"Maaf tuan, Nyonya Kim mengalami Keguguran, ".
.
.Mingyu berjalan mendekati Dahyun yang murung sejak mereka mengetahui fakta bahwa buah hati mereka telah tiada. Dahyun mengalami keguguran di usia kandungannya yang ketiga bulan. Tiga hari yang lalu, saar Pagi hari Dahyun mengatakan jika perutnya keram, dan tak lama ada darah yang keluar dari daerah intimnya. Hal itu tentu saja membuat Mingyu maupun Dahyun panik bukan main.
Mingyu yang sigap langsung membawa Dahyun ke rumah sakit untuk segera ditangani. Namun sayangnya, semuanya tak sesuai dengan kehendak mereka. Dahyun mengalami keguguran. Dokter mengatakan jika ini merupakan efek samping dari kecelakan saat itu, benturan keras saat mingyu mendorong Dahyun ternyata memiliki efek samping. Terlebih belakangan ini Dahyun juga tak menjaga kesehatannya karena pekerjaannya.
Mingyu tak bisa menyalahkan dahyun untuk itu, karena semua ini juga adalah kesalahannya.
Mingyu menatap Dahyun. Istrinya itu tampak seperti kehilangan separuh hidupnya saat mengetahui hal itu. Jujur, mingyu juga merasakannya. Dunianya seakan hancur saat itu juga begitu ia mengetahuinya. Namun mingyu cepat bangkit, ia harus tegar, untuk dirinya maupun untuk sang istri.
Dahyun benar benar sedih. Wanita itu bahkan menangis setiap saat. Tidak makan dan selalu mengurung dirinya di dalam kamar sembari menangis. Hal itu sudah terjadi selama beberapa hari ini. Dan hari ini masuk hari ketiga Dahyun seperti ini. Mingyu pun dibuat semakin khawatir karena dahyun yang pucat.
Sudah berkali-kali mingyu membujuk istrinya, namun dahyun hanya diam kemudian akan menangis. Sehingga mingyu tidak tega untuk berbicara lebih banyak.
Namun jika di biarkan lebih lama, Dahyun akan menyakiti dirinya sendiri. Pikiran negatif yang datang pada dahyun membuat wanita itu semakin terpuruk.
"Sayang,"
Mingyu memeluk Dahyun dari belakang. Mendekap wanitanya ini yang tengah berdiri di balkon tanpa berbuat apapun. Dahyun hanya diam memandang kedepan.
Mingyu tahu dahyun baru saja menangis. Terlihat jelas dari jejak air mata itu.
"Berhenti menangis, kamu harus makan, aku tidak ingin kamu sakit," ucap Mingyu.
Dahyun menunduk, bahunya bergetar. Dahyun kembali menangis. Selalu, selalu seperti itu saat ia mendengar suara mingyu.
"Maafkan aku hiks, "
Mingyu hanya diam, itu suara pertama yang ia dengar setelah tiga hari berlalu dengan dahyun yang diam.
Mingyu mengeratkan pelukannya, mencoba menenangkan Dahyun dengan dekapan hangatnya. Mingyu membiarkan Dahyun untuk terus berbicara. Ia tahu sulit untuk dahyun mengungkapkan isi hatinya.
Tangisan Dahyun yang memasuki Indra pendengaran mingyu membuat mingyu ingin menangis juga.
"Mianhaeyo, " ucap dahyun lagi dengan nada bergetar.
Hanya kata maaf yang keluar.
"Bukan salah mu, " ucap mingyu.
Dahyun menggeleng cepat.
"Ini salah ku, aku tidak bisa menjaganya, aku ibu yang jahat, aku tidak menjaga calon bayi kita dengan baik, aku membunuhnya mingyu! " tangis Dahyun makin kuat.
Mingyu membalikkan tubuh Dahyun. Ia tidak ingin dahyun berpikiran seperti itu.
"Lihat aku! "
Dahyun menggeleng kuat, tak sanggup untuk menatap mingyu. Rasa bersalahnya begitu besar.
"Kita sudah menantikan bayi ini dalam waktu yang lama, namun saat kita mendapatkannya, aku.. Aku justru menghilangkannya! Aku membunuh anak kita mingyu! Aku ibu yang jahat! Sudah ku katakan aku tidak bisa menjaganya! " teriak Dahyun dengan tangisannya.
"Dahyun! Sayang lihat aku! Tidak! Kamu tidak melakukannya! " mingyu mencoba untuk menyadarkan dahyun.
Kini mingyu menangkup wajah dahyun, memaksa wanitanya itu untuk menatapnya.
"Lihat aku.. Kumohon, "
Dahyun melihat mingyu karena nada lirih dari pria itu, tentunya masih dengan air mata yang terus jatuh.
"Aku mohon jangan mengatakan hal itu! kamu tidak membunuhnya, ini jalannya Dahyun. Percaya pada ku tuhan lebih menyayangi anak kita, maka ia mengambilnya. Ini bukan salah mu ataupun aku, ini kehendak tuhan! " ucap mingyu
Mata pria itu ikut berair, tak kuat menahan tangisnya saat ia berhadapan dengan dahyun.
Keduanya bertatapan, dahyun menutup matanya menangis dalam diam. Mingyu pun ikut menangis, ia juga merasakan kesedihan yang dahyun rasakan.
"Aku tahu kamu begitu mencintainya, tapi tuhan lebih mencintainya," ucap mingyu
Dahyun hanya diam sembari menahan isakannya.
"Jauhkan semua pikiran negatif mu itu, semuanya baik-baik saja. Ini sudah takdirnya. Kita harus bisa menerimanya, agar anak kita disana bisa tersenyum melihat orang tuanya disini," lanjut mingyu.
Dahyun memeluk mingyu, menenggelamkan wajahnya, kemudian menganggukkan kepala.
"Maaf, maaf sudah bersikap seperti ini, maafkan aku, " ucap dahyun.
Mingyu mengelus punggung dahyun, memberikan ciuman di Puncak kepalanya.
"Kita bisa melalui ini bersama-sama, percaya padaku semuanya akan baik-baik saja, kamu tidak perlu merasa bersalah. Meskipun aku hanya hidup dengan mu bertahun-tahun, aku tetap akan mencintaimu, selalu, " ucap pria itu.
Dahyun menganggukan kepalanya. Semakin erat memeluk suaminya.
Disaat saat sulit seperti ini, Mingyu yang bersikap tegar dan selalu berpikir positif membuat dahyun bersyukur. Bersyukur karena sudah mencintai pria itu.
♧♤♧♤♧♤♧
.
.
.-TBC-
Melow dulu ya😭😭😭😭
Klik
⇩
KAMU SEDANG MEMBACA
Many Reasons to Love Kim Mingyu [END]
FanficTerlalu banyak alasan mengapa aku mencintai seorang kim mingyu . . . Happy reading!!! #3 in seventwice [11-01-2021] #5 in seventwice [13-06-2020] #3 in 98line [08-02-2020] #4 in 98line [07-02-2020] ⓓD_aulia Story ✘Don't Plagiarism