Author's POV
Semenjak kejadian itu .. Jae jarang berada di kost. Ia selalu pergi pagi dan pulang subuh karena tugas akhirnya. Bu Jihan mengira mungkin Jae seperti ini karena Ia tidak memiliki perasaan yang sama dan ingin menjaga jarak dengan dirinya.
"Lagian siapa juga sih yang mau sama janda kaya saya?" Lirih Bu Jihan sambil mengingat malam dimana ia mengungkapkan perasaannya.
Sebenernya Bu Jihan juga ga mengharap lebih jika anak kosan kesayangannya itu bakal membalas cintanya. Umur dan status yang terlampau cukup jauh. Jae yang berumur 22 tahun dan dirinya yang berumur 29. Walau terpaut 7 tahun tapi untuk bisa menerima wanita yang lebih tua itu, itu sulit bagi keluarganya.
Bu Jihan berpikir mungkin sebaiknya dia meminta maaf saja pada Jae agar ia tidak menjauhi dirinya seperti ini. Jujur Bu Jihan sangat rindu mengobrol dan membuatkan sarapan bagi Jae.
Saat ada kesempatan... Bu Jihan segera menghampiri jae seperti pagi ini..
Jae baru saja selesai mandi dan langsung mengambil tasnya di kamar. Melihat kesempatan ini Bu Jihan segera mendekati Jae yang sedang memakai sepatu.
"Dek jae... Maaf bisa saya berbicara sebentar ?" Tanya Bu Jihan, jae yang sedang mengikat sepatu bisa melihat kaki jenjang Bu Jihan di dekatnya..
Jaenuar berdiri dan mengangguk, memilih membukakan kamarnya dan mengundang Bu Jihan masuk.
"Silakan duduk bu?"
Bu Jihan mengangguk "dek Jae ga lagi buru-buru banget kan ?" jae menggeleng cepat.
"Ga ko Bu.. santai aja" Bu jihan mengangguk.
"em begini.. ini soal waktu itu. Tentang perasaan sama saya..." Bu Jihan bisa melihat sorot mata Jae yang tak bisa diam, dan badannya menegang.
"Soal waktu itu..saya minta maaf karena sudah membuat dek Jae kaget lalu marah. Saya sebenernya ga ada maksud apa-apa atau meminta dek jae untuk membalas perasaan saya" ucapnya panjang lebar.
Bu Jihan meremas bajunya lalu menunduk "itu karena saya tau diri .. saya mengerti dek jae dan saya terlalu jauh untuk bisa di satukan. Dek jae masih muda, sedangkan saya sudah pernah menikah. Pasti susah untuk menerimanya.. jadi saya sudah siap untuk hal ini"
"Saya cuma mohon satu hal sama dek jae.. tolong jangan jauhin saya dan hindari saya. Saya masih mau jadi temen dek Jae" Bu Jihan berusaha menahan tangisnya. Butuh keberanian untuk Bu Jihan mengatakan hal ini pada jae. Dia masih belum bisa melupakan jae begitu saja kan.
Jae terlihat menyesal karena membuat Bu Jihan berpikiran seperti itu. Jae hanya merasa tidak enak maka dari itu ia sedang mencoba menerima bahwa Bu kosan-nya menyukai dirinya.
"Maaf Bu udah bikin Bu Jihan sedih kaya gini.. tapi jae usahain untuk bisa ngobrol seperti biasa kaya dulu lagi"
"Seenggaknya.. dek Jae ga pergi duluan kalau saya bikin sarapan" mohon Bu Jihan.
Jae mengangguk "baik Bu.. saya ga akan pergi duluan.. dan saya pasti ngobrol sama ibu lagi ya" walau masih terlihat sedih, sudut bibir Bu Jihan sedikit terangkat.
"Makasih dek jae.. kalau gitu, dek jae juga pasti mau berangkat" jae mengangguk lalu menatap Bu Jihan yang membuka pintu dan menutupnya dengan cepat.
Saat ia berjalan turun tangga, jae mendengar suara isakan tangis dari kamar mandi di atas. Ia mendesah kasar.. ia menyesal sudah membuat Bu Jihan menangis karenanya.
🏘️🏘️
Berbulan-bulan, setelah Bu Jihan meminta jae untuk tetap menjadi temannya. Semuanya sudah kembali seperti semula. Bu Jihan tampaknya sudah bisa merelakan cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan mulai menjalani hidupnya seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together[√]
De TodoHanya cerita-cerita pendek, simple.. receh ga faedah tapi lucu, gemesin, kadang agak geli geli juga sih . Mostly jjp.. tapi ada beberapa kapel lain. Yok di cek siapa tau suka sama ceritanya :)