8. Confession

628 42 2
                                    

"Toneri kun, s-sebenarnya kita mau kemana?" tanya Hinata polos

"Aku akan membawamu ke tempat yang sangat indah, percayalah." Toneri coba meyakinkan Hinata.
"Tapi sebelum itu, ayo kita jalan jalan berkeliling Nakuni terlebih dahulu,"

"B-baiklah, j-jika kau bersamaku a-aku tidak akan khawatir," Sahut Hinata lembut

Semua berjalan begitu manis, hangat dan menyenangkan. Toneri mengajaknya berkeliling Nakuni sembari bercerita ini dan itu. Toneri tertawa, Hinata tersenyum, mereka menyusuri jalanan Nakuni sembari bergandengan tangan. Mereka benar benar terlihat seperti pasangan kekasih saat itu.

"Hey, Hinata," panggil Toneri
"Bagaimana kalau kita makan dulu?"

"A-aku sama sekali t-tidak keberatan," Hinata langsung menyetujui tawarannya

Toneri tersenyum lebar. Gadis bermata amethyst disampingnya menerima ajakannya tanpa harus bersusah payah. Pemuda bersurai putih itu menunjuk sebuah kedai yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Bagaimana kalau kue buah, hm?" Tanya Toneri

"T-tidak terlalu buruk," Sahut Hinata

Untuk mencapai kedai itu, mereka harus menuruni tangga yang cukup tinggi. Namun ketika dua sejoli itu baru menapaki beberapa anak tangga, seorang pria tidak sengaja menubruk Hinata dan nyaris membuatnya jatuh terjerembab. Beruntungnya, Toneri bisa menangkapnya tepat waktu.

Begitu Hinata dalam rengkuhannya, Toneri langsung menariknya ke dalam pelukannya. Manik lavender Hinata kini bersirobok dengan manik bak kristal milik Toneri.

Entah kenapa, Hinata merasakan pipinya memanas dan desiran aneh menyusupi celah hatinya. Astaga! Toneri terlalu memesona dihadapan Hinata.

Beruntungnya, Hinata dapat segera mengendalikan diri dan menjauhkan dirinya dari si pemuda Otsutsuki. Kemudian, Pemuda bermata kristal itu mengomeli pria yang menubruk Hinata panjang lebar, Toneri bahkan mengamcam akan menghajar si pria kalau-kalau Hinata terluka

Tak ingin memancing masalah yang lebih besar, Hinata langsung menyeret si pemuda Otsutsuki itu ke tujuan awal mereka, sebuah kedai kue buah.

"Hinata, apa yang kau lakukan? Aku belum selesai dengannya!" Toneri mencoba berontak.

"I-itu tidak masalah," sahut Hinata enteng
"K-kau harus m-melupakan hal se-sepele itu, Toneri kun"

"Kenapa kau tidak membiarkanku melakukan apa yang mesti kulakukan, Hinata? Kau tahu aku belum puas jika tinjuku tidak dilibatkan dalam hal ini."

Tautan tangan si gadis Hyuuga di lengannya terlepas. Untuk beberapa alasan, Toneri merasa keberatan jika hangatnya tangan si gadis pergi begitu saja dari tangannya. Hinata berdiri di depannya, berjalan mundur,

"K-kau memilih untuk t-tetap mengomeliku? A-aku mungkin m-menemukan cara u-untuk membuatmu bungkam." Hinata berseru lantas tersenyum dengan keindahan yang tidak tanggung-tanggung.

Si pemuda Otsutsuki langsung membuang wajahnya begitu ia merasa bahwa pipinya kembali merona,
"M-Mungkin itu berhasil kali ini."

Tawa Hinata kembali terdengar. Toneri mengerjap beberapa kali, bertanya-tanya apakah ia baru saja mengatakan hal yang aneh.

"Oh, ayolah, Hinata!"

Hyuuga Hinata mengusap air matanya sekilas, ia kembali memertemukan maniknya dengan manik Toneri,
"Lihat? S-siapa yang menyangka k-kau akan jadi semenggemaskan ini."

Batin Toneri memprotes kata menggemaskan yang ditujukan Hinata padanya. Shion mungkin akan tertawa terbahak-bahak jika mereka mendengar seseorang menyebutnya begitu. Tapi untuk kali ini adalah pengecualian. Melihat Hinata tertawa lebar adalah salah satu kepuasan tersendiri baginya. Jadi mungkin ini adalah balasan yang setimpal.

True Adventure [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang