2~Bertemu

34 1 0
                                    

"setidaknya jika ada warna, gambarmu akan terlihat lebih menarik, sama halnya seperti hidupmu, jika ada cinta maka hidupmu akan lebih berwarna."

~Raydal Aditiya Gezz~

_

____________

Seorang Pria berjalan santai masuk ke kelasnya sambil mengusek-ngusek wajahnya menggunakan tisu yang merahh penuh dengan darah.

"Eh lo kenapa anjir? " tanya Pria lainnya , ketika Pria tadi duduk di bangkunya.

"Heboh deh"ucap Pria yang tengah mengusek-ngusek wajahnya itu. Ia langsung duduk di bangkunya

"Eh Raydal Aditiya Gezz, otak lo dimana sih? Dengkul? Ini muka lo boncos begini" ucap Pria itu sambil menampol kening sahabatnya itu.

"Sakit bego." seru Ray sambil mengeryitkan dahinya

"Lagian lo di tanya, kenapa lo?" tanya Gibran.

"Erick biasa" ucap Ray.

"Berulah lagi dia, kurang ajar"ucap  Gibran dengan raut wajah yang kesal

"Udah deh biarin" ucap Ray dengan tenang.

"Lahh lahh ini kenapa muka lo boncos gini Ray? " Tanya Ferry yang baru saja datang.

"Ini gue kena sembur pantat ayam" timpal Ray asal

"Bangsat, seriusan gue" sambil memegang-megang wajah Ray.

Ray menepis tangan Ferry yang menjelajahi wajahnya.

"Tangan lo haram, gak boleh pegang-pegang muka suci gue" Timpal Ray.

"Gabisa dibiarin lah Ray, pokonya kita harus datangin ke kelas nya" seru  Gibran dengan marah.

"Udah biarin, untungnya gue tadi ditolongin cewek, cantik lagi, lo pasti gak bakal pada percaya" ucap Ray

"Siapa anjir?" Tanya Ferry

"Ada dehh" seru Ray

"Gak malu lo di tolongin cewek?" Tanya Gibran terkekeh

" nggak, malah gue bangga, ternyata itu beneran dia" ucap Ray sambil membayangkan kejadian yang menimpanya.

"Dia siapa?, ciri-cirinya lo tau dong?" Tanya Ferry

"Satu yang gue inget" timpal Ray

"Apa?" Seru Ferry dan gibran berbarengan

"Cantik" ucap Ray sambil tersenyum sehingga mendapatkan toyoran dari kedua sahabatnya

____________________

Rere merebahkan tubuhnya di atas Ranjang king size nya, ia tinggal di sebuah apartemen. Kemana kedua orang tuanya? Jangan tanyakan itu kepada Rere karena iya sendiripun tidak tahu dimana mereka berada.

Ting

Notif diponselnya muncul dengan malas ia membaca pesan itu, lagi lagi dikirim oleh orang yang sama, dan untuk kesekian kalinya Rere mendengus kesal.

Rere mulai memejamkan matanya berharap semua masalah yang akan menghampirinya pergi begitu saja, karena melihat Rere yang tidak tertarik untuk menyelaskan masalah.

Ia membuka matanya kembali, Pikirannya kini terbagi-bagi, sepertinya masalah itu enggan untuk pergi.

Setelah mengganti pakainnya menjadi pakaian santai rumahan, ia berjalan melangkahkan kakinya menuju dapur berniat mencari makanan untuk ia makan, namun ternyata stok makanannya sudah habis.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang