Hari ini genap usia pernikahan mereka yang ke satu tahun.Dahyun berdiam diri di dalam kamar mandinya setelah mengalami pagi yang melelahkan.
Tubuhnya saat ini tidak bisa di ajak berkompromi.
Ia selalu saja muntah di pagi hari dan tubuhnya sering merasa lelah tanpa sebab. Itu yang dahyun lalui sejak satu minggu belakang hingga hari ini.
Dahyun bukanlah wanita bodoh yang tidak tahu gejala apa ini.
Terlebih lagi dirinya sudah telat datang bulan untuk dua bulan ini.
Karena gejala inilah, Dahyun berinisiatif untuk membeli alat tes ke hamilan. Dan disini lah dia sekarang, berdiri di depan wastafel dengan testpack yang memiliki dua garis merah di tangannya.
Senang?
Ya, tentu saja Dahyun senang. Akhirnya penantian dirinya dan mingyu datang juga. Tapi tentunya ada sedikit rasa khawatir disana.
Bagaimana jika ia tidak bisa merawat bayi ini? Bagaimana jika ia tidak bisa menjadi ibu yang baik kelak? Usianya yang masih tergolong muda membuatnya memiliki banyak ke khawatiran.
Dahyun menjadi takut untuk memberitahu mingyu akan hal ini.
"Apa yang harus aku lakukan? " gumam dahyun dengan nada lemas.
Suara ketukan pintu membuat dahyun tersadar.
"Sayang? Kamu baik-baik saja? " tanya mingyu.
Dahyun menyembunyikan testpack itu secara spontan. Kemudian mulai melangkah untuk membuka pintu kamar mandi.
Dapat dahyun lihat raut wajah mingyu yang menunjukkan kekhawatiran.
"Apa semuanya baik-baik saja? "
Dahyun menggelengkan kepalanya pelan.
Mingyu merengkuh tubuhnya tanpa kata, seakan lelaki itu tahu jika inilah yang dahyun butuhkan.
"Kenapa? Mau ke rumah sakit? Atau aku panggilkan dokter? " tanya mingyu.
Dahyun menggelengkan kepalanya, masih diam dan mencoba untuk menyakinkan dirinya untuk memberikan keputusan yang tepat.
Mingyu ikut diam, karena dia tahu dahyun sedang tidak ingin diganggu.
"Yah baiklah, sekarang kita kembali ke tempat tidur dan kamu akan beristirahat! " ucap mingyu dengan senyuman andalannya.
Mingyu menggendong dahyun layaknya pasangan suami istri yang baru menikah.
"Tak perlu di pikirkan, aku bisa menunggu jika kamu belum mau menceritakan semuanya, " ucap Mingyu.
Dahyun mengeratkan pelukannya pada leher suaminya. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang milik suaminya itu.
Mingyu benar-benar sangat mengerti dirinya. Ia bahkan tahu jika dahyun sedang dalam masa-masa bimbangnya. Kekhawatiran penuh akan dirinya dan juga calon bayi mereka. Kepercayaan diri yang menurun.
"Baiklah, istirahat dan jangan merindukan aku eoh, aku akan pergi bekerja sekarang," ucap mingyu di selingi dengan candaan.
Mingyu menurunkan dahyun di tempat tidur mereka. Dahyun mantap suaminya yang berada di atasnya.
Saat mingyu akan pergi, dahyun dengan segera menghentikannya. Memeluknya erat.
"Wae? " tanya mingyu heran dengan perlakuan tiba-tiba dahyun.
"Aku.. Hamil, " bisik dahyun.
Mingyu terdiam sejenak, kemudian segera memisahkan dirinya dan mulai menunjukkan raut sumringahnya. Mingyu senang bukan main.
"Jinjja?! Aku akan jadi ayah?! " tanya mingyu.
Dahyun mengangguk pelan. Dahyun pun menunjukkan testpacknya pada mingyu. Mingyu melihatnya pun tersenyum lebar.
"Ohh tuhan terimakasih! " teriak mingyu. Lelaki ini terlalu bahagia.
Mingyu memeluk dahyun dan memberikan banyak kecupan pada istrinya itu. Namun, setelahnya Mingyu melunturkan senyumannya karena melihat raut wajah istrinya yang tampak tidak bahagia.
"Kenapa? Kamu tidak bahagia? Ada apa?"
Mingyu menangkup wajah dahyun. Dahyun menatap mingyu, hingga akhirnya air matanya turun begitu saja.
"Mianhae hiks! "
"Hei kenapa? "
Dahyun memeluk mingyu, ia mengeluarkan segala kerisauan di hatinya.
"Bagaimana jika aku tidak bisa menjaganya dengan baik? Hiks! "
"Bagaimana jika aku tidak bisa menjadi ibu yang baik! Aku belum siap, maafkan aku! " tangis dahyun.
"Hei hei dahyun-ah, sayang lihat aku," mingyu kembali menangkup wajah dahyun.
Menatap tepat di matanya.
"Kita bisa, kamu bisa, kamu istri yang baik, kamu juga bisa jadi ibu yang baik, percaya pada ku. Kita bisa merawatnya, karena selama kita bersama, kita bisa melakukannya, kamu mengerti? "
Ucapan lembut penuh perhatian itu membuat dahyun berhenti menangis. Entah kenapa kekhawatirannya hilang begitu saja. Mingyu membuat dirinya tenang dalam sekejap.
Dahyun menganggukkan kepala, keduanya berpandangan dan saling melemparkan senyuman.
"Terimakasih, " ucap dahyun.
"Tidak, aku yang berterima kasih. Terimakasih karena sudah memberikan ku buah hati, sekarang duanya ku lengkah dengan adanya kalian berdua," ucap mingyu sembari menyentuh perut rata dahyun.
Dahyun tersenyum, mingyu mengecup kening dahyun kemudian mereka berpelukan.
Benar, bagaimanapun dahyun merasakan kegundahan, kekhawatiran, dan perasaan resah. Mingyu akan selalu ada untuk menenangkannya.
Itulah mengapa ia mencintai seorang kim mingyu.
♧♤♧♤♧♤♧
.
.
.-TBC-
Akhirnya mereka dapet dedek bayi😂
Btw cuma mau ingetin klo ff ini soft problem, cuma menceritakan alasan dahyun mencintai mingyu dan kehidupan pernikahan mereka. jadi buat yang minta konflik ya gitu, kalian bisa ngerti lah ya jangan berharap, apalagi klo sampe ada pelakor wkwk
Kalo gak suka gak apa-apa, aku nggak maksa kalian buat suka, cukup gak usah baca :)
Aku menulis karena aku suka dan aku menulis karna selalu mikirin reader yang bahagia pas baca cerita ku. It's simple.
Oke makasih pengertiannya.
Wkwk keep vote dan comment yaa😊
Klik
⇩
KAMU SEDANG MEMBACA
Many Reasons to Love Kim Mingyu [END]
Hayran KurguTerlalu banyak alasan mengapa aku mencintai seorang kim mingyu . . . Happy reading!!! #3 in seventwice [11-01-2021] #5 in seventwice [13-06-2020] #3 in 98line [08-02-2020] #4 in 98line [07-02-2020] ⓓD_aulia Story ✘Don't Plagiarism