Part 13

14.8K 311 27
                                    

Hujan biasanya turun bersama keajaiban, Sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan biasanya turun bersama keajaiban, Sayang.

Butir-butir bening meluncur lurus jatuh ke bumi, mengusap tanah kecokelatan yang lembab. Mengantarkan kebahagiaan untuk para petani.

Namun, tidak itu saja, terkadang gerimis lembut yang membuai rumah kayu di sudut paling strategi dalam Taman Asoka pun merasakannya. Walau mereka tak memperhatikannya.

Yah, mereka. Sepasang pengantin baru yang masih bingung memaknai cinta. Juan dan Lara.

Itulah keajaiban, Sayang.

Sudah berkali-kali, berminggu-minggu hingga saat menjelang akhir tahun. Lara sering termangu di malam hari. Ia memang masih merasa pilu dengan perilaku Juan yang begitu sulit menerima kehadirannya.

Seringkali ia terbangun, karena mendengar suara air yang mengucur dari kamar Juan. Lelaki itu lebih sering mandi di malam hari sekarang. Apakah lelaki itu merasa lelah?

Lara tidak bodoh, kau tahu?

Tapi, sungguh ia bingung dengan perilaku Juan. Lara tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Bahkan Osman yang berkali-kali 'menembaknya', Lara masih saja menganggapnya sahabat biasa.

Lara memang tak berpengalaman dalam membangun romansa apapun. Itu mungkin salah satu kebodohannya. Ia terlalu lugu. Karena itu, ia mungkin terlalu memuja.

Ya, ia merasa bodoh dan tolol dalam urusan cinta.

Sama seperti saat pagi buta, ia seringkali mendapati baju-baju Juan tercecer basah di depan kamar mandi.

Maka, di sinilah dia. Terperangkap dalam uraian gerimis yang membuatnya tak bisa ke mana-mana.

Lara mendongak ke langit. Masih kelabu. Seingat dia, sejak menginjakkan kaki di Taman Asoka, ia tak pernah melihat awan lebih cerah dari kelabu. Kalau tidak, pasti gerimis atau hujan.

Tadi pagi, Juan sudah berangkat ke kantor. Mereka berdua menyantap sarapan pagi dalam keheningan. Lara sampai tak bisa mengingat, kapan mereka terakhir berbicara seperti saat ia dahulu pertama kali bertandang ke kantor pusat Taman Asoka di Tretes.

Sering, Lara merasa sepi. Bahkan di tempat paling sunyi seperti ini, ia masih bisa merasakan kesenyapan.

Ia mengerti kenapa lelaki itu seperti ingin mengusirnya dari sini. Mungkin Juan memang sulit mencintainya. Ah, kini Lara tak merasa muluk untuk mendapatkan cinta lelaki itu.

Juan sudah menerima dia sebagai sahabatnya saja, menurut Lara itu cukup. Ia masih belum berani berharap lebih dari itu.

Kini, di tangannya ada novel 'The Great Gatsby' kesayangan Juan. Lelaki itu tak bisa mengingat, di mana ia meletakkan novel Lara. Hingga, ia pun memberikan cetakan pertama dari 'Gatsby' pada gadis itu.

Ini pasti mahal.

Begitu kali pertama Lara menatap novel di pangkuannya. Kertas-kertasnya sudah tampak menguning, dan berbintik-bintik. Pada beberapa sisi, tampak kusam dan rapuh. Usia novel ini pasti sudah puluhan tahun.

Malam Pertama Lara (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang