BAB 11

220 21 6
                                    

Aurel dan sahabat-sahabatnya bermain di rumah Nita. Ide jahil mereka muncul ketika melihat Aldo, kakak Nita yang sedang tidur di sofa ruang keluarga.

Mereka berjalan mengendap-endap mendekati Aldo. May menaruh kecoa mainan di atas dada bidang Aldo. Aurel mengeluarkan tikus mainan dari dalam kresek lalu menaruhnya di sekitar Aldo.

Nita menaruh cicak mainan di hidung Aldo. Mereka berjalan menjauh. Tak lama, Nita memekik. "Astaga, banyak banget kecoanya!"

Aldo langsung membuka matanya. "Aaa!"

Cowok itu melompat-lompat di atas sofa. "Tikus, ehh, tikus!" latah cowok berumur enam belas tahun itu.

Aldo menoleh ke arah adik dan keenam sahabat adiknya yang sedang menertawakannya.

Aldo memberanikan diri mengambil kecoa yang ada di kakinya. Aldo menggeram mengetahui itu kecoa mainan.

"Nita, Aurel, Raisa, Fily, May, Tiwi, Nur!"

Aldo mengambil payung yang ada di sudut ruangan. Ia berlari untuk memukul satu per satu adik dan sahabat-sahabat adiknya itu.

"Ampun Bang!"

---

"Bang Aldo, bukain!"

"Bang Aldo!"

"Bukain pintunya, Bang!"

"Huaa, di sini gelap banget!"

"Bang, di sini banyak lalatnya!"

Teriak mereka sambil menggedor-gedor pintu. Setelah Aldo berhasil menangkap mereka, cowok itu memasukkan mereka ke dalam gudang.

"Nggak!" teriak Aldo.

"Makanya jangan ganggu gue kalo lagi tidur. Sekali lagi kalian ganggu gue, gue taruh kalian di dalam situ seminggu nggak gue kasih makan!"

Mereka meneguk ludah susah payah. "Kejam."

Fily menangis histeris. Mereka bingung harus menenangkan sahabat mereka itu bagaimana. Fily takut ruangan sempit dan gelap.

"Bang, bukain! Fily nangis," teriak Nur.

"Nggak peduli!" ketus Aldo.

Raisa yang memang lebih kuat daripada keenam sahabatnya berusaha mendobrak pintu. "Bang, bukain!"

"Nggak!"

Raisa berhenti mendobrak pintu. Sebuah ide muncul di otaknya. "Astaga, Nita!" pekik Raisa.

Cewek itu mengibaskan tangannya. "Cepet pura-pura pingsan!" ucap Raisa berbisik.

Nita mengangguk dan menuruti ucapan Raisa. "Bang Aldo, Nita pingsan nih!" pekik Nita dramatis.

"Lebay banget sih ni anak!" gerutu May. Cewek itu ikut berteriak, "astaga, Nita pingsan!"

Nita sempat memukul May yang berteriak tepat di samping telinganya sebelum berpura-pura pingsan.

"Ya ampun Nita, jangan pingsan!" pekik Tiwi.

Nita membuka kedua matanya dan mengangkat kepalanya. "Aku cuma pura-pura kok. Tenang aja."

"Tau!" geram Tiwi. "Cepet pura-pura lagi!"

"Nita, huhu!" teriak Nur pura-pura sedang menangis.

"Bang Aldo, Nita pingsan!" mereka berenam menutup kedua telinga mendengar suara teriakan Aurel.

"Buset kayak toa," gumam Tiwi.

Tak lama, pintu gudang terbuka. Terlihat Aldo yang cemas. "Nita!" Cowok itu menghampiri adiknya yang pingsan. Ralat, pura-pura pingsan.

Aldo menepuk pipi Nita. "Nita bangun!"

"Keluar, keluar!" ucap Aurel tanpa mengeluarkan suara.

Nita membuka sedikit matanya. Setelah yakin sahabat-sahabatnya sudah keluar, Nita mendorong Aldo hingga cowok itu terjatuh.

Nita berlari keluar dan menutup pintu gudang, mengunci kakaknya sendirian di dalam sana.

Cewek itu berlari kencang keluar dari pekarangan rumah menyusul sahabat-sahabatnya menuju tempat favorit mereka.

---

"Assalamualaikum, Aurel pulang!"

Aurel berjalan menuju dapur dan mencium punggung tangan Shafa yang sedang memasak makan malam.

"Kok baru pulang kak?" tanya Shafa.

Aurel tertawa mengingat kejadian di rumah Nita. "Iya, Ma. Tadi mau pulang dari taman ke rumah Nita tapi takut sama abangnya. Bang Aldo serem banget tau, Ma."

"Kalian jailin abangnya Nita kan?" tebak Shafa yang tahu betul kebiasaan anaknya dan sahabat-sahabatnya itu.

Aurel menceritakan apa yang dilakukannya dan sahabat-sahabatnya. Shafa tertawa sambil menggeleng takjub. "Astaga, kalian itu. Kurangin deh jahilnya."

Tok, tok, tok!

Terdengar suara ketukan pintu. Aurel membukakan pintu rumahnya. Sedikit terkejut melihat Arjun yang malam-malam datang ke rumahnya.

"Ehh, ada apa Bang?"

Arjun menyerahkan kantong plastik yang ia bawa tadi. "Nih, buat lo."

"Apa ini?" Aurel menerima kantong plastik lalu membukanya. "Kebab!" pekiknya senang.

Arjun terkekeh. "Gue tadi jalan-jalan terus lihat ada pedagang kebab. Gue tau lo suka banget sama kebab. Gue beliin deh."

Aurel tersenyum lebar, "makasih Bang!"

Arjun menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Besok...jalan-jalan yuk!"

"Ehh, jalan-jalan?"

"Iya. Ehh, emm, sama yang lain juga kok, hehe."

"Ohh," Aurel mengangguk. Aku kira berdua aja.

"Mau?" tanya Arjun.

"Emang kemana bang?"

"Ke pasar malem."

Aurel mengangguk semangat. "Aku ajak Amanda ya?"

"Iya ajak aja nggak papa," Arjun tersenyum melihat Aurel yang tersenyum lebar.

Kenapa sekarang Arjun menjadi gugup?

"Emm, ya udah. Gue pulang dulu," pamit Arjun langsung.

Cowok itu tak mau berlama-lama di dekat Aurel. Ia masih sayang dengan jantungnya. Iya, karena berada di dekat Aurel membuat jantung Arjun berdegup sangat kencang.

"Hati-hati Bang!" Aurel tersenyum.

Please, jangan senyum. Meleleh nih gue.

Arjun berjalan mundur dan tak sengaja tersandung meja yang ada di belakangnya.

Bruk!

Aurel tertawa melihat Arjun terjatuh, "kan aku bilang hati-hati Bang!"

Duh, malu gue!










🌿

Hai, terima kasih masih menunggu cerita ini update. Aku tahu, cerita ini pembacanya emang belum banyak. Tapi, aku akan tetap menyelesaikan cerita ini sampai lengkap

Buat yang sudah membaca sampai bab ini, aku ucapkan banyak terima kasih. Insyaallah, aku akan update setiap hari karena aku udah nabung chapter cukup banyak


Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

3-04-2020

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang