14 : Takdir

107 13 3
                                    

Aera masih tidak percaya orang yang ada di dalam ruangan tersebut adalah Jimin.

Orang selama ini mendukung dia untuk bisa sembuh,orang yang selama ini menguatkan dirinya,orang yang selama ini selalu ada di samping dia sekarang terbaring lemah. Bahkan lebih lemah dari dirinya.

Ayah Jimin menceritakan semuanya kepada Aera,tentang bagaimana Jimin berjuang sejak dari kecil untuk melawan penyakit Jantung yang ia derita selama 12 tahun terakhir ini.

Jimin sering menghabiskan masa kecilnya di rumah sakit dan sering melakukan operasi kecil upaya memperpanjang hidup Jimin,atau menyembuhkan Jimin dari penyakit yang di deritanya.

Jimin sering menutupi rasa sakitnya didepan Aera karena bagi Jimin kesehatan Aera lebih penting ketimbang kesehatan dirinya.

Alasan Jimin seperti ini karena Jimin tidak mau lagi kehilangan wanita yang paling ia sayang setelah ibunya.

Aera kini menjadi prioritas bagi Jimin setelah ayah dan ibunya. Menurut Jimin Aera begitu mirip dengan ibunya,selain cerewetnya Aera cantiknya Aera juga sangat mirip dengan ibunya. Jadi kenapa Jimin sangat menyayangi Aera.

Ibu Jimin meninggal saat Jimin berusia 10 tahun ketika dirinya sedang di operasi kedua.

Ibu Jimin meninggal di perjalan saat hendak di bawa ke rumah sakit. Faktor dari meninggalnya ibu Jimin adalah saat beliau mengendari mobil yang hendak menuju rumah sakit untuk menemani,memberi semangat kepada Jimin terkait operasinya yang kedua.

Ia tertabrak mobil truk dari arah kanan dan mengakibatkan mobilnya berputar balik.

Ayah Jimin yang saat itu sedang berada di kantor ia menyesal kala istrinya berpesan untuk terlebih dulu pergi ke rumah sakit ketimbang harus sibuk dengan urusan kantornya.

Ia tidak tahu bahwa istrinya memberi isyarat kepada dirinya karena ibu Jimin tidak bisa menemani Jimin disana. Meski ayah Jimin tahu bahwa istrinya bisa saja menunggunya untuk menjemputnya,mungkin ini tidak akan pernah terjadi.

Ibu Jimin memang sudah meminta izin untuk pergi duluan ke rumah sakit tanpa menunggu di jemput oleh suaminya. Tetapi ya sekali lagi takdir berkata lain,baik ayah Jimin maupun alm mendiang ibu Jimin tidak mau ini semua terjadi.

Setelah operasinya berjalan dengan lancar,Jimin yang kala itu terbangun pasca operasi Jimin langsung menanyakan tentang keberadaan ibunya.

Ayah Jimin tidak mau bersikap gegabah,ia masih berusaha menutupi tentang keberadaan ibu Jimin dengan mengatakan bahwa ibunya sedang berada di Busan untuk menemui neneknya yang sedang sakit.

Padahal faktanya ibu Jimin telah di kebumikan dua hari yang lalu bertepatan dengan operasi besar Jimin yang kedua sekaligus ulang tahun Jimin yang ke 10 tahun.

Setelah kondisi Jimin yang sudah berangsur stabil barulah disitu ayah Jimin memberi penjelasan kepada Jimin tentang ibunya.

Jimin tidak terima merasa semua ini hanyalah tipuan belakang,karena dia tahu keluarga mereka sering bercanda. Tapi ayah Jimin berusaha memberitahu Jimin bahwa ini bukan tipuan atau candaan.

Jimin merasa bodoh,bahkan ia sempat berpikir kenapa ia tidak selamat saja saat berada di meja operasi dengan begitu ia bisa pergi bersama dengan ibunya. Ketimbang operasinya berjalan dengan lancar tapi ia harus kehilangan ibunya.

Hidup Jimin sama saja tidak ada artinya jika tidak ada ibu disampingnya yang selalu mendukung dia,yang selalu menjadi alesan Jimin mau bertahan karena ia tidak mau membuat ibunya kecewa atau menangis karena penyakit yang ia derita.

Jimin sempat mengalami depresi ketika ia hendak mau memasuki sekolah menengah atas.

Ayah Jimin terus membujuk Jimin agar ia mau bersekolah lagi,kata dokter untuk saat ini kondisi Jimin tidak buruk jadi Jimin diperbolehkan sekolah. Dan ini memang keinginan Jimin kepada ibunya untuk bersekolah biasa tanpa harus home schooling ,karena ia bosan ia ingin memiliki teman.

Tapi kini percuma,karena tidak ada ibu . Padahal jika ia bersekolah di sekolah biasa karena ingin membuktikan kepada ibunya bahwa ia bisa , dan membuktikan bahwa dirinya pasti banyak memiliki teman.

Sampai pada akhirnya Jimin mau dan bertemu dengan Aera. Setelah itu hidup Jimin berubah.

Aera kini sedang duduk di bangku taman tapi masih dengan mengunakan kursi roda dengan perasaan yang tidak bisa ia gambarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aera kini sedang duduk di bangku taman tapi masih dengan mengunakan kursi roda dengan perasaan yang tidak bisa ia gambarkan. Dan di sebelahnya ada Jungkook sahabat setia Aera sejak kecil.

Aera menceritakan tentang apa yang ayah Jimin ceritakan kepadanya.

"Aku tidak tahu kalo dia juga menyimpan rasa sakit yang luar biasa,bahkan lebih lama dariku" ucap Aera sambil menatap aliran sungai

Iya,Aera ingin pergi ke Sungai Han atas izin dari dokter dan Jungkook lah yang menemaninya. Karena dokter takut Aera akan mengalami depresi karena beban yang ia tanggung jadi dokter mengizinkan Aera untuk mencari udara segar di luar.

"Mungkin ini memang sudah takdir dari Tuhan untuk mempertemukan kalian"

Aera menengok ke arah Jungkook,ia merasa tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Jungkook. Untuk apa Tuhan mempertemukan mereka berdua dalam keadaan sama - sama sakit bahkan tidak akan pernah bisa menghabiskan waktu lebih lama.

Jungkook yang seakan paham dengan ekspresi yang di berikan Aera kepadanya tersenyum kemudian memberikan penjelasan kembali kepada Aera agar Aera sadar dan paham kenapa Tuhan membuat rencana semua ini.

"Kau kehilangan ayah dan Jimin kehilangan ibu,kalian sama - sama sakit. Apa kau pernah berpikir? Bahwa bagimu Jimin adalah pengganti ayahmu dan bagi Jimin kau adalah pengganti ibunya "

Aera masih mencerna perkataan Jungkook, dan Jungkook malah terkekeh

"Rara,dengar meski kalian sama - sama terluka sama - sama berjuang untuk sembuh aku yakin jika kalian saling memberi semangat satu sama lain tidak ada lagi kata sia - sia dalam hidup kalian,baik kamu maupun Jimin tidak ingin membuat orang kalian sayang merasakan sedih lagi kan? Jadi aku percaya kalian bisa melewati semua ini dengan baik. Kalian pasti akan bahagia aku percaya itu"

Aera menatap Jungkook dengan mata sayu berusaha menahan tangisnya,apa yang dikatakan Jungkook benar. Dia atau Jimin pasti bisa melewati semuanya jika mereka bersama - sama menghadapinya. Tidak ada yang tidak mungkin selama takdir berpihak mereka.

Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha,begitu juga dengan Tuhan. Tuhan pasti akan menyembuhkan mereka berdua jika mereka berdua mau berusaha.

Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Jungkook langsung membawa Aera dalam pelukannya.

"Tumpahkan saja semuanya sampai kau merasa tenang" ucap Jungkook sambil menepuk - nepuk punggung Aera pelan

Dan di detik itu juga benteng pertahan Aera runtuh berserta dengan tangisan Aera yang pecah.












Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love,Rain | Park Jimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang