10~Gelap

6 0 0
                                    

"Semua garis kehidupan ada di genggaman. "

~Maure Abizar Tomson~

________________

Jam dinding menunjukkan pukul setengah 8 malam Rere berada di tempat tidurnya menatap ke arah jendela kamarnya.

Tiap tetes hujan kini Rere perhatikan,  tatapannya kosong kedepan,  kejadian masalalu kembali melintas dipikirannya.

Seperti ada ribuan beton menghantam relung hatinya secara bersamaan,  Rasa perih itu kembali ia rasakan. Bagaimana kedua orang tuanya saling berteriak satu sama lain di kegelapan malam, yang tidak pernah memperdulikan kondisi Rere saat itu.

Rere menggelengkan kepalanya,  Rasanya ia tidak ingin kembali kemasalalunya yang amat memilukan. Sampai kapanpun Rere akan mengingat itu.

Tiba-tiba lampu apartemennya mati Rere tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia memejamkan matanya menghembuskan nafasnya secara perlahan,  namun sesak di dadanya semakin menyelimutinya. Ia meremas bajunya kuat,  semakin terasa sesak.

Dari dulu ia sangat benci kegelapan,  ia memang sangat suka sendiri,  tapi tidak dalam gelap, contohnya sekarang sendiri melawan kegelapan di ikuti kejadian di masa lalu yang seperti tergambar di otaknya.

Matanya mulai memanas,  Cairan bening itu siap membasahi pipinya. Tapi Rere menahannya,  ia yakin ia kuat,  ia hanya perlu diam lalu menetralkan detak jantungnya dan menormalkan nafasnya.

10 tahun ia selalu menahan ini sendiri, baru kali ini ia merasakan sesak yang sangat teramat menyakitkan. Rere menunduk menahan sesak juga perih dihatinya,  banyangan masalalu itu selalu datang disaat gelap.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka, cahaya pun muncul bersama dengan terbukanya pintu,  sepertinya ia membawa senter di tangannya. entah siapa yang malam-malam menghampirinya,  yang jelas Saat ini Rere sedang tidak baik-baik saja.

"Ree" suara itu.  Sangat familiyar baginya. Ia tidak mungkin menemui orang itu dalam kondisi seperti ini.

"Per---pergi lo" ntah kenapa suaranya terdengar begitu bergetar.

Orang itu semakin mendekat,  melihat Rere yang tengah menelusupkan Wajahnya di sela-sela kakinya yang ia peluk.

"Re lo kenapa? " tanya Seseorang itu pelan,  lalu duduk di depan Rere.

Rere merasakan tangan hangat menyentuh pundaknya,  Rere semakin bergetar.

Seseorang itu membuat Rere mendongakkan kepalanya. Tatapan teduh yang pertama kali Rere dapat,  tubuhnya yang bergetar dibawanya tubuh Rere kedalam dekapannya oleh orang itu.

Untuk pertama kalinya Rere kembali merasakan nyaman.

_________________

"Rayy " teriak Risda sang Mama ketika  melihat anaknya turun tangga.

" jangan lupa jemput abangmu di bandara" ucap Risda lagi, ia tengah menyiapkan makan malam.

"Iya Maaa" ucap Ray.

"Mau kemana kamu sudah siap? " tanya Rinda kepo.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang