__________
Cold&Sweet07.55
Jimin dan Ji sudah mempersiapkan keperluan yang di butuhkan selama liburan; obat²an ringan, alat mandi, pakaian dll. Di kemas apik di dalam koper masing-masing. Jimin dan Ji memang membawa perlengkapan sendiri² atau bisa di bilang mereka membawa dua koper. Sekarang ini Jimin dan Ji tengah menikmati sarapan pagi yang telah Ji siapkan. Mereka makan sederhana hanya soup daging dengan jamur dan ayam goreng tepung. Suasana makan kali ini tak ada bedanya dengan saat mereka makan Ramyun kemarin malam-sepi dan hening- sebelum tiba-tiba pintu utama rumah Jimin di ketuk.
Tok! Tok! Tok!
Jimin yang hendak berdiri di tahan oleh Ji.
" Bi-biar aku saja. " Ji berdiri dan membuka pintunya.Saat ia membuka pintunya Ji di sambut dengan senyum hangat ayah dan eommanya. " Selamat pagi Ji. " Ucap eomma Jimin, dengan tangan yang berisi paper bag eomma Jimin memeluk sang menantu. Setelah itu eomma Jimin berlalu masuk ke dalam rumah, ingin pergi ke toilet untuk mengurus panggilan alamnya. Ji beralih memeluk sang ayah. " Ji rindu ayah. " Ucap Ji yang kembali memeluk sang ayah. " Ingat Ji kau sudah punya suami, jangan rindu dengan ayahmu ini haha. " Ucap ayah Ji yang hanya di balas senyuman dari Ji.
" Ayo masuk yah, aku sudah membuat sarapan. " Ji dan ayahnya masuk ke dalam rumah, Ji langsung menuju ke dapur. Ayah Ji duduk di depan Jimin.
" Pagi Jim. " Sapaan ayah Ji hanya di jawab dengan dingin oleh Jimin. " Pagi yah. " Jimin melanjutkan acara makannya.
" Apa kalian sudah siap untuk ke bandara? " Ujar eomma Jimin yang datang dari arah belakang dan duduk di hadapan Ji -samping Jimin. " Sudah eomma aku dan Jimin sudah menyiapkan beberapa keperluan untuk dua hari di Paris. " Jawab Ji dengan ramah dan tak lupa senyuman manis yang selalu bertengger apik di bibir merahnya walau ia tengah sakit hati.
" Aku sudah selesai. " Dengan segera Ji berjalan mengambil piringnya juga piring kotor Jimin, membawanya ke wastafel lalu mencucinya.
Eomma Ji yang melihatnya itu menjadi geram melihat menantunya diperbudak oleh anaknya sedangkan ayah Ji hanya tersenyum miris melihat anaknya yang menderita karenanya.
" Jimin-ah, bisakah kau menghargai perasaan Ji? " Tanya sang eomma. Jimin beranjak dari duduknya sembari berjalan ke lantai atas Jimin berucap begitu dingin pada eommanya. " Apa eomma pernah menghargai perasaanku? " Tanya Jimin balik pada sang eomma, yang membuat wanita itu bungkam seketika.
Jimin kembali dengan dua koper sedang yang ia bawa-kopernya dan koper Ji. " Apa kalian akan di sini terus? " Ucap Jimin dari arah ambang pintu begitu dingin. Semuanya saling pandang lalu berjalan mendekati Jimin.
###
Pasangan muda ini baru saja sampai di Paris pada malam hari. Jimin dan Ji sudah berada di depan gedung hotel yang tak jauh dari Eiffel Tower, menara cantik yang menjulang apik. Jimin memesan satu kamar dengan dua tempat tidur single. Ji yang mendengarnya hanya bisa menahan sesak. Mereka sudah menikah tapi Jimin seperti jijik satu ranjang dengan istrinya. Tapi mau bagaimana nasi sudah menjadi bubur, Jimin sudah menikahi Ji dan Ji harus menurut pada suaminya. Ia harus tabah dengan semua ini.
Mereka berjalan menuju kamar yang sudah di pesan. Jimin membuka pintu kamar yang membuat secercah binar di mata gadis yang telah ia nikahi ini.
" Wahhh indah sekali, aku belum pernah ke sini sebelumnya. " Ucap Ji kegirangan melihat pemandangan kota Paris pada jendela balkonnya, pemandangan di mana Eiffel Tower terpajang apik menjulang keatas. Ji berjalan mendekati pintu balkon, sebelum itu ia menaruh kopernya di sisi ranjangnya. Ji membuka pintu balkon dan langsung keluar tanpa mengenakan pakaian tebal.
Binar di mata seindah bintang yang berkelip di malam hari itu bertambah. Menyatakan perasaan bahagia lewat tatapan matanya. Ji adalah anak yang sering sakit jadi orang tuannya selalu tidak mengizinkan Ji untuk berpergian jauh dan Ji juga selalu mengalami demam saat cuaca dingin menyapanya. Tunggu!? Cuaca dingin? Bulan ini adalah musim dingin, jangan sampai.
" HATCHIMM! HATCHIMM! Aduh. "
Ahh ingatkan Jimin bahwa istrinya ini harus di lindungi pakaian tebal saat keluar dalam cuaca yang dingin.
" Kau kenapa? " Tanya Jimin saat melihat Ji yang kembali ke dalam kamar hotel dengan hidung yang sedikit merah dan mata yang berair.
" Ahh ani hanya flu biasa. " Ucap Ji sambil tersenyum kecil. Jimin berjalan mendekati balkon lalu menutup pintunya. " Sebaiknya kau beristirahat, besok aku akan mengajakmu ke menara Eiffel. " Ucap Jimin yang hanya di jawab deheman dan anggukan senang dari Ji. " Hmm nde. " Ji menganggukan kepalanya seperti anak kecil lalu membenarkan posisi tidurnya kemudian ia terlelap begitu saja meninggalkan Jimin yang sekarang ini tengah tersenyum kecil melihat betapa polos dan lugunya istrinya ini.
Jimin yang masih terjaga memilih untuk mandi dan menonton siaran malam hari yang ada di sini. Jimin dari tadi mendengar erangan tak nyaman dari Ji. " Engghh ibu..hiks Ji kedinginan. " Sontak Jimin membulatkan matanya saat Indra pendengarannya menangkap satu Isak tangis dari bibir Ji.
" Apa kau baik-baik saja? " Ucap Jimin yang mendekati Ji. Ji terus meraung sambil menangis memanggil ibunya. Jimin memutuskan untuk memeriksa keadaan Ji. Jimin menempelkan punggung tangannya ke kening Ji. " Asihhh anak ini demam. " Jimin sedikit memekik.Jimin dengan segera mencari gelas kopi yang di sediakan pihak hotel, mengisinya dengan air hangat dari shower, mencelupkan saputangannya kedalam gelas itu. Memerasnya lalu menaruh perlahan sapu tangan itu di kening Ji. " Semoga ia baik² saja. " Ucap Jimin sedikit khawatir melihat wajah pucat pasih istrinya.
Jimin menyelimuti tubuh istrinya dengan dua selimut tapi itu tak juga menghentikan tangis Ji bahwa ia kedinginan. " Ibu Ji ingin ibu peluk Ji hiks ibu.." Ji kembali menangis tersedu. Jimin yang kalang kabut berusa untuk mencari solusi agar istrinya dapat tidur dengan nyenyak. " Aku harus melakukannya! " Jimin naik ke atas ranjang Ji dan berusaha memeluk tubuh mungil gemetar itu. Ji yang merasakan kehangatan mulai membalas pelukan Jimin untuk mencari kehangatan yang lebih. " Ji sayang ibu. " Ji kembali terlelap dengan damai tanpa ada suara tangisan atau erangan lain dari bibir Ji. Membuat lelaki bermarga park itu mengulas senyum tulus yang tak pernah ia tunjukkan selama 2 tahun semenjak sang ayah meninggal dunia.
Cinta yang tumbuh dari kedua belah pihak itu karena mereka terbiasa. Seperti Jimin mungkin ia akan mencintai Ji satu saat nanti.
TBC
______
Jan lupa vote and comment cerita ini ya gan
(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold and Sweet✓ [Complete]
Short Story[TAMAT] メ𝗗𝗶𝗷𝗼𝗱𝗼𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝗲𝗹𝗮𝗸𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗽𝘂𝗻𝘆𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗮 𝗸𝗲𝗽𝗿𝗶𝗯𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝗮𝗻𝗲𝗵メ . " Aku mencintaimu " . " Aku tak peduli denganmu " . Sweet tapi cold ### 30/12/19-18/01/20 *Jangan lupa votment ya gan* ©...