why'd you only call me when you're high (jjp)

548 56 15
                                    

Wow.. this is the longest title that i ever wrote for my ff
--

JB itu kasar, suka main tangan, cuek, suka mabok dan jarang pulang. Tapi Jinyoung, sebagai pacar yang baik cuma bisa diem saat kekasihnya itu menjambaknya kalau Jinyoung tak menjawab pertanyaannya dengan benar. Jinyoung cuma mengusap kulitnya pelan setiap JB menamparnya atau memukul tangannya dengan sabuknya.

Tapi semua itu tak akan membuat Jinyoung kesal dan membenci JB. Saat JB pulang dengan keadaan mabuk, Jinyoung dengan segera menyelimuti dan membersihkan badan JB yang bau alkohol itu. Dengan telaten, ia mengusap dahi JB yang berkeringat, lalu mengusap kekasihnya itu hingga ia mendengkur.

Jinyoung tidak pernah sekalipun benci pada JB walau semua sahabatnya menyuruh Jinyoung untuk memutuskan JB . Mereka menganggap JB tak pantas di perjuangkan karena sikapnya yang sudah keterlaluan.

Jackson..selalu menceramahi Jinyoung saat mereka bertemu. Bagaimana tidak. Setiap mereka bertemu, selalu saja ada luka dan lebam baru di wajah manis sahabatnya itu.

Jackson sudah sering kali ingin membunuh kekasih sahabatnya itu. Tapi Jinyoung selalu, menahannya bahkan membelanya.

" dia cuma lagi menghadapi hari yang berat Jacks.." itu yang selalu Jinyoung katakan saat Jackson melihat luka menganga di kaki Jinyoung suatu hari.

"Dia menghadapi hari yang buruk..namun membuat orang lain merasakan penderitaannya. Jinyoung...kau menderita karena si brengsek itu ! Sadarlah !" Teriak Jackson tak terima.

Jinyoung tersenyum "dia ga seburuk itu Jack..JB Hyung itu hanya sedang dalam mood buruk" Jackson ingin mengigit Jinyoung.

Bukan karena Jackson ingin berlaku kasar juga, tapi karena ia gemas dengan sikap Jinyoung yang selalu membela manusia tak berperasaan bernama JB itu.

"JB Hyung mungkin kalah dalam memenangkan bisnisnya" tambah Jinyoung.

Jackson hanya menggeleng tak percaya lalu pergi dari apartemen Jinyoung.

---

Malam itu, hujan turun sangat deras. Petir dan kilat menyambar di langit Seoul. Jinyoung yang berada di dalam kamarnya sendirian hanya bisa menutup jendela lalu masuk kedalam selimut.

Sungguh ia sangat takut dengan cuaca yang seperti ini. Ia takut jika akan terjadi hal buruk seperti di masalalunya.

Ia benci hujan..ia benci petir, hanya satu yang ia butuhkan. Yaitu JB Hyung-nya. Tapi ia tidak bisa menghubungi JB karena ia sedang ada di Jepang , mungkin bertarung dengan mafia disana.

Petir menyambar dekat di jendela apartemennya, membuat Jinyoung berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Ia benci hal seperti ini.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain masuk kedalam lemari, berjongkok di dalam sana sambil memeluk lutut dan menutupi telinganya.

"Hiks..hikss JB Hyung... Aku butuh JB Hyung" lirih Jinyoung.

Ia terus di dalam lemari hingga ia tidak tahu jika hpnya sedang berdering dengan sebuah nama JB di layarnya.

Jinyoung tak sadar jika ia tertidur di dalam lemari dengan keadaan sempit seperti itu. Ia baru keluar lemari saat hari sudah siang.


Together[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang