Part 8

10.1K 229 16
                                    

Dua orang yang tidak begitu mengenal duduk berdampingan di dalam Ford Everest yang melaju di tengah badai hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua orang yang tidak begitu mengenal duduk berdampingan di dalam Ford Everest yang melaju di tengah badai hujan.

Titik air menitik demikian deras. Jatuh begitu cepat dari langit kelabu ungu. Sinar matahari cuma sepenggalah.

Dalam tas masing-masing ada sebuah novel yang ditulis F. Scott Fitzgerald—mereka membacanya dalam edisi bahasa Inggris.

Yang lelaki malah memiliki cetakan pertama. Bukan bermaksud sombong—tapi memang lelaki itu hanya mengoleksi sesuatu yang terbaik.

Berbeda dengan perempuan muda di sebelahnya. Kalau toh novel ini hilang—ia bisa membeli lagi di toko buku. Saat memasukkan novel itu, pasangan yang baru menikah ini tidak tahu jika mereka sama-sama terpukau dengan karakter Jay Gatsby.

Si lelaki bahkan bersumpah tak akan menjadi seperti Gatsby—dalam hal memaknai cinta. Atau bertemu perempuan semacam Daisy Buchanan—‘racun’ yang menyebabkan kematian Gatsby.

Sedangkan perempuan muda di sebelahnya, hanya maklum mungkin takdir bagi sebagian penulis seperti Fitzgerald adalah kematian mengenaskan dari sang tokoh utama.

Tidak ada yang kebetulan, begitu pikir gadis muda itu. Ia mengamati lelaki yang sedang sibuk menyetir dengan mencengkeram kuat kemudi di sampingnya.

Lelaki itu tampak serius dengan kemudi di depannya. Ia sangat sedikit berbicara. Rambutnya sedikit basah tak beraturan. Mencuat ke sana ke mari. Gel rambutnya tak berpengaruh saat ini. 

Mungkin ini takdir. Perempuan muda itu menguatkan hatinya.

Saat titik air semakin rapat—cahaya kilap disusul suara menggelegar memenuhi langit. Pandangan mata begitu terbatas. Perempuan muda itu menggigit bibirnya agak khawatir.

Ia sebenarnya bukan penakut tapi membayangkan ada pohon tumbang di tengah jalan, rasanya sedikit horor.

“Kamu takut?” suara lelaki itu terkesan bernada sinis. Ia menyembunyikan senyum mengejek.

Lara menggeleng pelan. Ia memutuskan mengambil novelnya dari tas ransel. Mungkin membaca bisa mengalihkan pikirannya dari hal buruk.

Ia meletakkan ‘The Great Gatsby’ di pangkuannya. Jari-jari kurusnya yang sedikit basah, dan kuku-kukunya yang masih pekat oleh hena membuka lembar demi lembar.

“Kau membaca Gatsby?” tanya lelaki itu penuh ingin tahu. Baginya, menemukan perempuan membaca di dalam kendaraan itu sedikit seksi. Yah, ia berpikir begitu.

“Ini sudah yang ketiga,” sahut Lara menoleh sekilas pada Juan. Ia kembali tenggelam dalam buku di pangkuannya.

“Hem …” lelaki itu tak meneruskan.

“Apa Mas Juan, keberatan?”

“Maksudmu?”

“Jika aku membaca sekarang,” tanya Lara.

Malam Pertama Lara (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang