4. Ex

63 7 0
                                    

Selamat datang kembali di cerita yang sederhana. Kalau gasuka jangan dibaca.
Terimakasih❤.

***

"Mantan itu di ibaratkan seperti barang bekas. Banyak kenangan yang terdapat disana,tapi memang harus dilepas karena sudah tidak dapat bersama."
-Arina Renata Siska.

***

"Arin?," ucap lelaki itu.

"Haha iya," Arin melihatkan cengiran tidak ikhlasnya.

"Gak nyangka ya kita bisa ketemu disini," lelaki itu tersenyum.

Sania mengerutkan keningnya,"Lo kenal sama dia Rin?" tanya Sania pada Arin. "eh mending kita ngobrolnya sambil duduk,disitu kosong sekalian makan-makan juga kan",lanjutnya.

Mereka duduk dimeja makan dekat kaca.
"Gimana kalau kita pesen makanan dulu?" kata Sania bersemangat. "gue udah laper banget nih," ucapnya lagi dengan cengiran tak berdosanya.

Setelah memesan,mereka melanjutkan obrolan yang sebelumnya.

Sania melihat Arin dan Lelaki Itu bergantian. "Kalian saling kenal?" ucapnya.

"Hmm," Arin menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung mau menjawab apa.

Ni orang kenapa disini sih,kenapa gue harus ketemu dia coba. Batinnya.

"Kenalin,gue Raka. Mantannya Arin," ucapnya sambil mengulurkan tangannya pada Sania.

"Mantan? Serius?" Sania terkejut mendengarnya. "oh,kenalin juga. Gue Sania," sambil membalas uluran tangan Raka.

"Hm makanannya lama banget ya San,rasanya gue pengen cepet-cepet makan terus pergi," ucapnya kepada Sania. Sedangkan Raka hanya terkekeh mendengar ucapan Arin.

Makanan yang mereka pesan akhirnya datang.

"Akhirnyaa dateng juga ya,ayo kita makan," wajah Arin terlihat bahagia karena makanan yang dia pesan sudah datang dan ingin segera menghabisinya agar bisa pergi jauh-jauh dari lelaki itu.

"Semangat banget lo. Perasaan tadi lo ngomong ke gue,kalo lo gak suka makan ditempat kayak gini," ucap Sania sambil senyum jahil pada Arin.

"Apaan sih San. Mending lo makan,terus kita pergi dari sini," Arin memakan makanannya dengan cepat seperti orang yang belum makan setahun.

"Pelan-pelan aja makannya,Rin," ucap Sania memperingati. Sedangkan Raka hanya tertawa melihat dua gadis yang berada di hadapannya.

Setelah mereka selesai,mereka segera keluar dari Restoran itu,menjauh dari Raka. Sebenarnya kata mereka tidak pantas menggambarkan situasi saat ini,karena Arin yang ingin cepat-cepat menjauhi lelaki itu.

"Ya ampun Rin pelan-pelan kek,kaki gue kayak gak napak nih di lantai," ucapnya. "cepet banget sih lo jalannya."

"Aduh,San. Bisa diem gak sih? Kita udah jauh dari Raka kan?" mata Arin mencari keberadaan lelaki itu.

"Lo kenapa sama si Raka? Belum bisa move on ya?" Sania berbicara sambil menunjuk Arin.

"G-gak kok,sok tau lo!" dengan wajah sedikit panik. "San,pulang yuk!" ucapnya lagi untuk mengalihkan pembicaraan yang tidak menyenangkan tadi.

"Yah,Rin. Kita kan belum lama jalan-jalannya," kata Sania memanyunkan bibirnya.

"Besok-besok aja jalannya,mending sekarang kita pulang," menenangkan Sania.

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang