Kalau dia terlambat beberapa menit saja, bajingan tengik itu pasti sudah menyakiti Lara.
Sejak sore tadi, Juan merasa ada sesuatu yang salah. Namun, ia merasa hal itu tidaklah pantas untuk dipikirkan. Ia merasa sedikit terganggu dengan teman-teman Lara. Hanya, ia mengingkari hatinya.
Apakah ia cemburu dengan kedekatan Lara bersama teman-temannya? Gadis itu bisa tertawa lepas dan bebas. Mana mungkin, ia melarang mereka berjalan-jalan menikmati resor yang hampir sempurna pembangunannya ini dengan alasan yang terkesan sepele?
Ia hanya bisa melihat mereka dari jauh. Tepatnya, mengawasi Lara dengan dada menahan rasa cemburu yang berusaha meletup emosinya. Ia harus bisa menahan diri, sama seperti hari-hari kemarin.
Bukankah dia adalah 'aktor profesional' dalam 'drama' rumah tangga ini? Mungkin jika ia terjun ke dunia perfilman ia bisa meraih piala Citra.
Juan tersenyum mengejek diri sendiri. Menyadari ketololannya menghabiskan akhir tahun dengan berlatih di gym resor. Ruangan itu baru sempurna, tentu saja.
Alat-alat fitness yang ada memang masih jauh dari lengkap. Tapi, alat yang paling dibutuhkannya saat ini sudah terpasang sempurna.
Tidak seperti biasanya, malam itu ia tak melakukan olahraga cardio, namun malah memilih boxing. Ya, ia butuh melampiaskan emosi dan kemarahannya dengan memukul samsak tinju dengan pukulan jab, straight, atau hook yang keras dan mematikan.
Setelah melakukan pemanasan dan memakai sarung tinju ia mulai berolah raga. Tangannya terasa panas, dan kebas. Namun, Juan memilih meneruskan latihannya.
Hingga saat ia mengelap dahinya yang penuh dengan keringat, ia mendengar sesuatu yang mencurigakan. Di tempat sepi dan jauh dari keramaian seperti ini, suara menjadi sesuatu yang sensitive. Alam mungkin memberi keriuhan alami mirip suara-suara dalam hutan.
Tapi, suara yang didengarnya ini cukup jelas. Jeritan perempuan.
Juan melempar handuknya begitu saja, lalu berlari secepatnya ke luar sembari membanting pintu. Dahinya mengernyit curiga dan was-was karena itu mirip dengan suara ... Lara.
OOO
Jarak ruang gym dan suara keributan itu cukup dekat, mungkin sekitar 100 meter. Jantung Juan nyaris meledak begitu cahaya lampu senter yang dibawanya menyorot pemandangan di depannya.
Bajingan tengik yang diincarnya sejak menginjakkan kaki di Taman Asoka itu sedang merunduk dan mengunci tubuh Lara di bawahnya. Lara menangis, dan berteriak. Suaranya sungguh memilukan. Gadis itu tampak melawan namun sepertinya tenaganya kalah jauh.
Kerudungnya sobek, dan roknya tersingkap hingga bagian atas paha. Lara menendang dan masih berteriak. Kemudian mulutnya kembali dibekap bajingan itu.
Darah Juan rasanya mendidih ke ubun-ubun, dengan tangan terkepal dan geraham mengatup lelaki itu menarik kemeja Osman lalu membantingnya di atas rumput dengan keras. Menjauhkannya dengan Lara yang tampak kaget dan masih histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Pertama Lara (18+)
RomanceLara Lembayung berjingkat pelan turun dari tempat tidur. Kakinya yang jenjang menapak dengan hati-hati di atas lantai parket. Suara derit kayu pelan terdengar. Lara meringis. Ia menoleh ke samping. Lelaki itu masih terlelap. Matanya masih rapat ter...