Kini Hyossang duduk di bangku taman setelah Jungkook berhasil membujuknya untuk berdiri. Jungkook tidak tau masalah sebenarnya diantara mereka berdua, yang jelas setelah sidang usai tadi, Yoongi meminta Jungkook untuk mengikuti Namjoon dan Jungkook harus menjadi saksi kejadian tragis itu.
"Sabar noona, aku tau ini tidak mudah tapi berhentilah menangis." Kata Jungkook sembari mengelus pundak Hyossang, berharap wanita di sebelahnya ini berhenti menangis, namun air mata Hyossang masih terus mengalir, membuat perasaan Jungkook ikut terenyuh.
Satu jam lebih Hyossang menangis sesenggukan di taman di temani Jungkook, kini perasaan Hyossang sudah mulai membaik, nafasnya sudah mulai teratur, hanya tinggal mata sembab yang tampak karena terlalu lama menangis.
"Noona, kau tidak apa-apa?" Tanya Jungkook ragu-ragu.
"Hmm, aku baik-baik saja." Kata Hyossang.
"Mau jalan atau mencari makan?" Tawar Jungkook.
"Aku lapar, bisa temani aku makan?" Jawab Hyossang.
"Tentu noona, kajja!! Kita cari makanan yang enak." Jungkook yang bersemangat langsung beranjak dari duduknya dan menarik tangan Hyossang.
Sekarang mereka telah berada di restoran Jepang, Jungkook berinisiatif memesan paket makanan yang cukup banyak karena ia percaya kata orang bahwa orang putus cinta biasanya akan menghabiskan banyak makanan.
"Ya!! Jungkookie, kau mau membunuhku? Kenapa kau memesan sushi paket jumbo?" Pekik Hyossang sembari menatap Jungkook bingung.
"Ah, eoh, kupikir noona akan makan banyak makanan setelah menangis tadi, hehe, tidak apa noona, makanlah yang mana yang kau mau, aku yang bayar." Jungkook tersenyum polos karena anggapannya terhadap Hyossang keliru.
"Tidak-tidak, aku saja yang bayar, kan aku yang mengajakmu kesini." Hyossang mulai mengambil sepotong sushi, menecelupkannya ke kecap asin lalu melahapnya.
"Aku saja noona, tidak apa-apa, anggap saja umm, sambutan pertemanan, ya pertemanan." Lagi-lagi Jungkook menyunggingkan senyum manis yang tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUE IT! [BTS RM] ✔
Hayran Kurgu[COMPLETE] ⚠️[Mengandung konten : kekerasan] ⚠️ Jika sudah bersinggungan langsung dengan ambisi, bahkan keluargapun seperti tak ada harganya, semua dikorbankan, semua dijadikan batu pijakan untuk meraih ambisi, tapi sadarkah dia bila apa yang dia mi...