"Menetralkan detak jantung itu tidak mudah, jadi berhentilah mempermainkannya. "
~Maure Abizar Tomson~
_____________________________________
Ray menunggu Abangnya di tempat tunggu. Ia memainkan ponselnya guna mengusir bosan. 15 menit lalu ia sampai di bandara.
"Pir cepet gue cape nih mau rebahan" seru seseorang di depan Ray, Ray mendengus.
"Lo kira gue supir lo" ucap Ray yang ternyata itu abangnya.
"Yeee kan lu emang supir" ucap Reno lalu merangkul Ray layaknya seorang sahabat.
"Tangan haram lo " delik Ray menepis tangan Reno di pundaknya.
"Yaelah baru juga ketemu lo " ucap Reno, setelah sampai ditempat Ray memarkirkan mobilnya, lalu ia mengitari mobil menuju bagasi untuk menyimpan kopernya disana.
Keduanya masuk kedalam mobil, lalu dengan cepat Ray menjalankan mobilnya.
"Gimana sekolah lo Ray? " tanya Reno.
"Ga gimana-gimana" ucap Ray santai.
Reno berdecak.
"Gadis itu? " tanya Reno.
"Baik" ucap Ray yakin.
"Lo mulai jatuh Cinta sama dia? " tanya Reno selidik.
"Gajelas lo"
"Gapapa lagian Rey, itu kan emang rencana Papa, lagian lo bukannya udah deket ya?" tanya Reno.
"Udah deh, gausah aneh-aneh, gue udah punya cewek"
"Loh? Sejak kapan, bukannya Papa larang lo punya cewek?"
"Ini hidup gue lo gausah ikut campur, atau lo mau turun sekarang" ucap Ray.
"Terserah lo deh Ray"
_________________
"Assalamualaikum " ucap Reno ketika sampai dirumahnya.
"Walaikumsalam, akhirnya sampai juga kamu Ren" ucap Risda menyambut Reno lalu memeluknya.
Setelahnya ia mencium tangan Risda juga Andre yang sedari tadi tersenyum kearahnya."Gimana Ren kuliahnya? " Tanya Andre tenang, lalu mereka duduk di ruang tengah.
"Lancar Pa, ya cuma paling ada kendala sedikit lah" ucap Reno.
"Ma, Pa, Bang, Ray ke atas dulu ya" pamit Ray menuju kamarnya.
"Yaudah Pa, Ma, Reno juga mau bersih-bersih dulu terus mau istirahat" ucap Reno dengan senyumnya.
"Yaudah iya No, besok pagi ke ruangan Papa ya, ada yang harus Papa bicarakan" ucap Andre, Reno tersenyum lalu pergi sambil menenteng Kopernya.
___________
Ray memandang langit-langit kamarnya, ia gusar memikirkan apa yang terjadi di hidupnya, ia bisa saja meninggalkan gadis itu, namun ia harus bertentangan dengan Papanya, tapi di sisi lain, ia tidak mungkin melepaskan gadis yang selama ini ia cari.
Semakin lama reno memikirkannya malah semakin membuatnya stres.
Ray mulai memejamkan matanya, ia berharap tidak terjadi apa-apa dikemudian hari karena Perasaannya yang tidak bisa ia tahan lagi.
___________
Dering jam weaker membangunkan gadis yang tengah terlelap dalam tidurnya. Ia melirik jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi, dengan lesu ia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan aktivitas paginya.
Setelah selesai Ia keluar dari kamarnya berniat mengambil roti ke dapur, namun makanan di meja makan sudah siap disana.
Rere mengerutkan dahinya bingung.
"Pagii ree" ucap Seseorang di belakang Rere yang sukses membuat Rere terperanjat kaget.
"Ehh ehh maap maap kaget ya? Maap ya Re" ucap Orng itu yang ternyata adalah Ray, ya. Siapa lagi yang tau kode pintu Apart Rere selain dirinya dan Ray yang selalu maksa masuk kedalam hidupnya.
Rere mendengus.
"Ngapain sih lo? " tanya Rere ketus."Mau berangkat bareng sama lo lah, tapi Sarapan dulu, nih tadi Mama gue udah bungkusin" ucap Ray santai. Rere melihat makanan yang sudah ada di meja makan. Lalu menatap Ray yang tengah tersenyum kearahnya.
"Udah ayok duduk" ajak Ray langsung menarik tangan Rere agar duduk disampingnya.
"Lo biasanya pagi makan apaan sih? " tanya Ray yang sudah menyantap makanannya.
Rere hanya diam menatap makanan yang tersaji di depannya, selama 17 tahun ia hidup di dunia, baru kali ini ia diperlakukan layaknya manusia, dianggap bahwa ia ada.
Ray melirik ke arah Rere yang hanya diam mematung.
"Ree, ayo makan, entar kita telat ke sekolahnya. " ucap Ray sambil mengusap pucuk kepala Rere.
Membuat Rere melirik ke arahnya, Melihat sorot mata Ray membuat jantung Rere berdegup lebih cepat dari biasanya, ada rasa aneh yang menelusup ke relung hatinya. Rere menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Re? Jatuh Cinta lo sama gue? " Goda Ray dengan cengirannya.
"Apaansi lo" seru Rere mengelak ia menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Lalu mengambil makanan yang tersaji disana.
Ray tersenyum mendapati Rere yang salah tingkah lalu ia mengacak pucuk rambut Rere lagi.
"Bisa berenti gak lo acak-acak rambut gue! " ucap Rere ketus, bertolak belakang dengan jantungnya yang berdegup cepat.
"Abisnya lo lucu" ucap Ray dengan senyumnya.
______________
Dengan wajah yang semakin datar Rere mengutuk seseorang yang berjalan didepannya tengah menggandeng tangannya sedari tadi turun dari mobil.
Rere berdecak yang merasa risih dengan tatapan tatapan tak suka dari siswa siswi yang ia lalui sepanjang koridor sekolah.
"Bisa lepasin tangan gue gak sih? " tutur Rere. Ray berhenti lalu berbalik badan.
"Nggak Re, lo milik gue, gak boleh ada yang ganggu gugat, gak boleh ada yang pegang-pegang lo selain gue. " ucap Ray setelah itu melanjutkan langkahnya.
Rere mendengus kesal.
Sesampainya di kelas Rere, Ray melepaskan genggamannya. Baru saja Rere ingin melengos pergi namun tangannya kembali di tahan oleh Ray.
"Apalagi Rayy" ucap Rere jengah, Ray senang bukan main, ini kali pertama namanya di sebut oleh Rere.
"Belajar yang khusyu jangan mikirin gue, kalo kangen telpon gue oke? " ucap Ray dengan senyumnya.
"Hmm" dehem Rere lalu melangkah masuk ke kelasnya setelah lengannya terlepas dari Ray.
"Waaooowahhh seorang Maure Abizar Tomson, dianter cowok sampe ke kelasss" seru Fani yang baru saja mendapati Rere duduk di sebelahnya.
"Wahh Re parah lo gak cerita sama gue, lo jadian ya sama si Ray itu? Wahh ko lo gak ngasih Pj sih? " cerocos Fani tidak terima yang dirinya tidak tau apa yang terjadi di antara keduanya.
"Lo bisa diem gak? " seru Rere yang jengah dengan pertanyaan Fani.
"Nggak lah Re, makanya lo cerita dulu" seru Fani lagi.
Rere memutar bola matanya malas.
"Stefani Anindya yang terhormat, gue gak pacaran sama Ray. Puas lo? " tekan Rere."Tapi ko Ray nganterin lo sampe ke kelas, kalo kalian ga ada apa-apa mana mungkin Ray ngelakuin hal itu Re" seru Fani tak percaya, dan tak puas dengan jawaban Rere.
"Terserah lo deh ah" Ucap Rere yang sudah lelah menjelaskan kepada Fani sahabat barunya itu.
_______________
Kalo ada typo bilang.
Jangan lupa votemment❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen FictionSepi dalam keramaian, Ramai dalam kesendirian. Itulah hal yang paling di rasakan dalam hidup seorang gadis bernama Maure Abizar Tomson. Maure seorang gadis berdarah dingin, dengan satu ekspresi yang selalu ia tunjukkan kepada dunia, pikirnya ia aka...