BAB 3

297 30 0
                                    

Arjun melepaskan helm fullface-nya. Cowok itu memiringkan tubuhnya ke kiri melihat wajahnya di spion. Pekikan tertahan terdengar ketika ia merapikan rambutnya.

Yaa, Arjun salah satu most wanted di sekolahannya, SMA Wijaya.

Senyum lebarnya pudar ketika tiba-tiba seorang cewek muncul di depannya. Cewek itu tanpa malu menggelayut di lengannya yang berotot.

"Vita!" bentak Arjun yang risih.

"Maafin aku ya sayang," cewek itu menampilkan tatapan memohonnya.

Arjun memalingkan wajah, tak mau menatap kedua mata berlapis softlens berwarna abu-abu itu. "Jangan diulangi lagi kalo kamu nggak mau putus dari aku," ucapnya setelah lama terdiam.

Vita mengangguk mengiyakan. "Iya. Aku nggak ngelabrak cewek-cewek centil itu lagi."

Yaa, Arjun marah karena sikap pacarnya yang suka melabrak siswi-siswi yang secara terang-terangan menyukai dirinya.

Seperti kemarin, Vita sampai menjambak rambut adik kelas perempuan yang memberi coklat kepada Arjun.

Resiko jadi orang ganteng tuh ya gini, ucapnya dalam hati setiap kali ada cewek yang terang-terangan menyukainya.

---

Seorang cowok memangku dagu dengan tangan kanannya. Memutar bola matanya bosan. Bibirnya mencebik kesal. Mau sampai kapan ia akan menemani pacarnya itu berbelanja?

"Sayang, baju yang ini apa yang ini?" pacarnya itu sepertinya kesulitan memilih.

"Terserah," jawabnya ogah-ogahan.

"Arjun!" pekik Vita.

Seorang cewek berhenti berjalan. Ia menyipitkan matanya melihat dua orang yang berdiri tak jauh darinya. Aurel menahan tawanya.

"Tiwi," panggilnya.

"Paan?"

Jari telunjuknya mengarah ke seorang cowok yang berada di sebuah butik. "Itu Bang Arjun kan?"

"Wahh, gila," Tiwi terbahak melihat Arjun yang menutupi wajahnya menggunakan sebelah tangan karena malu dimarahi pacarnya. "Aku bawa dia ke rumah aja ya?"

Aurel memukul bahu Tiwi. "Kamu milih dia jadi kakak ipar daripada sahabat kamu sendiri?"

"Ihh, baperan," protes Tiwi. "Maksudku, biar si Pus punya temen."

Aurel terbahak. "Jahat banget."

Arjun menangkap keberadaan dua cewek yang masih memakai seragam biru putihnya. Lirikan tajamnya tidak meredakan tawa mereka.

Perlahan lirikan tajamnya melembut dan senyumnya terukir melihat tawa cewek yang berdiri di samping adiknya.

---

Arjun mengetuk-ngetukkan sepatu sport-nya ke lantai keramik sebuah butik di salah satu mall. Ia membuka matanya saat merasakan sesuatu yang dingin menempel di rahang tegasnya.

Arjun mengambil es krim dari tangan orang yang mengulurkannya. Cowok itu tidak berhasil mencekal pergelangan tangan orang itu.

Aurel berjalan mundur sambil melambaikan tangan. "Dimakan ya Bang. Biar nggak berasap hati sama kepalanya."

Arjun tertawa kecil. Mengapa cewek itu selalu bisa membuat mood-nya membaik?

"Sayang, baju-" ucapan Vita berhenti ketika tidak melihat pacarnya. Vita berjalan ke depan dan melihat pacarnya sedang duduk di sofa dekat kasir.

"Arjun!"

"Hm," Arjun menoleh sekilas. Arjun tetap melanjutkan acara makan es krimnya tidak peduli dengan wajah pacarnya yang sudah memerah.

"Kamu kan aku suruh tunggu di depan ruang ganti. Kenapa kamu asyik makan disini?" Vita mengepalkan kedua tangannya kesal karena tidak ditanggapi Arjun.

"Arjun!"

"Apa?" Arjun berdiri. "Aku capek, Ta! Aku kayak bukan pacar kamu tahu nggak. Aku malah kayak orang yang kamu suruh bawain dan bayarin belanjaan kamu doang."

Arjun menghela napas berat. "Udahlah, aku pulang."

"Terus aku gimana?"

"Pulang sendiri, naik taksi," sahut Arjun tanpa menghentikan langkahnya.

"Bayarin dulu belanjaan aku!" seru Vita tidak tahu malu.

Arjun menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Ia menatap tak percaya pacarnya itu. "Itu baju buat siapa?"

"Buat aku."

"Bayar sendiri!" ketus Arjun lalu melanjutkan langkahnya lagi keluar butik.

Arjun mengacak rambutnya frustasi. Cowok itu menoleh mendengar seseorang yang memanggil namanya.

"Mana pacarnya Bang Arjun?" tanya Tiwi.

"Gue tinggalin."

"What?!" pekik May. "Putus Bang?"

"Secepatnya," jawabnya enteng.

"Udah Bang, putusin aja," Fily mengompori.

"Dasar kompor!"

Mata Fily berkaca-kaca. "Kemarin kamu ngatain aku ember, sekarang kompor. Nur, kenapa kamu jahat padaku?" ucapnya dramatis.

"Tuh tanggung jawab, anak orang nangis," May mendorong bahu Nur.

"Dasar baperan!" decak Nur. Nur mengusap lengan Fily. "Sorry Ly," ucapnya ogah-ogahan.

Fily terisak tapi tidak mengeluarkan air mata. "Ada syaratnya."

"Apa?"

"Beliin es krim lima cup," Fily nyengir lebar.

Nur menoyor kepala Fily. "Itu mah kamu yang seneng."

"Ehh, Aurel mana?"

"Ciee, nyariin Aurel, ciee," goda mereka.

Mereka tertawa melihat wajah Arjun yang tiba-tiba memerah. "Ehh, paan sih?"

"Ciee, salting," Tiwi mencolek-colek lengan Arjun. "Lagi ke kamar mandi sama Raisa."



🌿

Ohh ya, ngingetin aja, hehe. Mereka bertujuh kelas tiga SMP, kalo Arjun kelas tiga SMA

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang