Cinta tak pernah mati sekalipun pemilik hati telah mendahului.
~Gilhan~
=====
Air bisa menyatukan bahan besi, semen, kerikil, pasir sehingga menjadi beton yang kokoh. Begitu juga dengan hati yang lembut dan bijaksana. Seperti halnya ketika api kalah dengan air. Manusia butuh pendingin ketika rasanya telah mendidih bukan bom waktu yang siap meledak ketika amarah memuncak.
Begitupun dalam rumah tangga, segalanya tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Ibarat lautan, terlihat indah ketika dipandang di tepi pantai. Namun, sesekali cobalah untuk berlayar di dalamnya selama beberapa hari. Sejak itulah kau akan tahu bahwa lautan menyimpan misteri kelam. Sama halnya dengan pernikahan, indah dan menyenangkan terlihat dari luar.
Bukankah butuh kedewasaan dan ketangguhan untuk tetap selamat ketika berada di tengah badai yang siap menghantam kapan saja? Di balik itu semua tidak perlu takut untuk membangun sebuah kapal untuk berlayar. Hanya perlu menyiapkan mental dan ketangguhan untuk siap melewati masalah yang akan terjadi.
Di dalam kamar Jingga terus menangis sesenggukan sejak sore tadi. Hampir dua jam ia mengurung diri di kamar. Aku sama sekali tidak paham dengan jalan pikirannya. Apa mungkin ibu hamil lebih sensitif dari biasanya? Entahlah. Rasa khawatir terus menjadi-jadi, di usia kehamilannya yang sudah memasuki tujuh bulanan bukan tidak mungkin tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Nauzubillahi minzalik.
"Ning, buka pintunya atuh!" Sejak ia mengurung diri tak henti-hentinya aku membujuk agar dia mau keluar. Segala cara kukerahkan untuk meluluhkan hatinya.
"Gus, jahat pisan sama Jingga. Hiks ... katanya sayang ... hiks ... buktinya?" Salahku opo toh? Kudu piye? Mengaku salah padahal tidak tahu apa-apa. Herman aku dibuatnya.
"Memangnya, Gus apain Ning Jingga? Bidadari Gus satu-satunya."
"Gus pikir sendiri!" sahutnya di balik pintu. Untuk sesaat tangisan itu tak lagi terdengar. Syukurlah. Namun, nada ketus belum juga menghilang.
"Mikir apa, Ning? Gus enggak ngerti apa masalahnya."
"Terus? Apa yang Gus pikirin selama ini?"
"Kamu."
Tak terdengar lagi sahutan dari dalam. Sulit sekali untuk menerka isi pikirannya. Aku yang kurang peka atau dia yang lebih sensitif ketika hamil? Di luar kamar aku terus menunggu hingga tak terasa kakiku sudah pegal-pegal karena terlalu lama berdiri.
"Ning?"
Kuketuk pintu kamar sekali lagi sebelum sosoknya muncul di balik pintu. Segera kutarik tanganku yang terulur tepat di atas kepalanya.
Tanpa aba-aba Jingga langsung menyodorkan benda pipih yang ada ditangannya. Tatapan dingin dan datar dengan mata sembab dia suguhkan untukku dan kembali ke tempat persembunyian.Merajuk lagi?
Aish ... kali ini lebih parah dari biasanya. Laki-laki memang selalu salah.
Kuputuskan untuk segera menjauh mencari ketenangan sejenak. Mencari udara segar sambil mencari tahu salahku kali ini dimana?
Katanya hari ini tanggal cantik 2-2-2020. Enggak perlu latah! Bagi sudah ada yang punya diem aja, yang masih jomblo silahkan melamar siapa tahu anda beruntung. Gagal ya coba lagi!Perasaanku seperti ada yang janggal ketika mengingat tanggal tersebut. Rasanya ada yang kurang, Kuputar memori mencari ingatan yang hilang mengenai tanggal ini. Tak kutemukan hal yang mencolok sama sekali.
Ada apa dengan tanggal 2-2-2020?
Apa?
Apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order)
Ficção AdolescenteEnd season 1 (Part masih lengkap) Sebagian cerita diunpublish demi kepentingan penerbitan 🙏🙏 Membangun betra rumah tangga dengan orang yang belum kita kenal. Sungguh itu di luar perkiraan. Namun, jika takdir mengharuskan demikian. Maka, aku tidak...