Seungshine [2]

783 99 12
                                    

Sorry for typo ~~

☆☆☆☆

Jeongin sampai di sebuah rumah kontrakan sederhana di pinggiran kota.

Sedikit tinggi dari tempatnya berhenti. Karena harus menaiki beberapa anak tangga sebelum mencapai pintu.

Rumah Seungmin lumayan jauh dari sekolahnya, memakan waktu satu jam perjalanan jika tidak macet.

Seungmin turun lalu memberikan helm yang tadi ia pakai kepada Jeongin.

"Makasih. Nanti kalo gue udah gajian, gue cicil." Cicitnya, lalu menunduk. Takut menatap balik mata setajam rubah milik yang lebih muda.

Masih saja membahas tentang cicilan. Tidak tahu jika pemuda tampan di depannya sudah mengeluarkan aura-aura membunuh. 🙃

Tidak ada jawaban dari pemuda Yang. Ia ikut turun dan masih berdiri di samping motornya.

Seungmin pun bingung kenapa pemuda tampan tersebut ikut turun. Ia tidak yakin untuk mengajaknya masuk.

Karena rumahnya sangat kecil dan juga tidak bisa dibilang nyaman untuk orang sekelas Jeongin.

Orang sekelas Jeongin pasti sehari-harinya tinggal di mansion mewah dan megah.

Seungmin tidak bisa membayangkan jika Jeongin masuk ke rumahnya..

Rumahnya yang hanya terdiri dari dua kamar tidur, satu dapur dan ruang tamu yang berukuran kecil.

Seungmin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu kembali mendongak agar bertemu tatap dengan pemuda tampan di hadapannya.

Tatapan itu sangat tajam. Seperti ada dendam pribadi di dalamnya. Nyali Seungmin langsung ciut. Tidak seperti sebelumnya yang berani menantang Yang Jeongin ketika sedang berkelahi.

"G-gue masuk, ya. Daah." Seungmin berbalik dengan cepat lalu berjalan ke anak tangga yang terbuat dari batu yang mengantarkannya ke pintu rumahnya.

Membuka kunci lalu mendorong pintu warna putih itu pelan.

Ia tidak sadar jika Jeongin mengikutinya. Pemuda Kim itu masuk dan kaget ketika bertemu wajah Jeongin saat ingin menutup pintu.

"K-kenapa lo ikut?" Tanyanya takut-takut.

"Gue haus." Lalu Jeongin mendorong pintu yang masih dipegang Seungmin hingga terbuka lebar. Ia melangkah masuk tanpa disuruh.

Jeongin mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Ia masih memasang daut datar andalannya.

Ada satu sofa yang sepertinya sudah cukup lama; karena berwarna sedikit kusam..ada wastafel dan dapur yang tak jauh dari ruang tamu, hanya dibatasi sebuah dinding setinggi satu meter.

Pemuda Yang itu duduk di sofa lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

Tidak empuk sama sekali..bagi Jeongin.

"Gue haus. Mana minumnya?" Tanyanya dengan datar karena Seungmin masih terpaku di pintu memperhatikannya tanpa berkedip dan mulut sedikit terbuka. Dia masih tidak percaya Jeongin masuk ke rumahnya.

Lelaki manis itu sontak kaget, ia dengan cepat berjalan ke dapur dan membuka kulkas berukuran sedang yang ada disana.

Ia merutuki dirinya karena di dalam kulkas isinya tidak begitu banyak. Ia belum bisa berbelanja karena belum gajian. Ia pun sekarang harus hemat karena harus membayar hutang makan kepada adik tingkatnya.

Seungmin sepertinya harus mencari kerja tambahan akhir pekan nanti.

Pemuda manis itu mengambil satu botol mineral dingin lalu kembali berjalan ke arah Jeongin yang matanya tak pernah lepas dari pemuda Kim itu.

Daritadi ia memperhatikan setiap gerak gerik Seungmin yang memang tidak jauh darinya dan masih bisa dilihat karena dapur dan ruang tamu yang hanya dipisah dinding setinggi 1 meter itu.

"Ini." Jeongin menerima botol itu lalu membukanya. Ia menegak isinya hingga sisa setengah.

Lalu Jeongin menyerahkan kembali kepada Seungmin.

"Lo juga minum. Keliatan banget lo haus." Ucapnya masih dengan sedikit nada dingin.

Seungmin dengan ragu mengambil botol itu lalu duduk di samping Jeongin.

Karena memang hanya ada satu sofa panjang yang bisa muat untuk dua/tiga orang.

Jeongin masih memperhatikan lelaki manis itu dengan mata setajam rubahnya.

Ia meneguk air dari botol yang sama dengan Jeongin tanpa ragu. Karena takut akan dibentak.

Jeongin tersenyum tipis (miring) melihat hal itu.

Indirect kiss (?) 😏

Namun Seungmin tidak menyadarinya.

"Gue ngantuk. Mana kamar lo?"

Seungmin otomatis membolakan matanya. Mereka tak sedekat itu untuk berbagi kasur.

"Lo pulang aja sana. Ngapain sih di rumah gue. " Usir lekaki manis tersebut. Keberaniannya yang tadi hilang entah kemana sudah kembali.

Jeongin bergeser semakin mendekatkan tubuhnya yang bongsor kepada si mungil itu.

Lalu meletakkan dua tangannya di sisi tubuh Seungmin.

"Lo manis kalo judes begini. Gue suka." Jeongin mengusap lembut pipi gembulnya.

Seungmin blank..jantungnya berdegup dua kali lipat dari biasanya.

Pipinya merona. Ia memalingkan wajahnya agar tidak dapat dilihat oleh yang lebih muda. Ia malu.

Ia berusaha mendorong tubuh di atasnya agar menyingkir.

Berhasil. Jeongin menjauh.

"Pulang sana!" Geram Seungmin. Namun ia mencebikkan bibirnya setelah itu.

Pemuda Yang menepuk pelan pucuk kepala Seungmin lalu tersenyum tipis, tampan.

"Jangan kangen. Besok gue jemput. Jam 6." Lalu Jeongin keluar dari rumah Seungmin, meninggalkan pemuda manis itu dengan kepala semakin blank.












Tbc

Gimana? Aneh gak? 🥺

Makasih banget buat yg masih baca ya. Makasih juga buat vomennya 😘♥️♥️♥️

SHORT STORY - JEONGMIN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang