"Ekhem?!"
Aku menarik diri agar tidak lagi dengan Jingga karena mendengar suara sumbang di belakangku.
Pagi-pagi sudah menggangu orang pacaran.
Hedeuh ....
"Afwan ganggu, ana boleh masuk,kan ukhti wa akhi?"
Masyaallah suaranya mendayu-dayu baikan mobil mogok. Pengen kutempeleng palanya.
"Tumben pagi-pagi ke sini. Ada hal penting apa?" tanyaku tak sabaran.
Ia berdecak sebal mendengar pertanyaanku yang datar. Sedangkan teman di sampingnya hanya tersenyum miring.
"Mau jenguk kakak ipar," imbuhnya melewatiku begitu saja. Hei, hei ane di sini.
"Masih pagi udah ganggu," balasku tak kalah sengit.
Ia tak menghiraukan ocehanku. "Baby Al. Paman datang jengukin nih. Bapakmu itu loh galak pisan sama paman." Jari-jarinya membelai pipi tembem anakku. Dasar!
"Paman, paman, jangan pegang-pegang!" sergahku, menjauhkan Al darinya.
"Dasar pelit!"
"Baby Al lagi bobok paman. Nanti kalau udah gede ajakin jalan-jalan ya, paman?" Jingga ikut bicara.
"Baby-nya ganteng seperti ibunya."
Apa? Yang ganteng itu aku bukan Jingga. Ada apa dengan sahabatku ini? Sepertinya kewarasan mereka perlu dipertanyakan.
Jingga terkekeh geli melihatku yang setengah kesal. "Tampan seperti ayahnya," imbuh Jingga membuatku seketika ingin mencium keningnya. Istri pengertian.
"Makanya buruan nikah biar enggak sirik dengan ketampanan anak orang," ujarku membuat Rofiq mengerang.
Pria itu memutar bola matanya malas."Mulailah, nyindir sana nyindir sini," balasnya tak mau kalah sedikitpun.
Sedangkan Gus Atha hanya terdiam sesekali terkekeh geli mendengar obrolan kami.
"Bukan nyindir Gus. Tapi kenyataan, buruan ente nikah biar banyak ponakanku," timpal Gus Atha sambil cengengesan.
Dari tadi kulihat dia terus-terusan tersenyum sendiri. "Lama tidak bertemu banyak perkembangan sahabatku. Terutama ente Fiq, periksa kejiwaan," tunjukkan pada Rofiq yang tengah sibuk menggangu Al. Pengen di timpuk pake sendal jepit itu anak.
"Husss ... enggak baik nge-bully sahabat sendiri. Jodohnya Gus Rofiq masih nyangkut di tanah Abang mungkin." Jingga menengahi perbincangan kami.
"Nah, ente denger Fiq. Jemput itu jodoh bukan di tunggu," sahutku.
Gus Atha menghela nafas. "Kalau enggak di jemput jangan salahkan orang lain jika kesalip," ujarnya membuat semua yang berada di ruangan tertawa.
"Jomblo mulu dipojokin."
"Bukan dipojokin Fiq, tapi kenyataan."
Aku dan Gus Atha saling melempar pandangan. Kemudian kembali tertawa terbahak melihat ekspresi kesal Gus Rofiq.
Jomblo terzalimi.
Kalau saja ia tidak menolak perjodohan yang telah ditetapkan Abinya. Mungkin saat ini ia sudah punya anak dua. Gus Rofiq lebih memilih menolak perjodohan untuk mengerja cintanya sendiri. Sayangnya usahanya tak berjalan mulus.
Gadis yang ia cintai malah menikah dengan sahabatnya sendiri. Miris bukan? Jika saja dia tahu akan berakhir sesakit itu, ia lebih memilih mundur sejak awal. Untuk apa berjuang jika tidak dihargai sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order)
Fiksi RemajaEnd season 1 (Part masih lengkap) Sebagian cerita diunpublish demi kepentingan penerbitan 🙏🙏 Membangun betra rumah tangga dengan orang yang belum kita kenal. Sungguh itu di luar perkiraan. Namun, jika takdir mengharuskan demikian. Maka, aku tidak...