2♪ Menikah

1.5K 130 2
                                    

__________
Cold&Sweet

Ji tengah menatap pantulan bayangannya di depan kaca. Sangat cantik dengan riasan wajah yang begitu cantik menambah kesan manis nan ayu di wajahnya. Hari ini, hari pernikahannya dengan seseorang yang baru saja ia kenal, orang yang sekedar membeli bunganya kemarin pagi. Ji menghela nafas berat saat ketukan pintu terdengar.

Tok! Tok! Tok!

Ji menghapus air mata yang keluar begitu saja lalu berjalan untuk membuka pintunya yang tadi sempat berbunyi.

" Sudah siap? " Tanya ayah Ji dengan jas hitam dan celana bahan yang menambah kesan tampan pada ayahnya. Ji tersenyum manis lalu menerima uluran tangan sang ayah.
" Sudah. " Ji berujar begitu pelan diiringi dengan senyuman yang mengembang untuk menutupi rasa sesak yang ada di dalam hatinya saat ini.

Ji berserta sang ayah menuju sebuah katedral di dekat taman kota, tempat di mana pernikahannya akan dilangsungkan. Di dalam mobil hanya ada keheningan yang menyapa ayah dan anak ini. Mereka sama-sama terjebak dalam pikiran masing-masing.

" Jangan bersedih nak semua akan baik-baik saja. " Ujar sang ayah yang melirik Ji lalu tersenyum. Ji hanya membalas dengan senyuman manisnya walau hatinya begitu sakit tapi ia harus tabah.

Sesampainya di depan katedral, Ji dan sang ayah langsung keluar dari mobilnya. Dan seketika lonceng gereja berbunyi dengan lembut saat menyambut mempelai wanita yang baru saja turun dari mobilnya. Ayah Ji melihat anaknya yang hanya melamun, ayah Ji yang tak tega itu pun memeluk anaknya yang sangat ia sayangi ini. Mengelus rambutnya, tersenyum lalu mengeluarkan lengannya untuk menjadi gandengan Ji. Ji menerima uluran lengan sang ayah, dengan langkah pasti ia berjalan ke arah depan pintu utama gereja.

Pintu utama pun terbuka menampilkan pemandangan dalam gereja, dengan jemaat yang sedang menghadiri misa pagi dan tak lupa mempelai pria yang berada di atas altar dengan wajah yang tak pernah berubah -datar dan menakutkan- mengenakan pakaian yang sama dengan ayahnya.

Ji berjalan masuk menuju altar untuk mengucapkan janji hidup sematinya pada pria asing. Jimin dan Ji mengucapkan janji mereka, lalu sang pendeta mengisyaratkan kepada kedua mempelai untuk memberikan kecupan singkat.

" Baik mempelai silahkan saling memberikan kecupan. "

Ji memandang terkejut ke arah suaminya yang sama sekali tak memberikan mimik wajah yang berarti. Jimin mulai mendekatkan wajahnya ke arah wajah cantik penuh dengan ketakutan. Kecupan singkat mendarat manis di kening Ji, Ji membulatkan matanya terkejut. Setelah melepaskan ciuman singkat itu Jimin memandang Ji dan tersenyum kecil. Ji tertegun lalu ikut tersenyum kikuk. Tapi dengan segera Jimin mengubah wajahnya kembali menjadi datar tanpa ekspresi.

###

Setelah pernikahan itu berakhir Jimin membawa Ji ke rumah baru mereka ah tidak untuk Jimin. Karena ini adalah rumahnya sejak dulu. Ji sedikit tertegun melihat rak buku yang sangat besar di belakang TV di samping dapur.

" I„ini koleksi mu? " Tanya Ji dengan gugup. Jimin hanya mengangguk lalu naik ke kamarnya. Ji yang masih mengenakan gaun pengantin putih sederhana sedikit sulit untuk berjalan. Jadi ia memutuskan untuk duduk saja di sofa depan TV. Jimin turun ke lantai dua dan mendapati seseorang yang telah ia nikahi tengah duduk merenung di sofa depan TV.

" Gantilah baju ribetmu itu, aku akan memasak ramyun. " Jimin berjalan ke arah dapurnya dan mulai membuka lemari pendingin untuk mengambil sayuran, lalu mengambil bungkusan Ramyun instan di laci atas.

" Meng„mangapa kau mau menerima perjodohan ini. " Ucapan Ji membuat Jimin yang tadinya ingin mengambil panci di laci atas memberhentikan pergerakannya.

" Aku menerimanya karena? Hmm entah aku hanya menerimanya saja. " Ucap Jimin dingin lalu melanjutkan kegiatannya untuk membuat Ramyun.

###

Setelah Ramyun matang Jimin mengajak Ji untuk makan Ramyun yang telah ia buat. Dengan langkah sedikit ragu Ji berjalan ke arah meja bar dapur itu lalu memakan apa yang suaminya buat. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

Tok! Tok! Tok!

Jimin membuka pintunya ternyata itu adalah eommanya. Eomma Jimin masuk dan langsung memeluk istri dari anaknya itu.
" Ahh anak eomma, apa yang kalian lakukan malam² begini hmm? " Tanya eomma Jimin sambil duduk di depan Ji.

Ji tersenyum lalu menjawab " Hanya sekedar menikmati semangkuk Ramyun, eomma. " Ucap Ji sambil tersenyum. Jimin duduk di samping sang eomma, menarik mangkuk Ramyunnya. Jimin dan Ji makan Ramyun itu tanpa bersuara sepatah kata apapun membuat atmosfer yang mengelilingi mereka begitu dingin dan hening. Eomma Jimin yang merasakan keanehan ini hanya bisa tersenyum kikuk lalu bersuara. " Eomma sudah membeli tiket kalian bulan madu ke Paris selama dua hari. " Ucapan eomma Jimin hanya di balas anggukan kecil dari Jimin dan Ji, membuat nuansa rumah tak berubah sama sekali.

" Yak! " Tiba-tiba eomma Jimin berteriak membuat Jimin dan Ji terkejut lalu saling memandang. " Ashii eomma kenapa berteriak? " Raut tak suka Jimin tertera saat mendengar teriakkan eommanya. " Kalian ini sudah menikah setidaknya bersikap lebih hangat denganku. Jangan hanya hmm iya atau oh saja. " eomma Jimin mulai marah.

" Nde eomma. " Ji menjawab dengan anggukan kepala. " Ini tiketnya, eomma akan pulang untuk beristirahat, kalian harus beristirahat untuk perjalanan panjang yang besok kalian tempuh. " Eomma Jimin berjalan ke arah Ji mengelus rambutnya lalu mencium keningnya. " Jaga dia ya Jim, eomma tau kau belum mencintainya, tapi cobalah apa salahnya " Ucap eomma Jimin yang menghilang di balik pintu rumah utama Jimin.

" Aku sudah selesai, aku akan tidur di kamar tamu kau bisa memakai kamarku. " Ucap Jimin dingin setelah ia menaruh sumpit dan sendoknya di atas meja. Jimin beranjak meninggalkan Ji yang menunduk takut dan berusaha menahan air matanya yang ingin menyeruak keluar. Rasa hatinya sakit. Ia seperti tak di hargai oleh Jimin suaminya. Ji tidak apa jika Jimin belum menerima Ji sebagai istrinya tapi setidaknya ia hanya ingin di anggap keberadaannya.

Ji hanya menunduk takut saat Jimin kembali ke dapur untuk mengambil air minum di lemari es. Jimin meminum air minumnya lalu kembali ke kamar tamu tapi sebelum itu ia berbicara. " Kalau kau ingin tidur jangan lupa mematikan lampu. " Jimin menutup pintu kamarnya dengan keras.

Blam!

" Hah?! " Ji terkejut. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis, terisak begitu lirih.
" Ibu... hiks..."

TBC
______
Jan lupita vote dan comment ya gan
(◠‿◕)

Cold and Sweet✓ [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang