Chapter 10 - Jalan Keadilanmu

9 1 0
                                    


Aryo membuka matanya perlahan, lalu mendapati dirinya berada di sebuah ruangan. Ia berusaha bangkit dan mengambil posisi duduk. Kepalanya pusing dan berat sekali. "Ukh...sial" keluhnya sambil memegangi keningnya. Rasanya lebih menyebalkan dibanding bangun pagi setelah mabuk semalaman. Di tengah kesakitan itu, ia mendengar derap langkah seseorang masuk ke ruangannya.

"Aniki, sudah bangun?" Shingo membawa semangkuk sup daging dan segelas teh hijau di atas nampan. Ia mendekati Aryo dan meletakkan makanan tersebut di meja di sisi tempat tidur Aryo. "Jangan memaksakan diri, aniki" ujarnya pada Aryo sambil menepuk pundak Aryo. Aryo melihat sekeliling, kebingungan ia berada di mana. "Ini rumah kami, dojo milik Sakurai-sensei" Shingo menjawab seolah tahu apa yang ingin ditanyakan Aryo.

"Sakurai...gawat! Sensei, bagaimana dengan Sakurai-sensei!?" Aryo mendadak berteriak panik begitu teringat hal terakhir yang ia lihat sebelum pingsan. Ia beranjak dari tempat tidurnya. Tempat tidur itu berada di dekat jendela, sebuah futon di atas tatami. "Matte! Aniki! Sensei wa daijoubu! (Tunggu! Kak! Sensei baik-baik saja)" Shingo mencoba mencegah Aryo bernjak dari tempat tidurnya, khawatir Aryo akan semakin memperparah keadaannya sendiri. "Sensei sedang ada di ruangan sebelah, ia tidak apa-apa, hanya sedikit terluka. Kouta dan Ryuu sedang menjaga beliau" Shingo mencoba menjelaskan keadaannya.

"Makanlah dulu sup ini, aniki. Tenangkan dirimu, lalu kita temui Sakurai-sensei" Shingo mengangkat mangkuk sup tadi dan menyuapi Aryo.

"Shingo...apa yang terjadi?" Aryo mencoba mengingat-ingat kejadian terakhir.

"Aniki berduel dengan Taka Kurosawa, lalu dikalahkan. Onigoroshi hancur akibat dicengkeram Taka Kurosawa. Sensei bilang aniki pingsan karena kelelahan setelah menggunakan Tebasan Naga Langit dan kehabisan tenaga" Shingo yang biasanya bersikap bodoh kali ini tampak tenang dan dewasa saat menjelaskan kejadian itu.

"Lalu? Setelah aku pingsan?"

"Sakurai-sensei berduel dengan Taka Kurosawa lalu..."

"Lalu apa?"

"...lalu yah...beliau terluka" Shingo tampak ragu-ragu seperti menyembunyikan sesuatu. Ia menyodorkan sendok berisi sup dan berniat menyuapi Aryo, namun Aryo tampak enggan memakan sup. Entah karena geli disuapi Shingo yang biasanya bodoh itu, atau karena memikirkan soal masalah yang terjadi belakangan ini. "Biar aku sendiri" Aryo merebut mangkuk supnya dari Shingo dan memakannya sendiri.

"Aniki, kami berganti jaga untuk menjaga aniki dan Sakurai-sensei. Sekarang giliranku menjaga sensei. Panggil aku kalau butuh apa-apa. Aku di ruangan sebelah, menjaga sensei" ujar Shingo sambil tersenyum dan hanya dibalas anggukkan kepala oleh Aryo. Tinggallah Aryo sendirian di kamar itu, ia menikmati sup daging yang disajikan untuknya sambil berpikir tentang seberapa parah luka yang dialami Sakurai-sensei? Kenapa orang sekuat itu sampai harus dijaga oleh tiga orang muridnya? Apa yang sebenarnya terjadi pada duelnya dengan Taka Kurosawa? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul memenuhi pikirannya hingga ia gusar. "Argh! Sialan!" ia meletakkan mangkuk supnya, meminum teh hijaunya tanpa merasa panas saking terburu-burunya, lalu keluar dan menuju kamar di sebelah – yang merupakan kamar Sakurai-sensei – dan mendapati san-baka berada di sana. Mereka duduk di sisi tempat tidur Sakurai-sensei. Tempat tidurnya adalah sebuah tempat tidur dengan ranjang yang agak tinggi, cukup tinggi untuk tempat duduk orang dewasa.

Aryo mendekati tempat tidur itu. Ia tidak dapat melihat Sakurai-sensei secara keseluruhan karena tertutup oleh tubuh Kouta dan Ryuu di sisi kiri, sedangkan Shingo sedang sibuk mengeluarkan perban dari lemari di sisi seberang. Aryo mendekat dan lebih mendekat ke arah Sakurai-sensei yang sedang tertidur lelap. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat tubuh Sakurai-sensei. Tangan kanannya hilang! Tangan kanannya benar-benar...hilang! Hanya tersisa bahu dan lengan, siku hingga jari-jari tangannya benar-benar hilang tanpa bekas.

RoninusaWhere stories live. Discover now