentikan langkah Wei Wuxian pergi.

"Biarkan aku ikut bersamamu," ucap Lan Wangji.

"Tidak Lan Zhan. Kau belum pulih benar," ujar Wei Wuxian.

"Percayalah padaku. Aku baik-baik saja," gumam Lan Wangji.

Mendengar ucapan dari temannya sendiri,  Wei Wuxian tentu tidak dapat menolak Lan Wangji yang ingin ikut bersamanya.

Ia mengangguk tanda bahwa ia mengizinkan Lan Wangji pergi bersamanya.

Ketiga kesatria tangguh itu berjalan melewati banyak rintangan demi tiba di kota Yung Meng dengan cepat.

***

Setibanya di tempat tujuan, Wei Wuxian mendapati Jiang Cheng serta kakak perempuannya sedang duduk di tepi danau dengan keadaan bersedih.

Ia segera menghampiri keduanya, ketika Jiang Cheng melihat Wei Wuxian datang menghampiri dirinya tiba-tiba dia mendorong Wei Wuxian hingga terjatuh ke tanah. Melihat kejadian tersebut pun Lan Wangji serta Wen Ning segera membantu Wei Wuxian kembali berdiri.

"Ini semua salahmu." Jiang Cheng begitu marah terhadap Wei Wuxian. Ia terus menerus menyalahkannya atas kehancuran Yung Meng.

"Apa maksudmu?" tanya Wei Wuxian, ia kebingungan karena tiba-tiba Jiang Cheng menyalahkannya tanpa menjelaskan apapun.

"Pergi kamu dari sini!" Jiang Cheng mengusir Wei Wuxian dari tanah Yung Meng, tetapi Wei Wuxian mengabaikan ucapan dari Jiang Cheng, karena ia tahu bahwa sodaranya itu sedang marah kepadanya.

"Kakak perempuan, apa yang terjadi? Di mana paman dan bibi?" tanya Wei Wuxian kepada Jiang Yang Li yang termenung menatap tenangnya danau. Namun, perempuan berambut panjang itu hanya diam sehingga adiknya yang menjawab pertanyaan dari Wei Wuxian.

"Mereka sudah mati," jawab Jiang Cheng.

Mendengar jawaban dari Jiang Cheng tentu membuat Wei Wuxian terkejut hingga ia memundurkan langkah kakinya ke belakang. 

"Ini tidak mungkin," ucap Wei Wuxian, ia sama sekali tidak percaya bahwa paman serta bibinya telah tiada.

"Wei Ying, tenanglah." Sebagai teman yang baik, Lan Zhan berusaha membuat hati Wei Wuxian tetap kuat dan tegar.

Air mata pun turun di kedua pipi tirus Wei Wuxian, tetapi dalam hitungan detik ia segera menghapus kembali buliran jernih yang membasahi wajahnya, dengan segera ia berjalan menuju istana Yung Meng untuk melakukan pembalasan terhadap paman serta bibinya yang telah meninggal dunia.

Namun, lagi-lagi Lan Wangji menghentikan langkah Wei Wuxian pergi. Ia tidak ingin jika Wen Qhisan sampai melukai temannya itu.

"Jangan mencoba menghentikanku, Lan Zhan." Wei Wuxian merasa kesal, ia menghempaskan tangan Lan Wangji yang memegang tangannya.

Saat Wei Wuxian kembali melangkahkan kakinya, Jiang Yan Li beranjak dari tempatnya lalu meminta Wei Wuxian untuk duduk bersamanya.

"Ke marilah," pinta Jiang Yang Li.

Wei Wuxian pun menuruti pinta kakaknya tersebut, sehingga kini ia duduk di samping kakaknya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Kakak, maafkan aku."

Jiang Yang Li menarik tubuh Wei Wuxian dan Jiang Cheng ke dalam dekapan hangatnya.

"Jangan ada yang berpisah. Kita bertiga bersaudara harus tetap bersama. Kalo pun kalian ingin membalas dendam, ingatlah jangan sampai membahayakan nyawa kalian. Aku tidak punya siapapun di dunia ini selain kalian berdua," jelas Jiang Yang Li.

"Aku berjanji padamu, Kak. Aku 'kan membangun kembali kota Yung Meng," tutur Wei Wuxian.

"Apa dengan cara membangun kota ini kembali, ayah dan ibu 'kan kembali juga? Jika saja kau tidak menyalamatkan Lan Wangji, mungkin semua ini tidak 'kan pernah terjadi," ujar Jiang Cheng.

Sebagai yang tertua, tentu saja Jiang Yang Li mencoba untuk membuat Jiang Cheng agar tidak terus-menerus menyalahkan Wei Wuxian. Ia sama  sekali tidak ingin jika kedua adiknya itu bertengkar.

"Tidak ada yang salah dalam hal ini. Semua ini terjadi atas kehendak Tuhan," ucap Jiang Yang Li.

Melihat suasana haru tersebut, membuat Lan Wangji tersentuh. Ia tidak pernah melihat kesedihan yang dalam dari mata Wei Wuxian. Hal tersebut membuat ia begitu lemah seakan kesedihan Wei Wuxian juga menyerang batinnya, dan merasakan betapa sakitnya ditinggalkan orang tersayang.

"Sebaiknya kita semua segera pergi dari sini, prajurit Wen mulai menyebar untuk menangkap anggota keluarga Yung Meng," jelas Wen Ning.

"Aku tidak mau." Jiang Cheng menolak pergi.

"Ah-cheng, kita harus pergi. Jika Wen Qhisan membunuh kita bagaimana?" tanya Jiang Yang Li.

"Aku tidak takut dengannya."

"Aku tahu kamu pemberani, tetapi kamu tidak boleh gegabah. Harus ada rencana untuk melawan dia agar kita bisa membawa jasad ayah dan ibu."

Setelah Jiang Yang Li menjelaskan kepada adiknya, pada akhirnya Jiang Cheng beranjak dari tempatnya lalu mereka semua pergi dari kota Yung Meng. Mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.

Bersambung.

The Untimed ( WangXian ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang