12-Drapetomania

2.2K 306 15
                                    

~~Happy Reading~~

Di sore hari, [Y/N] tengah membaca novel di kamarnya. Suasana terasa hening, hal itu membuat [Y/N] merasa tenang.

Namun tak lama kemudian, terdengar suara berisik yang sangat familiar di telinganya.

"Cih! Kenapa mereka sudah pulang?" Tanyanya kesal. Ia berusaha untuk mengabaikan suara-suara itu. Namun, suara teriakan dan perdebatan itu semakin terdengar jelas. Mau tidak mau ia harus menutup telinganya agar tidak mendengar suara omong kosong itu.

Semakin lama ia semakin geram. Dengan amarah yang memuncak, ia pun membanting novel ke sembarang arah dan berjalan menuju ruang tamu. Di sana sudah ada ayah dan ibunya yang masih setia bertengkar lengkap dengan seragam kerjanya.

"Ayah! Ibu!" Teriak [Y/N]. Seketika, kedua orang itu menatap anak semata wayangnya.

"Apakah kalian tidak bisa diam?! Aku lelah mendengar pertengakaran kalian setiap hari!" teriak [Y/N]. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua tekanan itu.

"Apa yang kau lakukan di sini? Cepat kembali ke kamarmu" ucap Ibu [Y/N].

"Dan mendengar teriakan kalian lagi? Sebenarnya apa masalah kalian? Apa kalian tidak bisa membiarkanku tenang walau sebentar saja?" Kedua mata [Y/N] mulai berkaca-kaca.

"[Y/N], tolong mengertilah. Ini pembicaraan orang dewa--"

"Lalu aku ini apa?! Aku bukan anak kecil yang bisa kalian suruh diam seperti tidak terjadi apa-apa. Aku sudah berumur 17 tahun. Aku berhak tahu apa masalah kalian walau aku tahu itu bukan urusanku. Aku juga berhak mendapat kedamaian. Kalian semua tidak ada yang mau mengerti keadaanku. Aku ini anak kalian--"

"[Y/N], diam!" Bentak sang ayah. Hal itu membuat [Y/N] terkejut. Setetes air mata berhasil lolos melewati pipinya.

Kedua tangan [Y/N] mengepal. "Aku benci kalian!" Setelah itu, ia berlari keluar rumah.

"Apa yang sudah kau lakukan pada [Y/N]?!" Teriak sang ibu.

Terlihat sang ayah seperti tersadar akan apa yang baru saja ia lakukan. Ia tidak bermaksud untuk membentak anaknya.

"Dasar lelaki kasar!" Ucap sang ibu. Beliau pun segera menyusul anaknya.

Sementara itu, Solar terlihat tengah berdiri di depan rumahnya. Ia terkejut melihat [Y/N] keluar dari rumah.

"Hai [Y/--" Solar hendak menyapa [Y/N], namun ia urungkan karena melihatnya menangis. Tanpa pikir panjang, ia segera berlari menyusul gadis itu.

[Y/N] terus berlari sambil mengusap air matanya dengan kasar. Ia tidak menyangka, lelaki yang dulunya begitu baik dan lembut sekarang membentaknya dengan kasar. Ia terus berlari tanpa mempedulikan keadaan sekitar.

Solar terus mengejar gadis itu. Ia tidak habis pikir, kenapa [Y/N] bisa berlari secepat itu. Beberapa kali ia memanggil namanya. Ia semakin khawatir karena [Y/N] berlari ke arah jalan raya.

Tiin! Tiin!

Tiba-tiba tubuh [Y/N] membeku. Ia tidak sadar jika dirinya sudah berada di tengah jalan. Sebuah mobil melaju kencang di depannya. Tanpa disangka, gadis itu tersenyum tipis.

"[Y/N]!!"

Brak!

Tubuh [Y/N] terpental. Kepalanya membentur trotoar. Solar membelalakkan mata melihat kejadian itu. Ia segera berlari menghampiri [Y/N].

"[Y/N]! Buka matamu! Jangan tinggalkan aku!" Teriak Solar sambil mengguncang tubuh [Y/N] yang berada di pangkuannya. Namun, [Y/N] sudah tidak sadarkan diri. Solar benar-benar ketakutan sekarang.

You Are My Sunshine [Boboiboy Solar X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang