11 : putus asa

73 14 1
                                    

:- Keletihan kita sering disebabkan bukan oleh pekerjaan, tapi oleh kekhawatiran, frustasi, dan putus asa.

- Dale Carnegie

Hari demi hari,bulan demi bulan telah Aera lewati untuk berjuang melawan penyakit kanker otak yang ia idap,bahkan kini sel kanker yang ada di tubuh Aera telah memasuki stadium akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari,bulan demi bulan telah Aera lewati untuk berjuang melawan penyakit kanker otak yang ia idap,bahkan kini sel kanker yang ada di tubuh Aera telah memasuki stadium akhir.

Banyak sekali hal - hal yang perubahan pada diri Aera,seperi rambut yang terus - terus rontok. Rasa pening kepala yang terasa sangat menyakitkan membuat akal dan pikiran Aera menjadi sedikit merasa muak dengan semua ini.

Aera berpikir untuk apa dirinya seperti ini kalo ujung - ujungnya ia akan mati juga. Aera berpikir ini semua hanya sia - dia dan membuang - buang waktunya saja juga membuang - buang uangnya hanya untuk kemoterapi yang tidak memberikan efek apa - apa tubuhnya.

"Aku sudah muak dengan semua ini!" Amuk Aera dengan melemparkan berbagai macam obat yang seharusnya ia minum.

Jimin yang baru saja tiba melihat Aera mengamuk ia mencoba untuk menenangkan Aera. Namun ,kini ego Aera sedang menguasai dirinya. Rasa kecewa Aera lebih besar ketimbang bujukan yang diberikan oleh Jimin. Aera tidak mendengarkan perkataan Jimin sama sekali,ia sibuk melempar - lemparkan obat dan barang - barang yang ada di meja miliknya.

"Aera berhenti,dengarkan aku . Ra kamu --

Prang

Cermin rias Aera pecah begitu saja ketika Aera melemparkan sebuah botol parfume yang terbuat dari kaca juga.

"Aku capek Jimin! Aku capek! Aku muak dengan semua ini,rasa sakit ini! Penyakit ini tidak kunjung sembuh Jimin! Aku --

-- aku capek!" Ucap Aera bersaman dengan tubuhnya yang melemas juga akan terjatuh ke bawah lantai,untung saja dengan sigap Jimin menahan tubuh Aera dan membopongnya ke ranjang milik Aera.

Mata yang sembab,hidung memerah rambut yang sudah tak lagi lebat. Kini menjadikan kondisi Aera yang benar - benar sangat kacau.

Aera sedari tadi tidak henti - hentinya menangis,ia juga melewatkan sarapan pagi juga makan siang. Ibu Aera sudah tidak bisa lagi membujuknya jadi beliau mencoba meminta pertolongan Jimin. Berharap Aera akan sedikit lebih tenang jika ada Jimin disini.

Ternyata benar dengan ada Jimin disamping Aera ,kini Aera sedikit lebih tenang. Bahkan ia sedang tertidur akibat kelelahan menangis seharian dan juga melupakan untuk pemasukan nutrisi kedalam tubuhnya.

"Terimakasih nak Jimin ,maaf ibu merepotkan kamu lagi" ucap ibu Aera dengan permohonan maaf kepadanya.

"Tidak masalah ko,kalo ada apa apa dan ada yang bisa saya bantu. Saya akan datang selagi saya mampu" balas Jimin disertai senyuman.

Ibu Aera sangat bersyukur karena Puteri satu - satunya di pertemukan dengan lelaki yang baik dan sabar seperti Jimin.

×××

Kini Jimin sedang berdiam diri di sebuah rooftop sambil memandangi jalanan yang tak pernah sepi dilewati orang - orang berlalu lalang jalan juga dengan kendaraan kendaraan lainnya.

"Sedang apa kau disini?"

Jimin menoleh kearah sumber suara dan itu ternyata adalah Taehyung, sahabat dekat dirinya.

"Seperti biasa memandang langit" jawab Jimin sambil terkekeh

Taehyung mengangguk - ngangguk sambil mendekat kearah Jimin dengan membawa dua buah minuman kaleng soda. Kemudian ia duduk tepat di samping Jimin lalu menyodorkan salah satu minuman yang ia bawa untuk sahabatnya itu.

"Tidak masalahkan dengan satu kaleng soda?" Tanya dengan penuh hati - hati,ia takut malah menjadi menyindir Jimin. Karena begitu banyak larangan makanan atau minuman yang Jimin konsumsi

Jimin kembali terkekeh "haha,satu kaleng soda tidak akan membuatku mati. Kalo memang sudah menjadi takdirku"

"Bukan gitu maksudku --

Jimin memotong pembicaraan Taehyung , "sudahlah tidak masalah" kemudian ia membuka soda tersebut dan langsung meneguknya

"Ahh .. segarnya"

Taehyung tersenyum miris melihat sahabatnya ini berlagak so kuat padahal aslinya dia begitu sangat lemah.

"Taehyung apa rencanamu setelah lulus sekolah?" Tanya Jimin tanpa melihat ke arah Taehyung

"Tiba - tiba?" Tanya balik Taehyung

"Tidak,hanya saja aku ingin tahu. Kau tau bukan umurku tidak akan lama jadi aku ingin mendengar rencana sahabatku kedepannya bagaimana?"

Taehyung merasa kesal atas ucapan yang di lontarkan oleh Jimin "Ya! Kenapa kau berbicara seperti itu! Kau akan terus hidup,kau akan sembuh dan sehat"

Jimin tertawa keras,bahkan ia tertawa sampai mengeluarkan air mata. Taehyung sempat berpikir apakah sahabatnya ini sedang kehilangan akal sehatnya?

"Sembuh? Dengan penyakit seperti ini? Itu bahkan lelucon yang sangat lucu yang pernah aku dengar Taehyung . Terimakasih kau telah menghiburku dengan lelucon mu itu"

"Aku serius Jimin! Kau pasti bisa kau pasti --

Lagi,lagi Jimin memotong pembicaraan Taehyung "Pasti sembuh? Cukup Tae ,aku muak! Muak dengan semua orang yang berkata bahwa aku pasti sembuh"

"Bener kata Aera ,tidak ada gunanya meminum obat atau kontrol setiap bulannya. Penyakit ini terus saja mengorogoti tubuh ini,dan pasti ujung - ujungnya akan mati juga."

"Ini semua sia - sia,hanya membuang - buang waktuku saja dan uang orang tuaku. Namun tidak ada perubahan dalam tubuh ini" lanjutnya dengan pipinya sudah basah oleh air matanya yang sedari tadi menetes tanpa disadari oleh Jimin ,perubahan emosional Jimin sedang terombang - ambing.

Di satu sisi Jimin harus menjadi orang yang kuat dan menyemangati sang kekasih yang sedang berjuang melawan sel kanker yang menggorongotti tubuhnya. Di sisi lain juga ia harus menjadi orang yang lemah yang sama - sama muak dengan semua ini,bahkan dirinya sempat berpikir untuk berhenti dari pengobatan yang sedang ia jalani.

"Aku capek Tae,capek. Aku harus gimana? Aku pandai menyemangati Aera tetapi aku tidak bisa menyemangati diriku sendiri aku binggung"

Taehyung hanya bisa menepuk - nepuk punggung sahabatnya itu,sejujurnya ia juga tidak tahu harus berbuat apa dalam mengahadapi Jimin yang sedang benar - benar merasa terpuruk.

Dada Jimin merasa sakit,sakitnya kali ini terasa berbeda. Bukan sakit dari penyakit dari yang ia derita ,melainkan perasaan sakit atas segala kepalsuan yang ia buat di hadapan semua orang.

Haruskah dia memberi tahu Aera bahwa dirinya juga butuh dukungan untuk sembuh? Memberi tahu tentang penyakit yang ia derita atau membuat keputusan untuk menjauhi Aera agar kelak jika pergi Aera tidak begitu merasa kehilangan dirinya.












Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love,Rain | Park Jimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang