BAB 13

186 24 0
                                    

Sudah tiga hari ini Arjun tidak menemui Aurel. Padahal biasanya Arjun berusaha bertemu dengan Aurel dengan alasan curhat atau hanya sekedar mengantarkan makanan kesukaan cewek itu.

Tapi setelah kejadian di pasar malam tiga hari yang lalu, ia berpikir sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menjadikan Aurel sebagai pacarnya.

Ya karena Aurel sudah mempunyai pacar. Tidak mungkin kan ia merebut pacar seseorang?

Arjun mengembalikan sepatu yang ia ambil ke tempatnya lagi ketika kedua matanya menangkap seseorang yang baru saja melewati pintu masuk toko sepatu ini.

Bimo.

Ya, kedua matanya tidak mungkin salah mengenali orang yang membuat mood-nya buruk selama tiga hari ini.

Arjun mendelik tajam. Apa-apaan ini? Sekarang Bimo sedang merangkul seorang cewek. Dan cewek itu bukanlah Aurel.

Tidak. Tidak bisa dibiarkan. Ia tidak mau melihat Aurel menangis. Arjun berjalan cepat menghampiri Bimo dan langsung mendaratkan sebuah pukulan tepat di wajah cowok itu.

Bugh!

"Bimo!" pekik cewek yang bersama Bimo tadi.

Bimo terhuyung ke belakang. Cowok itu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Lo kenapa main hajar gue?!"

Bimo mengernyitkan dahinya. Ia mengenali orang yang sudah memukulnya. "Lo Bang Arjun kan?"

Arjun tidak menjawab. Cowok itu malah menarik krah kemeja yang Bimo pakai. "Berani-beraninya lo selingkuhin Aurel?!"

Bukannya tersulut emosi, Bimo malah tertawa. "Bener kan lo sayang sama Aurel?"

Arjun mengangkat sebelah alisnya. Perlahan ia melepaskan cengkraman tangannya pada krah kemeja Bimo.

Bimo meredakan tawanya lalu bertanya lagi, "bener kan lo sayang sama Aurel, Bang?"

Arjun terdiam.

Cewek yang bersama Bimo tadi bertanya, "dia siapa?"

"Dia orang yang disukai sama Aurel," jawab Bimo sambil berbisik tapi masih bisa didengar Arjun.

Arjun membelalakkan kedua matanya. "Aurel suka sama gue?"

"Tanya aja sama orangnya langsung. Ohh ya, gue nggak pacaran sama Aurel. Ya kali gue pacaran sama sepupu gue sendiri," Bimo terkekeh.

Arjun harus segera bertemu Aurel. Iya, harus!

"Gue minta maaf udah nonjok lo. Gue pergi dulu. Makasih infonya," ucap Arjun lalu berlari keluar dari toko sepatu.

---

Aurel menempelkan handuk kecil yang sudah ia celupkan ke dalam sebuah baskom yang berisi air hangat ke dahi Shafa, Mamanya.

Sudah tiga hari ini Shafa demam. Dan sudah tiga hari ini juga Papanya tidak pulang ke rumah. Sebenarnya, kemana Papanya itu pergi?

Apakah pekerjaan kantornya lebih penting sampai tidak bisa menemani istrinya yang sedang sakit?

"Kak, Papa kenapa nggak pulang?" tanya Amanda yang duduk di kasur samping Mamanya tidur.

"Pasti lagi ngurusin kerjaannya," jawab Aurel. Sebenarnya ia juga tidak tahu alasan Papanya kenapa tidak pulang.

"Pekerjaannya emang lebih penting dari kita ya?"

Dadanya terasa sesak mendengar pertanyaan dari Amanda. Aurel mengusap puncak kepala adiknya penuh kasih sayang.

Sebuah ide terlintas di kepalanya. Aurel berdiri dari duduknya, "Amanda jagain Mama ya. Kalau ada apa-apa, kakak kabari."

"Kakak mau kemana?" tanya Amanda.

"Ke kantor Papa," jawab Aurel sambil memakai jaketnya. "Kakak pergi dulu ya," pamitnya sebelum keluar kamar.

Aurel berlari menuruni tangga. Cewek itu mengambil kunci motor di atas kulkas lalu berjalan cepat keluar rumah.

Sebuah mobil berhenti di pekarangan rumahnya ketika Aurel mengeluarkan motor dari dalam garasi.

Seseorang turun dari mobil. "Bang Arjun?"

Arjun menghampiri Aurel. "Rel, gue mau ngo-"

"Maaf Bang, aku buru-buru," potong Aurel yang sudah siap menyalakan motornya.

"Lo mau kemana?" tanya Arjun.

"Ke kantor Papa."

"Gue anterin."

---

Arjun berusaha menyejajarkan langkah cepat Aurel. Semua orang yang ada di kantor menunduk hormat pada Aurel--anak pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Aurel tersenyum membalas sapaan mereka.

Ting!

Mereka berdua masuk ke dalam lift. Aurel menekan angka di mana letak kantor Papanya. Kedua kaki Aurel tidak bisa berhenti bergerak.

Sungguh, Aurel benar-benar gelisah saat ini. Ia harus memberi tahu keadaan Mamanya dan segera pulang bersama Papanya.

Arjun yang berada di samping Aurel mengerti kegelisahan cewek itu. Tangannya terulur menggenggam tangan Aurel membuat cewek itu menoleh ke arahnya.

Aurel tersenyum melihat Arjun yang tersenyum. "Bang, Mama sakit dan Papa tiga hari ini nggak pulang," ucapnya.

Arjun mengusap puncak kepala Aurel. "Mama lo pasti cepet sembuh. Lo jangan gelisah ya. Semua akan baik-baik aja."

Aurel mengangguk. Dirinya sedikit merasa lebih tenang sekarang. Benar apa yang dikatakan oleh Arjun.

Semuanya akan baik-baik saja.







🌿

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

05-04-2020

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang