TERLAMBAT
*****
Cuaca tampak bersahabat pagi ini. Sinar Mataharipun seakan menyambut dengan ceria. Berbeda dengan matahari yang cerah ceria, raut gadis itu nampak tertekuk. Seperti ada hal yang berbeda dengannya pagi ini.Memang, tak ada di perbedaan fisik maupun penampilannya, melainkan waktu kedatangannya yang 'terlambat' lima belas menit setelah pintu gerbang sekolah ditutup.
Menyadari kesalahannya, Selina Atmaja—nama gadis itu— tampak gugup dengan hukuman yang akan di hadapinya. Terbukti karena tingkahnya yang senang menggigiti kuku-kuku jari tangannya—ketika merasa gugup. Bukan maksud Selina lebay, melainkan ini kali pertamanya dia terlambat.
Selina termasuk siswa baru di sekolahnya kini. Baru tiga hari yang lalu dia menginjakkan kakinya di sini. Dan ya, pengalaman barunya dengan cap 'Siswa baru yang terlambat'. Salahkan saja drakor yang bikin penasaran!
*****
Beruntung, tak ada guru jaga hari ini, hanya pengawas kedisiplinan siswa—yang anggotanya berasal dari seluruh organisasi disekolahnya. Beruntungnya lagi, osis lah yang menjaga. Mungkin di jadwal bergilir kali ya, pikir Selina.
"Baris, berbanjar! Yang rapi! Jangan saling dorong!" Ah, suara itu, suara yang sudah sangat familiar di telinganya. Persetan memikirkan suara bass itu. Selina mengikuti siswa lain yang sudah berbaris, sesuai arahan. Duh, mampus dah gue, batin Selina.
Memanfaatkan waktu, mereka—para anggota osis—siaga dengan masing-masing menghandle dua siswa yang terlambat. Beruntungnya, siswa yang terlambat pun tak sebanyak biasanya. Hanya lima belas siswa. Catat, hanya!
"Berdua, ikut saya!" suara itu lagi. Suara bass yang menyirat akan ketegasan milik Yuda. Yuda Anggara, namannya. Ketua Osis sekaligus kekasih Selina. Kekasih yang tak 'di inginkan' lebih tepatnya.
Berbicara tentang hubungan mereka. Tak banyak orang yang tahu-menahu tentang mereka. Sengaja, mereka memilih backstreet. Itu sebuah pilihan yang di tentukan Yuda. Entah apa alasan jelasnya, Selina sendiri tak tahu. Selina pun tak mempermasalahkan hal itu. Bahkan ia cukup senang. Jadilah, mereka 'berpura-pura' tak saling mengenal ketika di sekolah.
*****
Disinilah mereka—yang dipanggil Yuda tadi. Tak jauh keberadaanya dari yang lain. Tepatnya, mereka berada di depan pintu masuk lobby sekolah.Tanpa basa basi, Yuda memulai mengintrogasi keduanya.
"Argone Baskoro dan Selina Atamaja, benar?" tanya Yuda dengan nada yang sedikit santai namun terkesan akan ketegasan. Tergantung persepsi orang yang mendengarkan, akan menyimpulkannya bagaimana.
Hanya anggukan yang diberikan Selina untuk memberikan sebuah jawaban. Berbeda dengan seorang pemuda yang berada di sebelahnya kini. Terkesan acuh tak acuh dan bodo amat. Seakan hal ini sudah biasa ia lakukan.
"Oke, berikan alasan yang dapat saya terima agar kalian terhindar dari hukuman pagi ini," tanya Yuda dengan nada suara yang lebih lembut. Ia tau 'siapa' yang sedang berada di hadapannya kini. Meski tak banyak orang yang tahu tentang hubungan mereka. Tetapi tetap sajakan gadis itu kekasihnya? Cih, kekasih.
"A.. Aku.. Tadi.. Em.. Itu.. Aku.." Sial! Kenapa jadi gugup gini sih, batin Selina mengumpati diri sendiri.
"Masih sama. Gak beda." Sahut sebelah Selina, dengan nada yang terdengar dingin.
"Hm. Kamu kenapa?" Alih Yuda.
"Em, maaf Kak. Saya ketiduran setelah sholat subuh tadi." Duh, ya allah. Ampuni Selina yang udah berbohong ya allah. Padahal gak sholat subuh tadi, drakor sialan, bikin penasaran sih. Batin Selina menggebu-gebu.
"Selina boleh masuk ke kelas," balasnya dengan senyum manis, "dan kamu, pergi ke gudang lantai dua. Bersihkan gudang itu, sampai bersih. Nanti istirahat pertama, saya cek!" Perintah Yuda dengan menunjuk pemuda di sebelah Selina.
Selina tetap diam ditempatnya. Ia belum beranjak dari tempatnya berdiri. Ia masih mencerna perkataan Yuda tadi. Bukannya ia tak bersyukur karena tidak dihukum oleh Yuda karena keterlambatannya. Tapi ia merasa aneh saja, apa maksud Yuda tadi? Pemuda itu saja tadi belum menjelaskan alasannya, tetapi kenapa langsung dihukum? Kenapa tidak seperti dirinya?
What the ....
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Heart
Random*** Tentang dua hati yang selalu bersama, Tentang dua hati, yang merasakan kebahagiaan dan duka lara, Tentang dua hati yang sama-sama terluka. *** "Akhir dari segalanya memanglah kematian. Tapi awal kebahagiaan adalah bersamamu." *** Cover : Pintere...