Pemandangan asing

13 1 0
                                    

Setelah selesai dari toko kue, kamipun bergegas menuju Gramedia terdekat. Afifah sibuk memilih buku bersama mamaku dan akupun melihat-lihat buku yang ada. Lama berjalan aku berhenti disebuah buku judulnya sangat menarik bagiku "Pesona Akhir Zaman." Aku bukan pria yang paham agama aku sadar akan kekuranganku dalam hal ini karena itu aku rajin membaca buku seputar agama, akhirnya akupun memutuskan membeli buku itu.

Tempat selanjutnya adalah mall sesuai janji aku menemani Afifah bermain. Bermacam permainan aku dan Afifah coba. Melihat Afifah tersenyum dan tertawa sudah membuatku sangat bahagia. Karena merasa lelah aku memutuskan duduk disamping mama dan membiarkan Afifah bermain sendirian dan tetap memantaunya dari jauh.

"Kapan kamu akan menikah nak,umurmu sudah cukup untuk membina keluarga" ujar mama

"Untuk sekarang belum kepikiran ma, belum ada yang pas"

"Ya sudah mama tidak akan memaksamu, menikahlah dengan yang kamu sukai. Pesan mama agamanya yg pertama karena ibu itu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Mama tidak mau kesalahan mama terhadap kalian terulang, mama terlalu memfokuskan kalian pada pendidikan dunia padahal ilmu akhirat yang lebih penting"

"Aku tidak suka mama bicara seperti itu, mama tidak gagal dalam mendidik kami. Kami masih tetap menjalankan perintah agama"

"Tapi mama sungguh merasa gagal nak, adikmu semuanya tidak ada yang memakai jilbab padahal menutup aurat itu wajib mama sangat takut nanti ditanya diakhirat"

"Zaman sekarang sudah tidak zamannya lagi seperti itu ma, zaman sudah modern"

"Pemikiran seperti itulah yang salah, agama tidak akan pudar nak yang namanya melanggar syariat tetap saja dosa. Mama berharap istrimu berjilbab nantinya"

"Entahlah" hanya itu yang bisa aku ucapkan. Sejujurnya wanita itu akn terlihat indah dengan rambutnya yang terurai dengan sedikit polesan make up diwajahnya, berjilbab bagiku hanya akan menghambat wanita.

Setelah puas bermain kami mampir membeli es krim
"Pak es krim rasa stroberi satu ya pak" ucap Afifah

" Yang rasa coklat dua pak" tambahhku

"Ustazah??"
"Afifah.." Kemudian Afifah pun meyalami Zahra

"Paman perkenalkan ini ustazah Zahra yang sering Afifah ceritakan itu"

"Salam kenal" ucapku sambil mengulurkan tangan
"Salam kenal kembali" ucap Zahra mengatupkan jarinya di depan dada

Aku paham maksudnya dia tidak mau bersalaman denganku. Bagiku ini suatu hal yang kuno dimana zaman sekarang sudah berubah jangankan bersalaman berpelukan dengan lawan jenis saja sudah hal biasa.

Setelah memesan es krim perempuan itu pergi, aku memperhatikannya dari tempat dudukku yang tidak terlalu jauh. Tak habis pikir ternyata masih ada yang berpikiran kuno seperti itu menggunakan gamis panjang, kerudung, kaos kaki, penutup wajah yang mana zaman sekarang kecantikan itu satu hal yang digemari para wanita dan juga pria bagaimana mungkin dia dikenali jika tak melihat wajahnya itu semua hal yang merepotkan. Mamakupun ikutan kuno setelah dia menghadiri majelis ta'lim yang tak jauh dari rumah. Bagiku hal semacam ini adalah pemandangan yang asing ntah karena aku yang tak tau agama atau karena mereka yang berlebihan dalam beragama


Happy reading ^_^

hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang