"Mas echa mending tidur di kamar sendiri deh," sinis Raski pada Rescha yang sedang berbaring di bawah tempat tidurnya sambil menonton televisi.
Beberapa puluh menit yang lalu Rescha masuk dan langsung tidur di karpet bulu bermotif marble yang memang biasa ia gunakan kala menginap di kamar Raski. Dengan suara televisi sekeras itu pasti Raski bangun, membuat gadis muda itu bukan main kesalnya.
"Kasian Mbak Vina sendirian," lanjut Raski tidak mendapat respon apapun dari Rescha. Namun, diam-diam Rescha juga berpikir hal yang sama dengan Raski yaitu kasihan.
Tapi apa daya, suasana terlalu canggung untuk mereka berdua. Raski berdesis melempar bantal kecil yang berada di sampingnya tepat mengenai wajah Rescha. Yang ditimpuk hanya menghela napas memeluk bantal yang datang padanya.
"Kalau gitu biar aku yang temani Mbak Vina," putus Raski bangkit dari tidurnya. Ia meraih gelang rambut, mulai menyatukan rambutnya menjadi satu.
"Sana,"
Raski menggeram sampai ingin rasanya mencakar muka kakaknya ini.
"Mas echa gimana sih! Mbak Vina itu istri mas echa, tadi Mbak Vina kram lagi perutnya gara-gara Aski,"
Rescha sontak menoleh mendengar laporan kurang mengenakkan dari adiknya itu. Serius tidak ada yang memberitahunya sedari tadi.
"Maafin Aski mas, Mbak Vina juga mual cium wangi kamar Mas sampai gak makan malam. Aski bingung harus gimana, Mbak Vina gak mau Aski ganti wangi-wangi-nya. Sekarang Mas echa malah disini, Aski kasihan sama Mbak Vina," adu-nya menunduk khitmat memainkan sandal yang ia pakai.
Rescha segera berdiri mendekat pada Raski, "kenapa gak bilang sama Mas dari tadi? Telat Ki," ujarnya menyentil dahi Raski seperti biasanya ketika gadis itu nakal.
Segera Rescha berjalan membawa ponselnya hendak kembali ke kamarnya.
"Maafin Aski Mas echa,".
— Alliance With Him —
Alvina masih setia bersimpuh dengan sandaran tembok kamar mandi kamar Rescha yang sangat amat bersih. Ia memejam menahan rasa mual yang sedari tadi terus ia rasakan. Padahal sebelumnya ia sudah berhasil menahan rasa mual ini namun akhirnya gagal juga.
Ia sudah habis tenaga untuk kembali ke tempat tidur. Sisa makanannya tadi siang sudah keluar semua bersama air yang sangat banyak. Dan kini ia heran masih terus mual dan berakhir muntah padahal perutnua sudah terasa kosong.
Kembali ia memuntahkan air di kloset, tidak kuat rasanya berdiri di wastafel. Dress berbahan sifon yang ia gunakan sudah basah di beberapa bagian, bagaimana ia akan berganti pakaian dengan kondisi seperti ini.
Kayanya harus tidur di sini deh, batinnya masih terus memejamkan mata berusaha mengatur napas dan rasa mualnya.
Tapi bukan Alvina namanya kalau mudah menyerah, digapainnya tempat handuk sebagai pegangan berusaha berdiri namun kembali gagal. Ia mendesah kecewa, tidak ada gunanya memang sepertinya ia harus bermalam di kamar mandi kali ini.
Pintu kamar mandi terdengar dibuka keras sampai menimbulkan suara nyaring. Alvina hanya bisa melirik sedikit, untuk menoleh saja sudah tidak ada tenaga.
Dengan tergesa Alvina bisa melihat lelaki tinggi berpiyama abu itu berjongkok menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan untuk orang mabok pengharum ruangan seperti dirinya.
Rescha menghela napas kasar, sedari masuk ia langsung melihat pintu kamar mandi yang terbuka bersama dengan suara orang muntah. Tentu ia langsung panik, apalagi setelah masuk mendapati Alvina yang terduduk lemas di lantai kamar mandi dengan wajah pucat bahkan bibir merahnya kini tidak berwarna sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliance With Him
RomanceAlrescha Nero Ardiaz, putra keluarga Ardiaz salah satu konglomerat di negara berkembang. Hidupnya tidak pernah tenang sejak remaja, rintangan hidup tidak pernah absen menyapanya. Demi mencapai kemakmuran hidup ia rela bekerja keras melewati lingkara...