Rescha terdiam mengenggam ponsel hitam miliknya yang baru saja selesai menerima telepon dari Alvina. Siapa sangka perempuan itu akan menghubungi dirinya saat ngidam perempuan itu muncul kembali.
"Ngapain cha si Raski?," tanya Zean yang tengah duduk di sofa memangku sebuah dokumen yang ia bolak-balik halamannya sejak tadi. Rescha menoleh kemudian menggeleng kembali berfokus pada laptop yang sedari tadi masih menyala.
Suara dokumen yang ditutup tidak menghentikan kegiatan lelaki itu, bahkan saat Zean sudah berdiri disampingnya ia pun tidak perduli. Yang Rescha inginkan sekarang adalah segera menyelesaikan laporan yang tengah ia kerjakan dan pulang membawa apa yang Alvina inginkan.
"Buru-buru amat, mau kemana?," tanya Zean sekali lagi. Sumpah ia tidak sama sekali marah dengan sikap cuek Rescha sedari tadi, sudah biasa.
"pulang,"
Hening sejenak kemudian suara tawa keras Zean terdengar. Tumben seorang Alrescha Nero Ardiaz pulang lebih awal, bahkan ini masih pukul lima sore. Rescha hanya melirik menghela napas berlanjut meraih ponsel Alvina yang ia taruh di meja.
"Pulang beneran lo?,"
Rescha terdiam saat tangan kanan pria itu sudah berada diatas pegangan pintu kaca besar ruangan ini, tolehan ia berikan beserta anggukan kepada Zean. Sebenarnya apa yang salah? Dia pulang juga boleh dia kan bos-nya.
"Cha, gue dengar Andraya sampai disini besok pagi gue takut ka—,"
"Takut? Lo ngga percaya dengan pilihan gue? Alvina bukan wanita sembarangan yang akan takut sama gertakan Andraya," potong Rescha berbalik badan bersandar pada pintu dibelakangnya.
Zean tersenyum sinis, Rescha memang seperti ini selalu meremehkan segala hal tidak bisakah laki-laki itu sedikit saja mengantisipasi hal-hal seperti ini. "Well, gue yakin Alvina teguh tapi gue ngga yakin kalau Alvina akan baik-baik saja setelah ketemu Andraya. Coba kita pikirkan Cha, dia ketemu pacar lo te—,"
"mantan," koreksi Rescha memotong perkataan Zean membuat pria tinggi itu menghela napas sejenak kemudian mengangguk.
"Ya oke mantan lo, terus Andraya nuduh Alvina kalau dia rebut lo terus apa yang akan Alvina jawab? Itu kenyataan dia ngga bisa bilang ngga. Lo .... ck! Kesel gue," lanjut Zean membanting dokumen yang ia bawa ke meja kerja Rescha.
Rescha termenung sejenak menatap nanar lantai putih yang ia pijak. Jujur tidak ada salahnya semua perkataan Zean ditambah Alvina yang sangat amat sensitif akhir-akhir ini melihat kucing terlantar di luar kediaman mereka saja perempuan itu menangis coba bayangkan kalau ia bertemu Andraya si manusia harimau.
"Gue tau lo ngga serius sama Andraya, dia Top Model dia butuh dorongan dan lo kasih itu tapi tuh cewe udah baper duluan Resch, di setiap acara dia bilang kalian ada hubungan sekarang publik nunggu kejelasan soal skandal perselingkuhan lo sama Alvina ini, jangan tutup mata gitu aja," kembali Zean menjelaskan agar Rescha mengambil tindakan, sudah cukup Rescha menganggap semuanya mudah.
"Kemarin gue dapat laporan, Andraya bilang kalau hubungan kalian sekarang baik dan lo ngga serius soal Alvina dia bilang malam itu kalian cuma partner dan ngga ada yang salah dari itu, di—,"
"Intinya, lo minta gue jelasin semua? Hubungan gue sama Alvina? Calon anak gue? Lo tahu gimana perasaan gue yan, berhenti dan gue akan cari cara lain yang ngga akan libatin calon anak gue,"
"Gue bukan takut masalah calon anak lo Cha! Gue takut Alvina tahu semuanya, berhenti berpikir sebagai calon ayah lo harus mulai mikir sebagai suami juga."
Kini Rescha tidak membantah, semakin larut dalam diam. Ada apa sebenarnya dengan dirinya?.
"Kalau lo cinta, lo suka sama Alvina lo tunjukin Cha, jangan takut soal Aiden. Pikirin perasaan Alvina juga jangan karena dia udah terbiasa dari dulu sama sikap lo yang kaya gini jadi lo manfaatin, buk—,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alliance With Him
RomansaAlrescha Nero Ardiaz, putra keluarga Ardiaz salah satu konglomerat di negara berkembang. Hidupnya tidak pernah tenang sejak remaja, rintangan hidup tidak pernah absen menyapanya. Demi mencapai kemakmuran hidup ia rela bekerja keras melewati lingkara...