"Raga seakan ingin selalu disini. Tempat ternyaman kedua setelah kamarku." Ucap Noe dalam hati.
Noe menatap langit, seakan raganya sedang berada di atas sana, namun jiwaa masih disini. Malam ini tidak ada bintang, baru saja sudah hujan.
Tatapannya beralih seketika, setelah mendengar notifikasi dari handphonenya.
"Siapa yang tau nomorku selain abang dan mamaku?" Pikirnya, karena selama ini handphonenya memang hanya digunakan untuk menghubungi dua orang itu. Dan sekarang ada nomor lain yang mengirimkan pesan.
Isi pesannya seperti ini " Lo Firza kan, cewe yang di halte tadi? Ngapain nelfon gue, udah kangen aja lo?"
Pesan itu dibaca Noe berulang-ulang, seingatnya dia tidak pernah menghubungi nomor ini. Pesan itu tidak dibalas, bukannya acuh tapi lupa Noe belum isi pulsa. Jadi besok saja, ingatkan Noe isi pulsa yah.
Ohiya disini Noe tidak sendiri. Ada yang menemaninya dari tadi, namanya tak usah diberi tau, cuma Noe yang tau. Dia tinggal di planet yang lebih kecil dari bumi, tapi lebih luas dari dunia Noe. Bukan alien, bukan hantu. Nanti juga tau. Dia disini, menatap Noe miris.
Di satu sisi Ridho yang baru saja mengirimkan pesan itu masih menunggu apakah pesannya akan di balas atau tidak. Dia masih ingat bagaimana ia bisa mengambil handphone gadis itu, dan untungnya ia sempat menggunakan handphone itu untuk menelfon dirinya sendiri. Ya mungkin seperti itu.
Dan satu lagi yang ia ingat, ada suara operator yang ia dengar ketika menghubungi nomornya. Ridho memutuskan untuk tidak mengirimkan pesan lagi, karena percuma juga tidak akan di balas.
Dimalam yang berbeda, Noe kembali membaca pesan itu dan setelah dicek memang benar ada riwayat panggilan ke nomor itu.
Karena udah isi pulsa, Noe memutuskan untuk membalas pesan itu "Saya tidak pernah menelfon siapa-siapa, Kangen? Bahkan saya tidak kenal siapa anda."
Belum sempat Noe meletakkan handphonenya, pemberitahuan pesan masuk dari nomor itu sudah ada. Isinya seperti ini. "Ngeles aja mbanya, jelas-jelas ada kan di riwayat panggilan. Ga kenal yah? Yaudah kenalin gue Ridho, salken mbanya."
Gila, iya kata itu yang saat ini terlintas di fikiran Noe, kenapa ia bisa berurusan dengan orang seperti ini. Apa Tuhan sedang memberi tahu, Noe terlalu sibuk dengan urusannya sampai tidak tau kalau di dunia ini ada jenis manusia seperti ini.
Noe memutuskan untuk tidak membalas lagi, sudah ia pastikan dia laki-laki yang ditemuinya di halte kemarin. Riwayat panggilan itu ada di waktu yang sama ketika Noe hampir meninggalkan handphonenya. Dan tidak ada lagi yang memanggilnya dengan nama Firza selain kakak laki-laki Noe, yang saat ini di Negara orang.
Noe tau kakaknya ini tidak pernah suka dengan pilihannya. Dia lebih senang melihat Firza yang feminim seperti wanita pada umumnya, bukan Noe yang selalu ditanya "Kak Noe cewe atau cowo?"
***
Di malam yang sama, Laras tidak sengaja lewat depan kamar kakaknya, Ridho. Laras kira kakaknya itu sudah gila. Bukan apa-apa dia ketawa-ketawa sendiri.
Sekitar 15 menit Laras lewat, Ridho keluar kamar dan menghampiri Laras di taman samping rumah dengan muka yang seperti abis kena tipu 15M.
"Napa sih? Perasaan tadi seneng banget" tanya Laras tanpa melihat ke arah Ridho.
"Tau dari mana gue seneng? Ngintip yah lo?" tanya Ridho balik, ya begitulah kebiasaan warga +62 ditanya malah nanya balik.
"Dih apaan sih ngapain gue ngintip, suara ketawa lo tuh kaya toa masjid, sekampung bisa denger." Elak Laras padahal dia memang mengintip karena Ridho tidak tertawa begitu keras.
"Lebay lo" ucap Ridho sambil tersenyum dan mengacak rambut Laras, yah kebiasaan cowok-cowok sok asik emang gitu. Tapi ini bentuk sayang seorang kakak ke adiknya.
"Salah banget yah gue, jatuh cinta sama abang sendiri" Ucap Laras dalam hati. Iya dalam hati aja kalau diucapkan beneran bisa kena gapok Laras.
"Ras" panggil Ridho tapi hanya dibahas deheman sama Laras.
"Selama ini, gue ga pernah deket sama cewe karena permintaan papa. Dan kalau gue liat-liat lo juga ga pernah deket sama cowo, apa itu permintaan papa juga?"
Mendengar itu Laras tidak tau mau jawab apa, Laras tidak tau kalau papanya sampai melakukan ini.
"Emm, udah malem bang gue tidur duluan yah." Ucap Laras dan langsung beranjak dari tempatnya meninggalkan Ridho yang masih bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/208933429-288-k935687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pagi dan Senin
Ficção AdolescenteLangit sedang hujan. Aku kembali berfikir, kenapa orang-orang begitu mengagumi hujan . Bahkan tulisan tentang hujan hampir tak terhitung jumlahnya. Dari sajak, puisi, novel, bahkan pantun. Tapi aku sama sekali tidak terfikirkan tentang itu. Yang kui...