#Gus_Zaidan
Bagian 9
Penulis
Bapak ayam (Gilhan)Sebagian besar permasalahan dalam rumah tangga, karena hadirnya orang ketiga.
--Gus Zaidan--
Sesuai permintaan Abah. Seminggu di rumah Jingga, setelah itu kami langsung balik ke pondok. Rencananya akan menginap beberapa hari di tempat Abah. Berhubung Abah sendirian di pondok. Sedangkan Gus Ilham, sibuk bulan madu. Bikin orang lain iri saja.
Sesampainya di pondok kami langsung disambut baik oleh para santri. Banyak teman seperjuangan yang mengucapkan selamat. Tak jarang juga, ada yang meminta maaf karena tidak bisa hadir di hari pernikahan kami.
Tak sedikit pula yang menatap kagum Jingga. Mungkin karena manisnya. Terutama santriwati. Begitu sampai di pintu rumah Abah, Gus Rofiq datang menghampiri. Seperti tidak ada orang lain saja di pesantren ini.
“Gus? Apa kabar?”
Jika berbicara soal kabar tentu saja aku kurang baik. Jika bukan gara-gara dia ember, rencanaku mungkin sudah berjalan sukses.
“Alhamdulillah.” Kutanggapi dengan senyuman hangat. “Basi-basinya entaran aja ya, Fiq. Beres-beres dulu.” pamitku undur diri, kasihan Jingga jika harus mengangkat barang bawaan sendiri.
Gus Rofiq mengiyakan. Lalu, pergi.
Aku segera berlalu memasuki kamar. Kamar yang kadang aku tempati selain di bilik. Biasanya, aku lebih sering menghabiskan waktu di bilik bersama teman-teman yang lain.
Sepertinya Abah juga sedang di luar. Jika sudah balik ke pondok aku bisa mengisi pengajian lagi. Biarpun hanya beberapa hari tinggal di sini.
“Jingga?” Dia terlihat sedang sibuk. Ada hal yang ingin ku sampaikan padanya.
“Iya, Gus. Ada apa?” Dia menghentikan aktivitasnya.
“Gus mau bicara, penting, ” ujarku sambil mendekat kearahnya.
“Jangan bilang kata-kata manis, Gus. Jingga enggak mau dengar kata mutiara dari google lagi.”
Perempuan memang pengingat yang baik. Sudah gagal sekali, mana mungkin memakai teknik yang sama lagi.
“Bukan itu, Gus cuman mau bilang. Mungkin nanti malam, pengajian di komplek putri Gus yang isi,” terangku masih menatap teduh kearahnya.
Dia terlihat sedang berpikir. Aku meraih tangannya, lalu terlintas dalam pikiran ini untuk mengujinya.
“Dari dulu Abah sudah memberi mandat untuk mengajar di kelas 6A. Malahan sempat di jodohkan dengan salah satu santri di sana.”
Sepertinya aku berhasil, penjelasanku barusan merubah perlahan raut wajah Jingga. Aku masih memanasinya.“Bahkan Abah juga pernah menjodohkan Gus dengan Faiza. Santriwati terpopuler di sini.”
“Oh ... ya, terus kenapa Gus tolak? Kan bagus loh, Gus terkenal dengan santri terbaik.” Jingga mulai tersulut dengan perkataanku.
Jika dipikir-pikir lagi, memang benar adanya, Abah pernah menjodohkanku dengan salah satu santri di sini. Faiza namanya, hanya saja aku tidak tertarik sama sekali. Bukan jodoh namanya.
“Eumm ... mungkin jadi istri kedua nanti,” candaanku sukses membuat wajahnya menegang sekaligus mendapat plototan tajam. Wanita memang sangat sensi jika menyangkut masalah madu.
Cemburu atau marah, aku tidak tahu mana yang benar sekarang. Dia kembali tersenyum jahil. Entah apa yang merasukinya kali ini? Berjalan mendekat, semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order)
Ficção AdolescenteEnd season 1 (Part masih lengkap) Sebagian cerita diunpublish demi kepentingan penerbitan 🙏🙏 Membangun betra rumah tangga dengan orang yang belum kita kenal. Sungguh itu di luar perkiraan. Namun, jika takdir mengharuskan demikian. Maka, aku tidak...