The Untimed : Kematian Lan Xichen

2.8K 100 6
                                    


Setelah kematian Wen Qhisan serta ayahnya yaitu Wen Rouhan, Meng Yao tanpa belas kasih mengeksekusi Wen Zhuliu dengan memenggal kepalanya menggunakan pedang MeiYou Likai.

Kini kemenangan ada di tangan Meng Yao, dan Lan Xichen. Kedua orang ini telah menjadi penguasa kota Wen, bukan hanya kota Wen saja melainkan beberapa kerajaan sebelumnya yang sudah Wen Qhisan taklukan kini berpindah alih mengjadi milik Meng Yao dan Lan Xichen.

***

Lan Xichen duduk di kursi belapis emas milik Wen Rouhan, ia dengan gagahnya memerintahkan beberapa prajurit Wen yang masih hidup untuk bersujud di bawah kakinya.

Meng Yao tersenyum lebar melihatnya. Namun, di balik senyumnya ada rencana jahat yang ia siapkan untuk kakaknya yaitu Lan Xichen.

"Kita telah memenangkan perang ini, Kak," ucap Meng Yao.

"Selamat untuk kita," ujar Lan Xichen merasa bahagia atas keberhasilannya.

"Sekarang aku meminta bagianku." Kali ini Xue Yang yang berujar. Ia meminta bagian atas kemenangan Meng Yao dan Lan Xichen.

Xue Yang diajak kerjasama oleh Meng Yao untuk membantunya membunuh keluarga Wen, tanpa pikir panjang tentu saja Xue Yang mau menerima kerjasama tersebut.

"Kau 'kan dapatkan kerajaan dibagian timur, dekat dengan kota Yiling," ujar Meng Yao.

"Hmm ... terima kasih," jawab Xue Yang, tersenyum di hadapan Meng Yao.

Lan Xichen beranjak dari tempatnya dan menghampiri Meng Yao, serta Xue Yang.

"Ini berkat kerjasama tim, akhirya aku menjadi penguasa di muka bumi ini," gumam Lan Xichen.

Ketiga orang itu tertawa dengan meminum arak Tiao untuk merayakan kemenangan ini.

"Bersulang," ucap Lan Xichen.

Tring!

Suara sentuhan gelas kaca, bergitu nyaring di telinga, ketiganya tampak begitu menikmati perayaan tersebut.

****

Ketika Lan Xichen sudah benar-benar mabuk, Meng Yao mengangkat Celurit Nagawari untuk menyerang Lan Xichen.

Sedangkan Lan Xichen terkejut dengan Meng Yao yang tiba-tiba menyerangnya.

Karena posisinya sedang dalam bahaya, mau tidak mau mengharuskan Lan Xichen untuk melawan Meng Yao.

"Yao, apa yang kamu lakukan?" tanya Lan Xichen yang merasa panik, karena takut melukai adiknya itu.

"Aku 'kan membunuhmu," ucap Meng Yao dengan senyuman menyeringai.

Kedua kakak beradik itu saling menyerang sedangkan Xue Yang hanya duduk di kursi dengan menikmati kue kering yang baru saja disediakan oleh pelayan Wen.

Lan Xichen tanpa sengaja pedangkan melukai lengan kiri Meng Yao.

"Maafkan aku," ujar Lan Xichen.

Meng Yao terlihat marah, ia memegang lengannya yang tersayat oleh pedang MeiYou Likai. Terasa begitu perih, hingga pria berbibir tipis itu memekik kesakitan.

Ia kembali menyerang Lan Xichen. Namun, takdir berkata lain, Meng Yao terbunuh oleh pedang MeiYou Likai, tubuhnya memburu saat pedang itu menusuk perutnya dan membuat Meng Yao meninggal di tempat kejadian.

Prok!

Prok!

Prok!

Tepukan gemuru terdengar saat Lan Xichen memenangkan pertarungan dengan Meng Yao.

Xue Yang memberi sambutan meriah atas keberhasilannya membunuh Meng Yao.

"Selamat, sekarang kau resmi jadi penguasa," tutur Xue Yang.

"Aku tidak sengaja membunuhnya," ujar Lan Xichen.

Ia mengampiri tubuh Meng Yao yang sudah tergeletak di lantai dengan pedang yang masih menancap pada tubuhnya, saat Lan Xichen sedang lengah, tiba-tiba Xue Yang mengambil tombak untuk membunuh Lan Xichen.

Ia bergerak secara perlahan agar Lan Xichen tidak mendengar pergerakannya, lalu Xue Yang mengangkat tinggi-tinggi  tombak di genggamnya dan mulai menjalankan aksinya.

Ketika tombak tersebut berhasil menancap pada tubuh Lan Xichen, di saat bersamaan, Lan Wangji memanah Xue Yang dari arah belakang hingga membuat Xue Yang mati seketika.

"Kakak!" teriak Lan Wangji dari arah kejauhan. Ia  berlari menghampiri kakaknya yang sudah tidak berdaya.

"Wangji, maafkan kakak," ucap Lan Xichen.

Lan Wangji meletakan kepala Lan Xichen di pangkuannya, dengan derai air mata yang mengalir di pipinya.

"Kakak, bertahanlah."

Lan Wangji menyalurkan sihir penyembuh, untuk menyembuhkan luka di tubuh Lan Xichen, tetapi tangan Lan Xichen mencegah Lan Wangji untuk mengobatinya.

"Percuma, aku sudah tidak kuat lagi, Wangji."

"Tolong, jangan katakan itu, Kak."

"Wangji, maaf ... karena yang menyebabkan kekacauan di bumi, semua itu perbuatanku."

"Aku tahu."

"Wangji, tolong jaga paman untukku."

"Hmmm."

Lan Xichen menutup kedua matanya rapat, dan ia pun menghembuskan napas terakhirnya.

"Kakak!"

Wangji terus menangis dengan memeluk tubuh kakaknya yang sudah tidak bernyawa.

Bersambung.

The Untimed ( WangXian ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang