Seungshine [4]

842 97 3
                                    

Sorry for typo ~~

☆☆☆☆☆

"Lepas dulu..baru gue jelasin." Cicit Seungmin di leher Jeongin.

Ia berusaha menahan agar air bening di pelupuk matanya tidak jatuh.

Ia tidak ingin terlihat cengeng di mata siapapun, terutama Jeongin.

Pemuda Yang itu melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Seungmin dengan telapak tangannya dan menatap kedua manik karamelnya dengan dalam.

Seungmin otomatis berusaha mengalihkan pandangannya.

Jantungnya tidak sehat jika mendapat tatapan seintens itu.

"Jangan tatap kayak gitu. Gue takut." Jujur Seungmin.

Jeongin tersenyum tampan. Membuat Seungmin tertegun. Jarang-jarang seorang Yang Jeongin tersenyum, atau bisa dibilang dia belum pernah melihatnya.

Mereka berada di satu ruangan di lantai 2 bar tersebut. Sebelumnya Jeongin sudah memesan ruangan tersebut, antisipasi jika dua temannya mabuk dan juga. Jadi mereka akan menginap disana.

Seungmin duduk di sofa panjang yang ada di ruangan VVIP tersebut, dengan Jeongin di sampingnya.

Dia masih berusaha menenangkan detak jantungnya yang tidak normal sejak bertemu Jeongin. Takut, cemas, dan satu hal lagi yang Seungmin tidak mengerti.

Suka? 🤔

Jeongin memegang kedua telapak tangan si manis dan mereka kini duduk hadap-hadapan.

"Ayo jelasin. Sebelum gue marah." Seungmin mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipinya mendengar kalimat yang lebih muda.

Memang dia siapa bisa marah dengan Seungmin. Mereka kan tidak dekat dan bukan teman.

"Kenapa sih kepo banget. Kita kan bukan siapa-siapa." Gerutu Seungmin.

"Jelasin Kim Seungmin." Ulang Jeongin dengan nada rendah. Lelaki manis di depannya kaget dan tidak bisa berkutik.

Jarak wajah mereka sangat dekat. Hidung mereka hampir bersentuhan. Seungmin bisa merasakan hangat nafas Jeongin menerpa wajahnya. Bau mint itu sungguh membuat jantungnya semakin tak beraturan detaknya.

"Y-yaudah..munduran dikit." Cicit Seungmin. Kedua telapak tangannya masih digenggam oleh pemuda Yang di depannya.

Jeongin tersenyum miring, lalu mundur sedikit. "Udah."

Seungmin mendengus..wajah mereka masih dekat dan Seungmin tidak suka melihat senyum yang terpatri di bibir Jeongin. Menyebalkan.

"Kalo lo masih gak mau jelasin, dan diem kayak gini..gue gak bisa lama-lama nahan diri btw." Ucap yang lebih muda.

Seungmin semakin bingung dan diam.

Akhirnya jarak wajah mereka terkikis sepenuhnya saat Jeongin benar-benar tidak bisa menahan diri dan mendaratkan bibirnya di atas bibir si manis.

Seungmin membolakan matanya, kaget.
Sedangkan, Jeongin sudah memejamkan kedua matanya dan melumat bibir pemuda Kim itu dengan pelan.

Tangan kiri Jeongin naik ke tengkuk Seungmin lalu menariknya agar ciuman mereka semakin dalam..

Seungmin yang terbuai dengan perlakuan manis Jeongin, akhirnya ikut memejamkan mata dan satu tangannya meremas erat kemeja Jeongin.

Dia hanya mengikuti apa yang dilakukan yang lebih muda dan membalasnya.

Jeongin tersenyum di sela-sela lumatannya.

Dia mendorong tubuh Seungmin perlahan dan berbaring di sofa itu sepenuhnya.

Tempo ciuman mereka semakin meningkat. Seungmin kewalahan.

Ia memukul kecil dada Jeongin agar melepaskannya.

Pemuda Yang itu melepaskan tautan mereka dengan terpaksa. Ia membiarkan Seungmin menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Jeongin masih berada di atas tubuh pemuda Kim dan mengungkungnya. Tangan Jeongin terangkat untuk menyeka sisa saliva di bibir semerah cherry itu lalu kemudian mengusap pelan pipi gembil milik si manis.

"Lo, bikin gue gila, Kim Seungmin." Ucap Jeongin di depan wajah memerah Seungmin.

Pemuda manis itu memalingkan wajahnya. Malu.

"B-bisa bangun dari badan gue? G-gue gak bisa jelasin kalo gini." Cicit Seungmin yang masih belum berani menatap yang lebih muda.

"Besok aja jelasin. Sekarang gue mau lo." Seungmin menoleh dan membolakan matanya mendengar kalimat Jeongin.

"M-mau apa? J-jangan aneh-aneh! Kita bukan siapa-siapa." Pekik Seungmin yang semakin pelan di ujung kalimatnya, lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. Mencoba melindungi dirinya.

Jeongin terkekeh. Dia bisa mendengar kalimat Seungmin yang terakhir itu. Wajah mereka sangat dekat, tidak mungkin ia tidak mendengar.

Dia bangkit dari tubuh Seungmin lalu menarik lengan Seungmin agar ikut bangun dan duduk kembali.

Ia merapikan surai light brown milik Seungmin. Merapikan kemeja kerja Seungmin yang juga berantakan. Lalu menepuk pelan pucuk kepala si manis itu.

Jeongin mendaratkan bibirnya di pucuk hidung Seungmin lalu tersenyum tampan.

"Kerja yang bener. Gue tunggu lo pulang kerja, di sofa pas tadi gue sama Felix & Hyunjin. Ayo turun." Lalu Jeongin menarik lengan Seungmin untuk berdiri dan berjalan turun ke lantai satu.

Seungmin kembali bekerja seperti awal. Meski jantungnya masih berdetak tidak karuan karena adik tingkatnya yang kurang ajar itu.

Sebelumnya Jeongin juga sudah menjelaskan ke bos Seungmin, sehingga pemuda manis itu tidak dimarahi.

Setelah jam 12 malam, Seungmin berjalan pelan ke arah sofa di sudut ruangan yang dikatakan Jeongin. Disana tinggal Jeongin sendiri. Kedua temannya sepertinya sudah pulang.

"Eh, kok gue nurut sama dia." Sebelum sampai ke tempat Jeongin dan teman-temannya, Seungmin berhenti.

Dia ingin berbalik ke arah berlawanan namun maniknya sudah bertemu tatap dengan Jeongin yang duduk tepat ke arah dia dan seperti sudah menunggu kedatangannya.

Seungmin akhirnya berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar. Mengabaikan tatapan mengintimidasi Jeongin yang tadi melihatnya berbalik.

Namun sebuah lengan menahan lengan kirinya sebelum dia mencapai pintu keluar dari bar tersebut.

Seungmin menarik nafas dalam lalu berbalik.

Yang dia lihat pertama kali adalah wajah Jeongin yang mengeras dan tatapannya yang penuh dengan intimidasi.

Pemuda Yang itu menarik Seungmin keluar dari bar dan berjalan ke mobilnya.

Ia membuka pintu penumpang lalu mendorong Seungmin masuk.

Kemudian dia berjalan memutar dan duduk di kursi kemudi.

Keduanya diam. Seungmin juga tidak berani bersuara.

Merasakan aura Jeongin yang gelap saja membuat Seungmin ciut dan takut.

Jeongin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke arah rumah Seungmin.

Setelah menghabiskan waktu satu jam perjalanan, keduanya sampai di rumah Seungmin..

Jeongin membuka kunci mobil otomatis. Dia masih diam.

"M-makasih..g-gue masuk ya?" cicit Seungmin takut-takut. Namun tidak ada jawaban dari yang lebih muda.

Karena tidak ingin berlama-lama di suasana mencekam itu, Seungmin lalu membuka seatbelt-nya dan keluar dari mobil pemuda Yang itu.

Jeongin masih diam hingga Seungmin hilang di balik pintu rumahnya.









Tbc

SHORT STORY - JEONGMIN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang