Part 5

12.4K 213 6
                                    

Juan de Borgh tahu dirinya adalah pemandangan yang cukup bagus untuk perempuan. Sama seperti kelihaiannya dalam melakukan ekspansi bisnis.

Dia punya wajah yang sanggup membuat perempuan berdebar. Tubuh atletis yang bisa membuat hati perempuan mana pun meleleh.

Tapi, dia tak suka disebut lelaki metroseksual. Lagi pula, ia tinggal di daerah-orang kota menyebutnya kampung-bukan di kota besar dengan ragam polusi dan gedung bertingkat-tingkat.

Ia suka mengenakan celana kain dan kemeja dari bahan terbaik. Juga sepatu pantofel jika tidak ada kunjungan ke lokasi pembangunan resor. Kulitnya tidak terlalu pucat seperti pria asing kebanyakan. Ia suka beraktivitas di bawah matahari.

Ke mana-mana ia menjadi pusat perhatian. Ia selalu meninggalkan aroma mint dan cedar wood yang mengingatkan orang dengan padang rumput.

Ia tumbuh dan besar dalam lingkungan keluarga pebisnis. Kakeknya, Arnold de Borgh menginjakkan kaki di Tretes pada tahun 1930. Lelaki Belanda itu langsung betah, karena cuaca Tretes cukup sejuk berbeda dengan kota-kota lainnya di Pasuruan.

Dinasti de Borgh besar dan tumbuh di dataran tinggi itu. Juan lahir dan besar di daerah tersebut. Tapi, ia kuliah dan belajar bisnis di Den Haag, setelah merasa cukup, ia harus pulang kembali untuk mengurusi bisnis keluarganya.

Saat ini Juan melakukan diferensiasi dalam berbisnis, ia membangun resor yang cukup besar di Tretes. Resor itu harus secepatnya selesai, agar ia bisa mengurus hal yang lain.

Lagi pula, jika resor tersebut cepat rampung ia tak perlu banyak mengeluarkan dana. Biaya bisa dihemat dan ia bisa menghadap ayahnya--Fitzwilliam de Borgh dengan bangga.

Sayang-impiannya kandas. Karena keteledorannya dalam memilih kontraktor, ia rugi banyak. Saat ia menghadap ayahnya, sang ayah hanya berkata, "Duniamu sudah tidak seimbang. Ibarat belanga kau tak bertutup."

Juan hanya melongo. Sebenarnya, ia paham kenapa ayahnya berkata seperti itu. Tapi ia tak mau menebak.

"Menikahlah! Jika kau ingin Papa masih membantumu untuk resor legendarismu itu. Kau bisa menikah dengan putri almarhum Noel de Weisch. Ia sahabat baik Papa."

Begitulah. Hingga ia bertemu putri sulung Noel de Weisch.

Juan tahu ia tak mungkin menikah karena cinta. Tapi, ia perlu itu untuk melanjutkan ambisi bisnisnya. Lagi pula, Bestari adalah gadis yang cantik dan terhormat. Hal mutlak untuk rumus istri ideal.

Lalu, datanglah Lara Lembayung-menghancurkan rencananya.

Jadi, jika dia bersikap kasar pada gadis kurang ajar itu, hal tersebut cukup layak.

Juan mengerti, mungkin Lara tertarik dengan kekayaan dan ketampanannya. Bahkan dengan gadis ingusan pesonanya tak tertolak.

Kabar jika Bestari memiliki kekasih pilihan membuat Juan merasa sedikit kurang berminat lagi. Entah mengapa. Yah, ia cukup terhina dengan presentasi Lara. Tetapi, gadis itu ada benarnya.

Untuk apa menghabiskan waktu dengan perempuan yang telah memberikan hatinya pada lelaki lain?

Tapi, untuk menikah dengan Lara?

Tunggu dulu. Tidak semudah itu. Ia tak mau diatur orang lain. Cukup orang tuanya yang bisa seenaknya memerintahnya menikah. Bukan orang lain.

Apalagi gadis ingusan bernama Lara Lembayung!

Juan sedang mempelajari surat perjanjian kerja dengan kontraktor yang akan memasang listrik di resornya, saat ia mendengar gawainya berbunyi. Nada khas. Itu pasti telepon dari orang tuanya.

Malam Pertama Lara (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang