Presidential Election

209 27 12
                                    

"Nyonya?" Panggil Yoongi sembari melambaikan tangan di depan wajah ibu Hyossang.

Detik berikutnya ibu Hyossang tersentak, "Ah iya? Maafkan saya yang jadi melamun, apakah yang nak Yoongi katakan benar?" Tanya ibu Hyossang.

"Benar ibu, saya Kim Namjoon, datang untuk melamar putri ibu, Jung Hyossang." Kata Namjoon dengan mantap, kali ini Hyossang ingin pingsan saja rasanya, ia tak percaya Namjoon benar-benar melakukan ini.

Ayah Hyossang yang sedari tadi sibuk di dalam rumah tiba-tiba keluar.
"Kau yakin dengan apa yang kau katakan nak? Menikah itu bukan hal main-main, ketika kalian menikah, kalian sudah tidak bisa seenaknya memutuskan hubungan atau meninggalkan satu sama lain jika ada masalah." Kata ayah Hyossang.

Mendadak Namjoon merasa bersalah, ia tau benar apa maksud perkataan calon ayah mertuanya ini.

"Namjoon akan berusaha bersikap sedewasa mungkin, mohon bimbingan dan restunya ayah." Kata Namjoon.

"Kau pria yang sopan nak, Hyossang juga pernah menceritakan tentangmu pada kami dulu, kalian sudah mengenal satu sama lain cukup lama kan? Ku rasa tidak ada lagi yang perlu kukatakan, silahkan tanyakan pada Hyossang apakah dia menerima lamaran ini." Semua pandangan kini tertuju pada Hyossang.

"Bagaimana Jung ahgassi?" Tanya Namjoon.

Susah payah Hyossang mengatur nafas, lehernya seperti tercekat dan lidahnya kelu, sungguh Hyossang benci situasi seperti ini.

"Mmmm, aku tidak bisa memberi jawaban sekarang, boleh aku meminta waktu untuk memikirkan hal ini terlebih dahulu?" Hyossang akhrnya bisa memberikan jawaban.

"Baiklah, kau bisa memikirkannya dulu, aku akan menunggu." Namjoon tersenyum simpul.

"Ah sepertinya kami harus segera pamit, kami harus segera kembali ke Seoul untuk mempersiapkan segala hal menuju pemilihan presiden, terima kasih atas jamuannya nyonya." Ucap Yoongi.

"Kalian terburu-buru sekali, tidak mau tinggal lebih lama?" Tawar ibu Hyossang.

"Terima kasih atas tawarannya ibu, tapi kami harus segera kembali." Sahut Namjoon.

"Baiklah kalian orang-orang sibuk, mampirlah kalau ada waktu luang." Kata ibu Hyossang.

Mereka semua membungkukkan badan kemudian segera masuk ke dalam mobil, Namjoon memandang Hyossang lekat sebelum mobil mulai bergerak, tatapan menunggu jawaban, tatapan penuh harapan, yang hanya disambut anggukan kecil oleh Hyossang. Detik berikutnya Namjoon menutup kaca mobilnya dan mobil melaju kembali menuju Seoul.

Hari ini adalah hari pesta demokrasi rakyat Korea. Hari ini pemilihan presiden dilaksanakan dengan 2 kandidat yang memperebutkan kursi jabatan tertinggi di Korea, dua kandidat yang sama-sama bermarga Kim yaitu tuan Kim Ji Suk yang tidak lain adalah ayah Kim Taehyung yang mendapat nomer urut 1 dan tuan Kim Jang Hyun, ayah Kim Namjoon di nomer urut 2.

Pagi-pagi sekali Namjoon serta Mr. dan Mrs. Kim sudah bersiap-siap, mereka amat sangat antusias dengan hari ini. Yoongi juga sudah berada di puri keluarga Kim, sebenarnya semalam Namjoon meminta pamannya itu untuk menginap namun pamannya menolak dan memilih untuk pulang ke apartemennya. Setelah menemui kakak, kakak ipar dan keponakannya, Yoongi bergegas berangkat ke Daegu, karena perjalanan yang memakan waktu lama maka ia harus rela berangkat lebih awal agar sampai di Daegu tepat waktu.

Menurut instruksi dari Mr. Kim semalam, hari ini mereka akan menyebar, Jungkook akan mengawasi pemilihan di daerah Busan, Jimin akan mengawasi pemilihan di daerah Ilsan, Hoseok daerah Gwangju, Yoongi di daerah Daegu sedangkan Namjoon akan mendampingi ayahnya tetap di Seoul. Pengamanan di puri keluarga Kim juga sudah diperketat, guna menghindari segala hal yang tidak diinginkan.

SUE IT! [BTS RM] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang