AWH - EMPAT

9.6K 305 15
                                    

Sinar matahari sudah mulai terlihat membawa kesan cerah di pagi ini berbeda dengan Alvina yang masih murung duduk dilantai bersandar pada tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari sudah mulai terlihat membawa kesan cerah di pagi ini berbeda dengan Alvina yang masih murung duduk dilantai bersandar pada tempat tidur. Ia tidak  tidur sejak semalam, setelah kejadian itu yang ia lakukan hanya menangis dengan seribu maaf yang ia ucapkan pada janinnya. Bagaimana bisa karena emosi ia mengutuk titipan ini.

Selama termenung, yang ia pikirkan hanya bunuh diri jika bukan begitu pasti kabur. Entah kenapa, ia sudah sangat pasrah dan letih menghadapi Rescha. Pria itu membawa banyak permasalahan padanya.

Jika bukan karena iman yang kuat pasti ia sudah terkapar pagi ini dengan darah dari goresan cutter disamping tubuhnya. Benar, tadi ia benar-benar akan melakukan hal itu. Tetapi, untaian kata egois dari Zalfa berputar memenuhi pikirannya. "Harus gimana sekarang," lirihnya menyembunyikan wajah di lipatan tangan kian menangis memikirkan nasibnya.

Disisi lain di teras depan Renata sudah dibuat kaget dengan kedatangan Rescha, ia melirik jam dinding di ruang tamu masih pukul enam pagi. Ia menatap Rescha dari atas sampai bawah, bukan setelan kantor yang ia pakai tapi kemeja biru dongker dan celana hitam juga sendal.

Rescha berdehem membuat Renata mengerjap. "Pagi Resch, ada urusan apa ya sepagi ini?," sapa Renata tersenyum dengan keanehan yang ia lihat. Mungkin mereka sudah sangat dekat, ia bersyukur dalam hati.

"Saya mau ketemu Alvina tante, maaf pagi-pagi gini," ungkap Rescha sedikit tidak enak. Setelah kejadian itu ia tidak bisa berhenti memikirkan keselamatan calon anaknya maupun Alvina. Apalagi mengingat perkataan terakhir yang Alvina lontarkan. Ulu hatinya berkedut.

Renata manggut-manggut mempersilahkan Rescha untuk masuk. Ini kali pertama Rescha masuk ke kediaman Delmora, terkesan sedikit aneh. David yang tengah duduk di ruang keluarga mengernyit melihat Rescha yang mengekor pada istrinya.

"Loh Rescha?, ada apa?," tanya David berdiri membalas uluran tangan Rescha. Rescha hanya diam, sangat aneh kalau mengatakan ingin bertemu Alvina. "Saya ...," lirih Rescha mengambang.

David tersenyum menepuk pundak Rescha, "Ketemu Vina ya?, ketemu istrinya sendiri kok malu," ceplos David membuat Rescha mendongak begitupun Renata yang mengernyit bingung.

Melihat tatapan mereka David terdiam sejenak, "Ah itu! Maksudku kan bentar lagi jadi istrinya," jelasnya membuat Renata mengangguk dengan senyum.

"Mama panggilkan Vina dulu ya mungkin dia masih bobo,"

Rescha menggeleng, lama kalau begini pasti Alvina akan beralasan dan tidak mau bertemu. "Kalau boleh saya mau ikut tante," pinta Rescha dengan nada rendah. Malu serius Rescha malu.

"Boleh, ayo," ajak Renata mengajak Rescha berjalan. David hanya diam menatap punggung Renata dan Rescha memikirkan kembali satu tahun yang lalu dimana ia menikahkan putrinya pada lelaki itu tanpa sepengetahuan siapapun demi perusahaan keluarga. Ia hanya pria tua yang menurut pada Rescha yang sudah banyak membantu dalam hal kekuasaan.

Alliance With Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang