ЯГ » 17

5.3K 570 1
                                    

.

.

.

.

.

Taehyung terus memandang kosong ke arah cermin di hadapannya. Ini sudah terhitung dua pekan sejak ia memberikan tubuhnya pada jungkook.

Ia tak ingat lagi, yang ia ingat terakhir kali hanyalah ia tertidur begitu saja setelah lelah bergelumul dengan jungkook. Setelah ia itu tiba tiba saja ia terbangun sudah berada di kamarnya sendiri, tak ada jungkook, yang ada hanyalah pada dayang yang siap melayaninya.

Taehyung diam. Ia sama sekali tak ingin berbicara pada siapapun termasuk ibunya sekalipun.

Kini wajahnya kian pucat mengingat pola makannya yang tidak teratur. TaeHyung jadi jarang makan, dia hanya akan makan jika itu jimin yang mengantarkan sekaligus di iming imingi atas permintaan jungkook, yang sebenarnya hanyalah kebohongan belaka.
Tak apa, itu semua demi taehyung.

Sudah dua pekan lamanya ia tak bertemu dengan jungkook, taehyung sungguh amat merindukannya.
Apa yang sedang di lakukannya sekarang?
Apakah jungkook juga merasakan apa yang di rasakannya sekarang?
Taehyung tak tau.
Lagipula taehyung sama sekali tak ada niat sekalipun untuk keluar dari kamarnya. Ia sungguh tak siap untuk bertemu dengan sang ayah yang hanya akan kembali membuatnya kesal sekaligus marah.

Ayahnya pasti lagi lagi akan membicarakan perjodohan gila itu. Dan taehyung sungguh tak suka.

" Aku tidak lapar. "
Dan lagi lagi kata kata itulah yang terus di ucapkan oleh taehyung kala waktunya ia harus makan.

Jimin kali ini menghela nafas lelah, umpannya kali ini tak mempan untuk taehyung. Pria manis itu pasti sudah tak bisa untuk di bohongi lagi olehnya.

Jin maju, kali ini dia meraih mangkuk berisi makanan yang biasanya amat di sukai oleh anak manisnya itu. Menatap taehyung dengan amat sendu.

" Buka mulutmu, biar ibu yang suapi,
eum? "

Taehyung tak bergeming, mulutnya tetap ia bungkam rapat. Jin menghela nafas. Anaknya itu tampaknya masih sangat marah padanya.

" Sampai kapan kau akan terus seperti ini, taehyung? "

" Sampai pernikahan gila ini batal. "
Ujar taehyung datar tanpa menatap ibunya.
Taehyung tetap memandang kosong ke arah lantai yang ia pijaki.

Jin tak sadar pun menitikkan air matanya. Ia sungguh tak tega dengan keadaan yang mendera kedua putranya.
Jimin dia hanya diam, tapi berbeda dengan taehyung yang begitu amat menentangnya bahkan sampai melakukan beberapa aksi yang bikin mereka bersabar.

Jin sadar, posisinya memanglah ratu, rapi ia sama sekali tak bisa membujuk suaminya sendiri kala pria itu sudah memutuskan sesuatu. Namjoon bukanlah pria yang mudah untuk di bujuk, dia keras kepala.

" A- apa yang harus ibu lalukan untukmu, nak? I- ibu tak tau harus apa lagi yang harus di lakukan. Jangan membuat kami bersedih nak... "

Taehyung menoleh, masih dengan wajah datarnya.

" Kalian ingin aku seperti apa? Kalian ingin aku menerima yang sungguh tidak aku suka itu dengan paksa? Apa kalian memikirkan bagaimana perasaanku saat ini? Tidak kan?! Berhenti seolah olah kalian lah yang tersakiti di sini!!.. "

Air mata taehyung kembali mengalir membasahi pipi yang semakin hari semakin tirus itu.
Jin tak kuasa lagi, ia hendak memeluknya tapi taehyung langsung menolak dengan menepisnya kasar.

" Tae, kau menyakiti ibu- "
Peringatan jimin, taehyung balas menatap sinis.

" Tau apa kau!? Aku bukan kau yang akan menuruti semua keinginan mereka. Aku bukan kau yang lemah! "
Amuk taehyung.

" Apa?? Kau- "

" Keluar kalian! KELUAR!!!! "

Jimin dan jin menurut, mereka perlahan keluar meninggalkan taehyung yang menangis tersedu sedu.

Dia membutuhkan jungkook sekarang.

" Jungkook- ah, kau dimana? Aku merindukanmu... Aku membutuhkan mu, jungkook- ah.... "

.

.

.

.

" Jadi..., apa yang akan kita lakukan selanjutnya, jungkook "
Tanya jaehyun.

Jungkook berdiri membelakangi jaehyun, dia terus memandangi anak anak kecil yang terus berlari mengejar kupu kupu.

" Besok. Besok adalah hari dimana taehyung akan melakukan pertunangan dengan pria sialan itu. Di hari itu pula, aku akan menunjukkan siapa jati diriku sebenarnya kepada mereka. Akan ku buat acara itu menjadi kacau..... "
Ujarnya.

" Kau yakin dengan itu.?? "
Jaehyun sekarang ikut berdiri di samping jungkook.

" Ya. Aku tidak akan tinggal diam di saat kekasihku di perlakukan seperti itu. Aku akan merebutnya dengan kasar sekalipun itu... "

Jaehyun tak berkomentar lagi, dia memilih diam.

" Kau siapkan saja semua pasukan kita. Kita akan beri mereka sedikit pelajaran karena sudah berani bermain main dengan bangsa ular, bangsa kita tidak lemah. "

.

.

.

.

" Bagaimana.?? Apa taehyung sudah mau makan.? "
Tanya namjoon di saat jin baru saja memasuki kamar mereka.

Jin menghela nafas lelah, menggelengkan kepala pelan dan memilih mendudukkan dirinya di tempat tidur.

Namjoon mengusap wajahnya dengan kasar.

" Sampai kapan anak itu akan tetap seperti itu.??! Apa dia tidak lapar? "

" Dia melakukan itu juga karena kau! Kau memaksanya untuk menikah! "
Amuk jin.

" Aku melakukan itu juga demi kebaikannya, jin. Kita semua dalam bahaya- "

" Ya, aku tau itu. Tapi, tak bisakah dengan cara lain? Yang membuat ulah kakak mu, tapi kenapa putra putra ku yang harus terkena imbas.!?? "

" Jadi, kau menyalahkan suho hyung?! "

" Bukan itu maks- "

" Aku tidak peduli. Besok keluarga park akan datang, besok mereka akan bertunangan. "

Jin berdiri menatap tak percaya pada suaminya itu.

" Terserah. Terserah! Aku tidak peduli.! Kau egois! Aku bersumpah. Jika besok terjadi sesuatu pada kedua putraku, aku tidak akan pernah memaafkan mu! Camkan itu Kim Namjoon!! "

Jin pergi dari kamar itu dengan membanting pintu, tidak peduli jika namjoon akan marah nantinya.
Malam ini dia akan tidur dengan jimin saja, mengingat taehyung pasti belum bisa memaafkannya.

.


.


.


" Besok. Besok kita mulai acara itu. Ayah sudah menyiapkan semuanya. "

Suho dan yugyeom tersenyum licik.

" Ya. Aku sudah tidak sabar melihat acara besok... "







.






TBC..............

COBURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang