7-Alteration

2.2K 313 44
                                    

~~Happy Reading~~

Sejak saat itu, keduanya benar-benar menjauh. Tidak ada lagi pertengkaran diantara mereka. Wajah keduanya juga terlihat murung. Bahkan saat keduanya berpapasan pun mereka seperti orang asing, enggan melakukan kontak mata. Hal itu mengundang pertanyaan orang-orang sekitar. Yaya dan Ying sudah pernah bertanya, namun [Y/N] hanya tersenyum tipis dan berkata bahwa tidak ada apa-apa.

Sesekali [Y/N] mengecek isi chatnya dengan Sunshine. Tidak ada pesan masuk. Padahal biasanya ia akan mendapat ucapan semangat atau selamat pagi darinya. Ia juga tidak lagi mendapat prank dari Solar. Walaupun ia bersyukur, tetapi ia merasa ada yang kurang. Seperti ada yang hilang dari sebagian hidupnya.

Setiap kali ia ingin membuka loker, ia harus menyiapkan mental untuk tidak berteriak karena melihat serangga mainan. Namun, saat ia sudah membuka loker dan memejamkan mata, tidak ada sesuatu yang muncul. Ia tidak tahu harus senang atau sedih. Semua yang ada sekarang ini benar-benar terasa berbeda.

☉☉🌟☉☉

Seorang gadis bersurai [H/C] sedikit kesulitan membawa setumpuk buku tulis. Sepanjang jalan menuju ruang guru, ia menggerutu. Terkadang ia mengumpati jabatannya sebagai sekretaris kelas yang harus mengumpulkan buku tugas seisi kelas ke ruang guru. Jika kalian bertanya kenapa ia sendirian, itu karena sahabat mata empatnya.

Flashback On

"Kalian berdua, ayo bantu aku" ucap [Y/N] setelah melihat tumpukan buku tugas di atas meja guru.

"Oke, ak--"

"Eeh, Yaya~ kalau kita membantu [Y/N], nanti kita kehabisan tempat duduk di kantin" potong Ying sambil memegang pundak Yaya dari belakang. Dahi [Y/N] berkerut sebal.

"Tapi kalau kita tidak membantu, [Y/N] akan kesulitan membawa buku sebanyak ini" ucap Yaya.

[Y/N] mengangguk. "Lagipula, kau kan bisa pergi sendiri kalau memang tidak mau membantuku"

"Aku tidak mau sendirian. Ayolah~" ucap Ying. "Lagipula, [Y/N] kan gadis kuat. Kau pasti bisa membawanya sendiri"

"Tapi--" belum sempat [Y/N] protes, Ying sudah menarik tangan Yaya.

"Aku tunggu di kantin ya~" seru Ying.

[Y/N] hanya pasrah dan mengangkat buku-buku itu.

Flashback Off

'Dasar manja. Terkadang aku ragu, apa benar dia sahabatku' batinnya kesal.

"[Y/N]!"

Sebuah panggilan menghentikan sumpah serapahnya pada Ying. Ia pun berhenti dan menoleh ke belakang. Ia pun mendapati Gempa tengah berlari kecil untuk menghampirinya.

"Itu buku tugas matematika?" Tanya Gempa sambil menunjuk buku yang dibawa [Y/N]. Gadis itu mengangguk dan tersenyum kecil.

Tanpa aba-aba, Gempa langsung mengambil alih setengah dari tumpukan buku tersebut. [Y/N] terkejut.

"Eh?!"

"Biar ku bantu" ucap Gempa.

"Eh, tidak usah. Aku bisa membawanya sendiri. Aku tidak mau merepotkanmu"

"Kau tidak bisa membohongiku. Kau pasti kesulitan membawa semua ini. Sudah tugasku sebagai lelaki untuk membantu perempuan sepertimu" ucap Gempa.

[Y/N] tersenyum lebar. "Hehehe, Gempa peka sekali ya"

Mereka pun berjalan bersama.

Gempa memandang [Y/N]. "Pasti berat ya, menjadi sekretaris kelas?"

[Y/N] menoleh. "Yah, begitulah"

"Aku percaya kau pasti bisa. Bukan hanya aku, tapi teman sekelas. Makanya mereka memilihmu"

"Ah, tidak heran mengapa kau dipilih menjadi ketua kelas. Pemikiranmu bijak sekali"

Gempa hanya tersenyum malu. Tak terasa mereka sudah sampai di ruang guru. Mereka pun mengumpulkan buku tugas di meja guru, lalu keluar.

"Terima kasih atas bantuanmu" ucap [Y/N].

Gempa mengangguk. "Sama-sama"

"Kalau begitu aku pergi dulu" ucap [Y/N] sambil berjalan.

"Tunggu"

[Y/N] berhenti. "Ada apa?"

"Kau mau ke mana?" Tanya Gempa.

"Ke kantin"

"Aku juga mau ke sana. Bagaimana kalu kita ke sana bersama?"

[Y/N] mengangguk. "Boleh"

Mereka pun berjalan bersama dengan keheningan menyelimuti mereka.

"Hm, sepertinya sudah lama aku tidak melihat Ice. Dia sehat-sehat saja, kan?" Tanya [Y/N] untuk memecah keheningan.

"Dia sehat kok. Kau lupa kalau dia selalu tidur setiap jam istirahat? Kalau bukan di kelas ya di perpustakaan. Begitulah kata Hali"

[Y/N] menepuk dahinya. "Kenapa aku bisa lupa, ya?"

"Aku jadi ingat dulu saat kita masih kecil. Setiap kau ke rumahku di siang hari, kau akan ke kamar Ice untuk membangunkannya. Walaupun sudah kau pukuli dengan guling, dia tidak kunjung bangun. Akhirnya kau pulang karena kesal" ucap Gempa.

[Y/N] tertawa. "Iya, aku ingat. Dan nantinya Thorn yang menenangkanku dan mengajakku bermain"

"Tapi saat sedang bermain, Taufan dan Blaze langsung menakutimu dengan ulat bulu. Kau sampai menangis kencang dan berlari menghampiriku. Aku masih ingat ekspresimu waktu itu" ucap Gempa sambil tertawa.

[Y/N] mendorong Gempa. "Ah, kenapa kau malah membicarakan itu? Wajahku benar-benar memalukan saat menangis" ucapnya kesal. Terlihat rona merah tipis di pipinya. Namun Gempa masih tertawa.

"Sudah, jangan tertawa lagi~" ucap [Y/N] sambil menggembungkan pipinya.

Perlahan, tawa Gempa berhenti. "Iya-iya, maafkan aku. Oh iya, kemana Yaya dan Ying?"

"Mereka sudah ke kantin lebih dulu. Padahal aku meminta mereka untuk membantu. Tapi Ying malah menarik Yaya untuk ke kantin. Kalau saja Ying tidak mengajak Yaya untuk ke kantin, sudah pasti Yaya membantuku"  gerutu [Y/N]. "Aku heran pada dua sahabatku itu. Yang satu seperti malaikat, yang satu lagi seperti iblis nakal"

Srek!

Tiba-tiba Gempa mengacak surai [Y/N] dengan gemas. "Jangan bicara seperti itu. Aku yakin, mereka berdua sangat menyayangimu" ucap Gempa sambil tersenyum lembut. Wajah [Y/N] merona. Ia pun menunduk malu.

Tanpa mereka sadari, Solar tak sengaja melihat interaksi keduanya dengan wajah datar di kantin. Namun sebenarnya ia merasa kesal. Apalagi melihat respon [Y/N] yang tersenyum malu.

'Apa-apaan itu? Mereka berdua membuatku kesal saja' batin Solar. Ia pun berjalan mendekati mereka berdua sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Oh, hai Solar" sapa Gempa. [Y/N] terkejut. Ia hanya diam sambil sesekali melirik Solar.

Solar berhenti dan menatap keduanya dengan dingin. "Halilintar sedang menunggumu" ucapnya. Ia pun beralih memandang [Y/N] dengan pandangan yang sama, lalu pergi begitu saja.

[Y/N] mengerutkan keningnya bingung. 'Aneh, kenapa dia memandangku seperti itu?'

"Sudah, tidak usah kau pikirkan.  Mungkin dia sedang ada masalah" ucap Gempa.

[Y/N] hanya mengangguk. "Kalau begitu aku ke sana dulu ya" ucapnya sambil menunjuk sebuah meja yang sudah ditempati Yaya dan Ying. Gempa mengangguk. Mereka pun berpisah di depan kantin. Sementara itu, Solar berjalan menjauh sambil mendecih.

To Be Continue

Saya kemaleman buat update:)

Nggak tau mau bilang apa lagi nih. Pokoknya makasiiih banyak buat yang selalu baca, vote, dan ngasih komentar.

Sampai jumpa di chapter berikutnya~~:**

You Are My Sunshine [Boboiboy Solar X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang