6~Latihan

16 0 0
                                    

"Banyak hal berharga didunia ini, tapi percayalah keluarga lebih berharga dari apapun"

~Maure Abizar Tomson~

______________

Pagi ini Rere tengah menyiapkan peralatannya, ia berniat pergi kesuatu tempat, dimana tempat ia berlatih.

Triiing triiing

Dering ponsel mengganggu aktivitas Rere.

"Reee ini gue Fani, gimana gue jadi kan ikut ke acara lo? "

Suara Fani mendominasi di ujung sebrang sana.

"Kayaknya gajadi Fan, gue mau kerumah nenek gue sama keluarga gue" ucap Rere bohong

"Ohh yaudah deh, lain kali deh ya, babay"

"Bay" ucap Rere lalu mematikan panggilannya.

Rere Berdecih, baru saja ia mengatakan keluarga? Sekali lagi, baru saja ia mengatakan KELUARGA?? Rere kembali berdecih, ia tidak mengerti mengapa kehidupannya sepahit  ini. Ia tidak mengerti mengapa tuhan menetapkan posisi ini kepada Rere. Ia tidak mengerti kenapa dia tidak seberuntung mereka.

Ia tidak punya orang tua, tidak punya kakek nenek, tidak punya paman bibi, ia tidak punya keluarga, ia hanya punya harta, itupun dari seseorang yang mengaku sebagai ayahnya.

Ia hidup sendiri, bahkan ia pun tidak tau dimana dirinya berasal. Memikirkan semua itu hanya membuat dirinya sendiri heran.
Mengapa juga ia harus hidup, jika dia tidak punya siapa siapa di dunia ini?

Rere mulai berjalan keluar dengan ranselnya.

"Mau kemana Re? " tanya Seseorang yang sudah ada di depan pitu apartemennya. Siapa lagi kalau bukan Ray.

"Mau lo apasi? " tanya Rere yang mulai kesal dengan kehadiran Ray dihidupnya.

"Guee? Gue mau jadi temen lo. " ucap Ray enteng. Rere bedecih.

"Atau lebih tepatnya, jadi teman hidup lo, atau jadi pacar lo, mungkin. " lanjutnya lagi.

"Gue gabutuh temen hidup dan Gue gak butuh pacar, miggir lo" seru Rere lalu berjalan melewati Ray begitu saja. Namun cekalan ditangannya membuat Rere berhenti seketika.

"Lo kenapa sih Re? " tanya Ray serius, Sedari tadi Rere hanya terus menampakkan wajah datarnya.

"Emang lo bisa hidup sendiri? Emang lo yakin lo gak bakal butuh bantuan? " cerocos Ray.

"Lo itu selalu ngehindar dideketin sama orang, seakan-akan emang lo bisa sendiri" lanjutnya.

"Lo yakin bisa jalanin hari-hari lo sendiri? Sampe tua? Gapunya anak? Terus kalo lo sakit siapa yang ngerawat lo? Terus kalo lo mati siapa yang mau gali kuburan buat lo? " ucap Ray penuh dengan penekanan.

Matanya Rere mulai memanas, baru kali ini ada seseorang yang dengan gamblang mengomentari hidupnya, hati Rere terasa teriris, mendengar penuturan setiap kata yang Ray ucapkan. Pelupuk matanya mulai di penuhi dengan genangan air mata yang siap meluncur dari sana.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang