13 : Menyesal

107 16 4
                                    

Jimin pov.

Aku membuka mataku perlahan ,tunggu kenapa disini sangat sepi dan hanya berwarna putih. Dimana semua orang? Apa hanya ada aku disini.

"Aeraa.."

"Appa .. "

"Seokjin Hyung.."

"Taehyung - ah.. "

"Jimin-ah .. "

Tunggu,suara itu.

Aku melihat ke sekeliling dari mana arah sumber suara tersebut. Tapi suara ini,aku sangat tau suara ini.

"Eomma?"

Eomma menatapku sambil tersenyum. Senyuman yang aku rindukan setiap harinya,eomma semakin cantik.

"Jimin,kemari lah"

Aku mendekat ke arah eomma dan buru - buru aku memeluk erat eomma ku.

"Eomma aku sangat merindukanmu"

Eomma mengusap punggung persis setiap kali aku mengadu kepada eomma saat aku merasa kesusahan.

"Eomma juga merindukan mu Jimin.. tapi kenapa kau ada disini? Tempatmu bukan disini sayang"

Aku melepaskan pelukan ku kepada eomma. Aku tidak mengerti dengan ucapan eomma,

"Maksud eomma? Aku baru saja bertemu denganmu kenapa kau mengusirku? Apa mau tidak suka denganku? Padahal aku sangat merindukanmu"

Bukannya menjawab eomma malah mengusap kepalaku sambil tersenyum dan berkata "sebaiknya kau bangun. Kita akan bertemu di waktu yang pas Jimin-ah,tapi bukan sekarang"

Jimin pov end.

Aera pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aera pov.

Aku kembali terbangun dan lagi - lagi aku bangun di tempat yang sama. Aku tertawa kenapa aku belum mati juga?

Padahal aku ingin segera bertemu dengan ayah. Ohiya,aku lupa siapa yang membawaku ke rumah sakit?

"Aera,syukurlah kau sudah sadar"

Aku bisa melihat dari wajah ibuku yang begitu mengkhawatirkan diriku,aku sungguh benci saat orang mengkhawatirkan kondisi ku. Termasuk ibuku,karena aku tidak mau terlihat lemah.

Aku mengangguk pertanyaan yang dilontarkan oleh ibuku.

"Syukurlah sayang kau selamat"

Selamat?

Oh iya aku hampir lupa,aku mengkonsumsi obat tidur dalam dosis tinggi. Tapi ternyata tidak mempan untuk tubuhku,nyatanya aku selamat.

"Siapa yang membawaku kesini?"

Jangan,jangan sampai eomma bilang itu adalah Jimin.

"Jimin.. "

Ternyata benar dugaan ku yang membawa ku ke rumah sakit adalah orang yang aku sayangi. Aku tidak bisa membayangkan betapa paniknya dirinya saat aku sudah terjatuh di kasur dengan obat - obatan yang berserakan dimana - dimana.

Dan belum lagi busa yang akan keluar dari mulutku karena aku over dosis obat tersebut.

"Sekarang Jimin dimana eomma? Aku ingin bertemu" ucapku,karena sesungguhnya aku ingin bertemu dengan Jimin dan mengucapkan terimakasih kepadanya.

Aku tidak kunjung mendapatkan jawaban dari eomma,dia hanya berdiri sambil menatapku dengan tatapan sendu. Aku tidak mengerti kenapa sikap eomma begitu aneh,padahal aku hanya ingin bertemu dengan Jimin.

"Eomma?"

Aera pov end. 

Ibu Aera membawa Aera keluar ruangan dengan menggunakan kursi roda. Setelah kejadian tempo lalu,ibu Aera masih belum bisa memberi tahun tentang kondisi Jimin kepada Aera.

Jadi ia menunggu keputusan dokter yang menyatakan kondisi Aera stabil baru ia akan memberi tahu keberadaan Jimin.

"Eomma kita akan kemana? Aku kan bertanya kepadamu dimana Jimin. Dan dia tidak menemui ku saat aku masuk rumah sakit kembali apakah dia --

Aera menggantung perkataannya saat melihat ayah Jimin sedang berdiri di depan pintu ruang ICU.

Sedang apa ayah Jimin berdiam diri disitu?

Apakah ada seseorang yang sakit?

Ibu Aera mendorong kursi roda tersebut tepat di depan ayah Jimin. Ayah Jimin tersenyum seraya membungkukkan tubuhnya dengan sopan.

Begitu juga dengan Aera dan ibunya.

"Paman,sedang apa disini? Apakah ada seseorang yang sedang kau jenguk?" Tanya Aera sangat penasaran karena setahu Aera ayah Jimin atau Jimin jarang datang kerumah sakit,kecuali mengantar dirinya.

Ayah Jimin hanya tersenyum kemudian mengambil alih kursi roda yang tadi di pegang oleh ibu Aera kini oleh ayah Jimin.

"Ada apa ini Paman? Dan eomma?"

Ibu Aera hanya mengangguk sambil tersenyum itu membuat Aera semakin penasaran dengan situasi saat ini.

Aera hanya bisa pasrah bertanya kepada ayah Jimin pun tidak mendapat jawaban,begitupun kepada ibunya.

Saat Aera memasuki ruangan ICU bertapa terkejutnya dirinya saat melihat kaca putih transparan membatasi antara luar ruangan dan dalam ruangan terdapat seorang laki - laki yang sedang terbaring lemah dengan berbagai alat rumah sakit yang menempel padanya.

Tubuh Aera melemas,hatinya sangat begitu nyeuri. Air matanya sudah membasahi pipinya.

Seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.

Lelaki yang sedang terbaring itu adalah lelaki yang ia paling takut kehilangan lagi setelah ayahnya.

Ia adalah lelaki yang membuat dirinya menyukai hujan.

Lelaki yang menjadi salah satu alasan Aera bertahan hidup untuk sekarang.

Dia adalah ,
















Park Jimin. Yang sedang terbaring lemah dengan mata yang tertutup serta alat - alat yang menempel pada seluruh tubuhnya.

















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Love,Rain | Park Jimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang