5. Closer? (1)

43 7 0
                                    

Selamat datang di cerita yang sederhana ini.
Terimakasih buat yang sudah mampir.

.

"Astagfirullah! Kaget gue,gue kira apaan. Ternyata cuma kucing," katanya.

Arin segera kembali kedalam rumah. Tapi rasanya seperti agak horor.

Bug. Suara barang jatuh.

Arin langsung berlari kedalam,tak peduli bajunya basah atau tidak yang terpenting dia tidak diculik oleh hantu itu,katanya. Arin memang penakut,bukan sama hantu doang,tapi sama kecoa pun takut. Dasar.

***


Matahari seperti menusuk dimata Arin, membangun kan Arin dari mimpi indahnya. Arin terbangun melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih 10.

"Oh,udah jam 6 lebih 10," katanya setengah tertidur. "what?! Jam 6 lebih?! Aduh telat nih gue," ucapnya sambil terburu-buru memasuki kamar mandi.

Tak lebih dari 20 menit Arin sudah keluar dari kamarnya,dan mendapati Ayah dan Ibunya sedang di meja makan. Tapi dimana Lanang yang menyebalkan itu?

"Buk,Lanang mana?" tanya nya.

"Masih mandi deh kayaknya," ucap ibunya sambil menyiapkan makanan dimeja makan. Arin duduk di kursi lalu mengambil nasi goreng yang dibuat ibunya.

"Ngapain kakak nyariin Lanang?" ucap Lanang tiba-tiba datang. Arin tersedak karena tingkah adiknya itu. Sedangkan Lanang? Dia tertawa melihat kakaknya tersedak makanan karenanya. Arin meminum air yang disediakan ibunya,karena tenggorokannya terasa sakit.

"Buuk,liat tuh Lanang jahat banget sama Arin," rengek Arin pada ibunya. Ayahnya hanya terkekeh melihat kelakuan keluarganya ini.

Mereka makan dengan tenang. Arin melihat jam tangannya yang sekarang sudah menujukkan pukul 7 kurang 15 menit.

"Buk,Arin udahan ya makannya. Udah telat nih," ucapnya, "ayo Ayah kita berangkat," sambungnya lagi sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Tunggu bentar,Lanang masih makan," kata Lanang sambil memakan nasi gorengnya.

"CEPET!!" teriak Arin sambil melangkah keluar rumah.

Setelah itu Lanang langsung minum dan bersalaman dengan Ibunya.

***


Arin berlari melewati koridor sekolahnya,tepat disaat dia memasuki kelasnya bel berbunyi.

Selamat. Batinnya.

Arin berjalan menuju bangkunya dengan nafas terengah-engah.

"Tumben lo telat," ucap Sania pada Arin.

"Kesiangan bangunnya," ucap Arin dengan cengiran tak berdosanya sambil membentukkan jarinya dengan huruf V.

Setelah itu perempuan berbadan sedikit gemuk datang,mereka pun bersiap untuk belajar.

Sekitar 3 jam mereka duduk dikursi sambil mendengar penjelasan guru,akhirnya mereka bisa menikmati makanan yang ada di kantin sekolahnya. Saat Arin dan Sania ingin ke Kantin,tiba-tiba saja pengumuman berbunyi mengatakan bahwa, "yang mengikuti ekstrakulikuler basket berkumpul dilapangan basket segera,karena akan berlatih."

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang