Pagi ini juga,Jimin akhirnya membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah langit - langit atap yang berwarna putih dan dinding cat yang berwarna putih pucat.
Kemudian ia melihat wajah seorang pria. Pria yang berperawakan tegas namun matanya berkaca - kaca. Jimin hanya balas menatap pria itu dengan polos.
Dengan mulut dan hidung yang dibungkus oleh peralatan medis,Jimin menggerakkan bibirnya dengan susah payah.
"Appa .. " ucapnya lirih dengan susah payah,Jimin seperti kehabisan suara. Ia benar - benar seperti orang baru bisa belajar berbicara.
Tuan Kim berdiri dari duduknya,balas menatap Jimin sambil tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Jimin agar rungunya dapat mendengar suara lirih lelaki itu dengan jelas "iya,Jimin. Ini appa" ucapnya serasa mengelus rambut putra sulungnya.
"Maaf,aku merepotkan appa lagi" ujarnya sambil merintihkan air matanya.
Tuan Kim langsung buru - buru menggelengkan kepalanya. "Aniya Jimin,aniya. Kamu tidak merepotkan appa,tidak sama sekali"
Jimin tersenyum getir,ia sungguh lelah. Ingin rasanya ia menyerah saja agar tidak merepotkan banyak orang juga tidak membuat orang - orang di sekitarnya merasa sedih dengan kondisinya saat ini.
Sudah seminggu berjalan ,dan keadaan Jimin masih sama. Berdiam diri terbaring di ranjang tanpa banyak gerak dan melakukan aktivitas seperti biasanya.
"Hyung .."
Dokter muda bernama tag Nam Seokjin itu sedang sibuk dengan berkas yang ada di tangannya. "Eoh " balasnya sekilas tanpa melirik
"Handphoneku mana Hyung?"
"Handphone?" Bukannya memberi jawaban Seokjin justru menanyai balik kepada Jimin
"Ahh .. handphone mu ada diruanganku" ucap Seokjin kemudian ia berniat berdiri "sebentar akan ku ambilkan" lanjutnya
Saat Seokjin berniat akan mengambil handphone Jimin ,Jimin kembali memberikan pertanyaan kepada Seokjin .
"Hyung,berapa lama aku tertidur?"
Seokjin membalikkan tubuhnya,kembali berpikir "sekitar 1 Minggu 2 hari" jawabannya
"Wah? Selama itukah Hyung"
Seokjin mengangguk santai, "Jimin ada baiknya kamu melakukan operasi lagi Jimin. Menurut hasil ct-scan kemarin penyakit --
Belum sempat Seokjin melanjutkan kalimatnya Jimin sudah terlebih dahulu memotong pembicaraannya "jangan omongkan penyakitku dulu Hyung,sebaiknya kau tolong ambilkan handphoneku . Aku harus memberi kabar Aera,dia pasti sangat khawatir. Terlebih aku rindu padanya,terakhir kali aku melihatnya saat ia melakukan kemoterapi pertamanya"
"Aku ingin tau kabarnya mengenai kemoterapi yang ia jalani,apakah berjalan dengan lancar? Bagaimana kondisinya sekarang .. aku benar - benar rindu dia Hyung,aku takut tidak dapat melihat Aera kembali .. " sambungnya dengan helaan nafas panjang .
Sebenarnya Seokjin begitu geram dengan perilaku Jimin yang terus - terusan memikirkan kondisi orang lain,ketimbang dirinya sendiri yang menurut Seokjin kondisinya cukup parah ketimbang Aera.
Ia kemudian langsung pergi,meninggalkan Jimin untuk mengambil handphonenya.
🍀🍀🍀
"Makan dulu Aera "
Aera mengangguk sembari sesekali melirik handphonenya ia berharap setidaknya ada kabar dari Jimin. Agar Aera merasa tenang ,karena udah hampir 2 bulan Jimin tak kunjung juga memberi kabar.
"Aera .. katanya iya,dari tadi belum di sentuh sih sayang makanannya. Ayo dong makan udah itu minum obat ya,kan Minggu depan kamu harus kemoterapi lagi" ucap nyonya Kim seraya mengelus rambut Aera
Aera tidak menjawab hanya memberikan senyuman serta helaan nafas kecewa.
Kemudian Aera mulai memakan sarapannya,
"Jimin masih belum juga memberi kabar?"
Aera mengangguk, "bahkan ini sudah dua bulan dia menghilang. Apa dia malu punya kekasih sakit kaya Aera ya eomma"
Nyonya Kim buru - buru menggelengkan kepalanya "tidak sayang,Kamu tau sendiri kan Jimin itu anaknya baik. Mana mungkin dia malu punya kekasih yang cantik seperti ini"
"Seperti yang Taehyung katakan. Jimin sedang pergi ke luar negeri bukan? Mungkin sinyal handphonenya di sana jelek makanya dia susah memberikan kabar kepadamu,oh atau mungkin handphone Jimin rusak sayang. Sudahlah sekarang berpikir positif dan fokus pada kesembuhanmu ya?"
Aera hanya mengangguk ,meski ibunya sudah mengatakan Jimin tidak seperti itu. Tapi dalam hati Aera yang paling dalam.
Aera benar - benar gugup dan takut akan kehilangan Jimin.
Ting!
Ting!Aera melirik kepada handphonenya. Dan matanya membulat kala melihat layar handphonenya yang memunculkan nama yang ia rindui selama ini.
Park Jimin 🐥(3)
Aera - ya ..
Mianhae,aku baru memberi kabar padamu.
Aku rindu padamu juga AeraBetapa terkejutnya Aera dengan pesan yang baru saja ia lihat,ia tidak sedang berhalusinasi kan? Sungguh ini Jimin kan yang memberi kabar padanya. Pikir Aera dengan segala perasaan yang berkecamuk dalam hati juga otaknya.
Saking bahagianya,Aera tidak menyadari air matanya sudah lolos jatuh membasahi pipi Aera.
"Akhirnya .. "
Jimin tersenyum lega kala ia sudah memberikan kabar kepada orang yang ia sayangi.
Tidak berselang lama,Jimin mendapat jawaban dari Aera . Mereka saling bertukar kabar dan Jimin juga harus membohongi keadaan dirinya yang sesungguhnya kepada Aera.
"Hyung,terimakasih .. "
Seokjin ikut tersenyum "tidak masalah,jadi kali ini kamu mau mendengarkan penjelasanku kan?"
Jimin mengangguk , "baik Hyung,aku siap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love,Rain | Park Jimin
FanfictionHujan,aku sangat suka hujan . Hujan,mengingatkanku kepada lelaki berparas tampan yang memiliki hati seperti malaikat pelindung.