Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
. . .
. .
Gadis itu memundurkan dirinya diatas kasur dengan Wajah ketakutan yang sangat terlihat jelas.
Sang Pria yang tadi duduk di Single Sofanya, terlihat sedikit berdiri dengan tangan yang melambai kuat. "hey, aku tak menyentuhmu."
Yeji, gadis yang kini terbalut oleh selimut tebal itu mengendorkan tangannya dari selimut yang ia genggam erat tadi. Kini matanya berfokus menatap laki-laki didepannya yang kembali duduk.
Pikirannya mulai bermain, kamar luas ini? Kasur empuk dan suhu rumah yang hangat ini?
Apakah dia yang menolongku? Dan apakah dia yang memiliki rumah ini? Oh tuhan! Aku sangat tidak sopan tiba tiba berada disini.
Ia bangkit dari kasur itu, lalu mem bungkukan badannya. "Terimakasih sudah menolong saya. tetapi saya harus pergi dari sini."
Yeji melangkahkan kakinya, tetapi langkahnya terhenti karena tangannya tertahan oleh tangan angkuh milik Pria tadi.
"Hey, Apa yang membuatmu terlibat ditengah dinginnya hujan tadi?"
Yeji menatap Pria yang menahannya itu, mata Pria itu berbinar.
Yeji ingin menyampaikan sesuatu. Tetapi, bibir Yeji sangat kelu untuk mengeluarkan suara. bahkan ia sedang menimbang-nimbang Perlukah ia menjawab pertanyaan itu dengan jujur? Atau ia alihkan saja agar Pria ini mempercayainya?
Tetapi, untuk sekarang Yeji memang tidak bisa berbicara jujur. Jadi, ia mencoba sebisa mungkin untuk menyakinkan orang didepannya ini.
"Saya Sedang mencari pekerjaan disini. Tetapi, Saya belum mempunyai hunian. Saya berjalan sepanjang hari untuk menemukan tempat beristirahat, namun nyatanya mencari tidak semudah yang kubayangkan"
Yeji menunduk lalu meringis, kebohongannya sangat tidak masuk akal. Tetapi cukup menyakinkan.
Hyunjin mengangguk lalu tersenyum tipis.Ia, melepaskan tangannya dari lengan Yeji.
Yeji melirik Hyunjin, lalu melangkahkan kakinya lagi untuk pergi dari kamar itu.
"Tadi... Kau bilang sedang mencari pekerjaan kan?"
Hyunjin yang awalnya menatap ke arah lantai, kini beralih menatap ke arah Yeji. Kalimat itu menghentikan Yeji, ia membalikkan badannya untuk melihat sumber suara.
Yeji terdiam untuk beberapa saat, ternyata ucapan kebohongannya itu merupakan suatu hal bagus. ia berfikir bahwa ini lebih baik ketimbang dia hidup sebagai gelandangan yang meminta minta.
lagi pula, berkerja terlihat lebih baik. Daripada ia harus kembali ke rumah paman dan bibinya yang tak lepas dari kekejaman itu.
Yeji mengangguk, lalu tersenyum hangat. "Benar, Ada apa?"
Hyunjin tersenyum, lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Yeji. "Aku ingin kau bekerja bersama ku. Ini tak sulit, kau hanya perlu berpura pura"
Yeji mengernyitkan dahinya, lalu menjawab dengan terbata. "A-apa? Ber--- pura-pura?"
Hyunjin menganggukkan Kepalanya, seolah setuju dengan jawaban Yeji. "Iya, berpura pura menjadi Ibu untuk Anakku, Retta."
Yeji memelotot, Di-dia? Sudah mempunyai anak? A-aku kira di-dia...
Hyunjin mengalihkan pandangannya ke sebuah bingkai foto, dimana ada sesosok wanita tengah tersenyum didalam foto itu.
Yeji mengikuti pergerakan itu, Apakah itu istrinya?
Hyunjin tersenyum miris, lalu kembali menatap Yeji yang kini menatapnya juga.
"Aku sangat berharap padamu, karena Retta benar benar terlihat menginginkanmu"
Retta? Anak Pria ini?
"Aku Hwang Hyunjin 25 Tahun, kita belum berkenalan bukan?" Hyunjin menyodorkan tangannya diiringi dengan senyumnya.
"Saya Hwang Yeji, 23 tahun. senang berkenalan dengan bapak" jawab Yeji seraya membalas sodoran itu. Yeji tersenyum tipis.
"Apakah saya boleh tau? Berapa umur anak bapak?" Lanjut Yeji, ia penasaran. Tangannya secara refleks melepaskan genggaman sesaat tadi.
"Hwang Retta, gadis kecil berumur 4 tahun. Putri kesayangan saya"
Yeji menyatukan kedua tangannya lalu tersenyum. Aku suka anak kecil!
