BAB 7

237 25 0
                                    

Arjun berdehem lalu mengangkat ponselnya. Memencet tombol panggilan video di layar ponselnya. Tangan Arjun yang terangkat akan melambaikan tangan malah menyisir rambut tebalnya ke belakang.

"Hai, Rel."

Aurel terkekeh. "Mana si Pus?"

"Yahh, yang dicariin Pus doang?"

Aurel tertawa. "Lah tadi katanya mau video call biar aku bisa liat si Pus."

Arjun mendengus. Cowok itu berjalan mendekati jendela kamarnya. Mengganti kamera depan dengan kamera belakang. Arjun membuka tirai jendela.

"Keliatan nggak?"

Aurel menggeleng.

"Pasti si Pus udah tidur Rel. Lo sih nelponnya telat."

Aurel berdehem. "Ekhem, mon maap. Yang nelpon anda duluan ya."

Arjun tertawa. Tiga jari tangan kanannya mengusap layar ponsel dari atas ke bawah, menangkap layar ponsel yang sedang menampilkan wajah Aurel.

Arjun mengganti kamera belakangnya dengan kamera depan. "Kalo gue bangunin Pus, nanti dia gigit."

"Biarin," Aurel menjulurkan lidahnya.

Arjun tertawa kecil. "Gitu lo. Nggak sayang sama gue?"

"..."

"Rel?"

---

"Gitu lo. Nggak sayang sama gue?"

Bruk!

Ponsel Aurel terjatuh di atas karpet. Tangannya begitu lemas untuk menggenggam ponselnya yang ringan. Aurel tersadar. Ia langsung mengambil ponselnya.

"Hehe, sorry bang." Aurel melirik ke arah jam dinding. "Ehh, udah jam sepuluh, Bang. Udah ya, daaa."

Aurel menutup teleponnya padahal Arjun belum menjawabnya. Jantung Aurel berdegup kencang.

"Astaga, jantung aku lagi lari maraton apa ya?"

---

Aurel melambaikan tangan pada sahabat-sahabatnya. "Ingat ya, rindu itu berat. Jadi, jangan rindu. Kangen aja," ucap Aurel.

Fily mengulurkan tangannya. Cewek itu terisak tapi tidak mengeluarkan air matanya, seperti biasanya. "Aurel."

"Heh, maaf saya nggak kenal sama kamu," balas Aurel. "Kapan kalian menampung gembel baru di mall?"

Tawa mereka berderai. Fily mencebikkan bibirnya. "Jahat."

"Ya udah, byee, sahabat-sahabatku," Aurel melambaikan tangannya. Mobilnya melaju meninggalkan pekarangan rumah Nita.

"Kak," Aurel menoleh ke kanan. "Amanda pengen deh punya sahabat-sahabat kayak sahabatnya kakak."

Aurel tertawa. "Iya. Tapi, cari yang rada sehat ya, Nda."

Amanda memiringkan kepalanya bingung. "Mereka sakit semua?"

Aurel tertawa, "iya, emang rada sakit."

"Sakit apa?"

"Jiw-"

"Kak," tegur Shafa, mamanya.

Aurel nyengir lebar. "Agak miring."

"Miring gimana?"

"Besok kalo Amanda udah gedhe tahu kok. Itu sakitnya parah."

Amanda menepuk-nepuk lengan Aurel. Adiknya yang baru berumur delapan tahun itu menatapnya sedih. "Yang sabar ya kak. Semoga sahabat-sahabat kakak cepet sembuh."

Tawa Aurel meledak. Ia tidak yakin, sifat sahabat-sahabatnya yang aneh itu akan sembuh. Satu hal yang Aurel tahu, sifat aneh mereka akan bertambah parah, bukannya berkurang.

---

Baru menginjakkan kaki beberapa langkah di lantai lobby bandara, Aurel menghentikan langkahnya. Ia mengedarkan pandangannya. Sepertinya ia tadi mendengar seseorang memanggil namanya.

"Aurel!"

Ehh, benar ternyata ada yang memanggil namanya.

Aurel menyipitkan matanya melihat tangan yang melambai ke arahnya. Siapa orang yang tertutup kerumunan orang banyak itu?

Aurel terkejut. "Bang Arjun?"

Arjun berlari menghampiri Aurel setelah berhasil keluar dari keramaian. Arjun mencium punggung tangan orang tua Aurel dan menyalimi Amanda.

"Tante, Om, boleh pinjem anaknya sebentar?"

Shafa tersenyum jahil lalu mengangguk. "Iya deh. Kak, nanti nyusul ya," ucap Mamanya sebelum melanjutkan langkahnya.

Aurel mengangguk patuh. Ia menatap Arjun bingung. "Kenapa kesini Bang?"

"Gue mau ketemu sama lo."

"Haa?"

Arjun menarik tangan Aurel lalu memeluknya erat. Setidaknya, Arjun dapat menyimpan rasa rindunya untuk seminggu ke depan setelah melepaskan pelukannya.

"Hati-hati," bisik Arjun.

Aurel mengangguk. Ia membalas pelukan Arjun. "Bang Arjun jangan lupa kasih makan Pus. Jangan lupa mandiin Pus. Jangan lu-"

Arjun berdecak. "Pus doang yang lo khawatirin?"

Aurel menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang Arjun. "Terus siapa lagi?"

"Gue."

Gue bakal kangen sama lo, Rel.

Kenapa Arjun tidak sanggup mengatakan kalimat itu?

Arjun melepaskan pelukannya. Mengusap lembut puncak kepala Aurel. "Hati-hati ya."








🌼🌼🌼

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

20-03-2020

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang