Paper Umbrella

528 56 8
                                    

"Ciiittt.." Suara decitan pintu kaca minimarket yang dibuka oleh seorang anak berseragam Sekolah Menengah Atas dengan name tag bertuliskan 'Ten' di seragamnya.



"Heum? Hujan.." Ujar Ten sambil menadahkan telapak tangan kanannya memeriksa seberapa deras hujan yang turun. Sedangkan satu tangannya sibuk memegang kantung plastik berisi barang-barang yang ia beli.
"Lumayan deras.. rumahku dekat sih dari sini, tapi lumayan juga kalau terobos hujan pasti akan kuyup" Gumamnya. Ten pun kembali kedalam minimarket.



"Permisi.. apa disini menjual payung?" Tanyanya pada pria penjaga kasir.
"Oh.. maaf, payungnya sudah habis hari ini" Kata penjaga kasir sambil menunjuk keranjang payung yang kosong.
"Hmm.. habis ya?" Ucap Ten dengan nada kecewa.



"Berapa total semuanya?" Tanya seorang anak lelaki pada penjaga kasir sembari menyodorkan 2 eksemplar koran. Ten sedikit bergeser dari posisinya.
"Total 600 won"
"Kalau begitu terimakasih banyak" Ucap Ten kemudian keluar dari minimarket.



"Haahh.. gimana ya? Ibu pasti akan mengoceh kalau aku pulang kuyup ck.." Gumam Ten. Anak laki-laki tadi keluar dari minimarket dan menyodorkan 1 eksemplar koran yang ia beli pada Ten. Ten agak kaget melihatnya.
"Ini.. untuk apa?" Tanya Ten hati-hati.
"Menutup kepalamu, memang sih fungsinya tidak sebaik payung. Tapi paling tidak sedikit melindungi ketika kau lari menuju rumah" Kata anak itu. Ten menatap bingung koran itu.


"Kau tidak mau?"


Ten refleks mengambil korannya karena tak enak pada anak lelaki itu.
"Ah.. i.. iya mau kok, terima kasih.." ucap Ten sembari menganggukkan kepalanya agak canggung. Anak itu membentangkan korannya.
"Haish.." Gumam anak itu karena agak repot memegang koran dan uang yang ada ditangannya. Buru-buru ia kantungi uang itu tanpa sadar ternyata uangnya justru terjatuh.
"Aku duluan" Ucapnya kemudian berlari meninggalkan Ten.



"Haruskah aku pakai ini?" Kata Ten sambil memperhatikan koran yang digenggamnya.
"Oh.. uang.."
Ten melihat beberapa lembar uang kertas tergeletak di lantai lalu mengambilnya.
"Ah.. pasti punya anak tadi, wah.. banyak juga uangnya. Gimana aku kembalikannya ya?"



"Tunggu, sepertinya tadi dia pakai seragam yang sama denganku" Kata Ten sambil berusaha mengingat-ingat anak tadi.
"Jadi dia satu sekolah denganku? tapi aku belum pernah melihatnya"
"Ah ya sudah aku coba kembalikan besok saja" Lanjutnya kemudian berlari pulang menerobos hujan dengan menggunakan koran yang diterimanya tadi.


---



Keesokannya harinya Ten berdiri di depan gerbang sekolah sambil menyapu seluruh pandangannya berharap dapat bertemu dan mengembalikan uang anak laki-laki yang ia temui kemarin.



"Permisi.." Sapa seseorang tiba-tiba. Ten menoleh, pucuk dicinta ulam pun tiba. Anak itu datang.
"Apa kau.. melihat--"
"Ini.. uangmu" Ucap Ten sambil menyodorkan uang milik anak itu. Anak itu menghela napas lega.
"Hahh.. syukurlah ketemu. Ini uang jatah mingguanku, aku tidak tahu lagi harus gimana kalau uang ini hilang. Terima kasih banyak ya" Ucap anak itu sambil tersenyum, Ten mengangguk dan tersenyum juga.



"Oh iya, kemarin kau pulang dengan aman?" Tanya anak itu memulai percakapan sambil berjalan bersama Ten menuju gedung sekolah.
"Iya, berkat koran darimu aku bisa pulang hehe. Terima kasih juga ya"



"Syukurlah, memang rumahmu dimana?"
"Daerah Seo-gu, Daejeon" Jawab Ten.
"Seogu?? Wah.. rumahku juga di daerah sana" Ujar anak itu antusias.
"Oh iya, Aku.. Lee Taeyong. Panggil saja Yongie.." Lanjut anak itu kemudian mengulurkan tangannya sambil tersenyum.


- Randomness -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang