BAB 24

196 21 0
                                    

Raisa, May, Tiwi, Fily, Nur, dan Nita. Enam cewek itu bersembunyi di balik pohon dekat sebuah gudang yang tak terpakai.

Mereka memakai pakaian serba hitam lengkap dengan masker untuk menutupi wajah. Tiwi menyalakan sebuah korek lalu menyulut petasan yang sudah mereka gantung di ranting pohon.

Sebelum terdengar bunyi petasan yang memekakan telinga, mereka berjalan mendekat ke arah gudang itu. Menempelkan punggung ke tembok agar tidak ketahuan.

Tak lama terdengar suara petasan

Dor!

Dor!

Dor!

Yap, jebakan mereka berhasil.

Mereka langsung melempar plastik berisi air yang dicampur dengan bubuk cabai ke beberapa orang yang keluar dari gudang itu.

"Hei, siapa kalian?!"

"Aduh mata gue!"

"Pedes!"

"Masuk!" ucap Raisa tanpa mengeluarkan suara. Mereka berlari masuk ke dalam gudang dan langsung mencari Aurel.

"Aurel!"

"Aurel!"

"Aurel!"

Mereka kembali ke tengah ruangan. "Aurel nggak ada dimana-mana," lapor May.

"Gaes..." panggil seseorang dengan lirih.

Mereka membalikkan badan. "Aurel!"

Seseorang yang berdiri di belakang Aurel mendorong cewek itu hingga jatuh tersungkur. Nur dan Fily segera membuka ikatan pada kaki dan tangan Aurel.

"Hebat juga ya kalian masih anak SMP tapi udah pinter buat rencana nyelametin sahabat kalian dari penculikan," Vita tersenyum miring.

"Tapi gue juga nggak bodoh sampe kalian bisa dengan mudah gagalin rencana penculikan ini."

"Kakak yang culik Aurel?"

Vita tersenyum ke arah Tiwi. "Ehh mantan calon adik ipar. Gimana yaa? Bisa dibilang gitu sih? Kaget nggak kalo gue yang ngerencanain?"

"Kenapa kakak nyulik Aurel?!" seru Tiwi.

Vita tertawa garing. "Kepo banget sihh."

Cewek itu menggerakkan jari lentiknya "Tangkap mereka semua!" suruhnya pada beberapa orang yang berdiri di belakangnya.

Tak ada yang bergerak, Vita menoleh dengan kesal. "Cepetan!"

"Tangkap dia!" ucap Raisa tersenyum miring.

Vita membelalakkan kedua matanya ketika orang-orang itu malah menangkapnya. "Ehh, saya ini bos kalian!" seru cewek itu.

Seseorang yang berdiri di depan Vita mengeluarkan sebuah kartu tanda pengenal. "Saya bukan orang suruhan Anda. Saya seorang polisi."

Yap, mereka adalah seorang polisi yang menyamar sebagai penculik. Vita tidak tahu bahwa sebelumnya gudang itu sudah dikepung polisi.

Flashback On

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Beberapa orang yang diperintahkan untuk menculik Aurel sedang berpesta minuman.

Brak!

Para penculik tersentak kaget dan berusaha kabur dari sana melihat gudang itu sudah dikepung oleh puluhan polisi. Tak ada satupun penculik yang berhasil kabur.

Mereka langsung dibawa ke kantor polisi. Sekitar dua puluh orang polisi menyamar sebagai penculik agar bos dari para penculik tidak mencurigai mereka.

Salah satu dari polisi itu mendekat ke arah Aurel yang ketakutan. "Nona Aurel, saya dari kepolisian," ucapnya sambil menunjukkan kartu identitas polisinya.

"Saya disuruh oleh Tuan Setiawan untuk menyelamatkan kamu. Untuk sekarang, kami tidak bisa membawa kamu. Kita akan menjebak orang yang telah menculik kamu dengan rencana yang sudah dibuat oleh Tuan Setiawan."

Aurel menghela napas lega. Ia tersenyum lalu mengangguk.

Malam telah berganti pagi. Seorang cewek menurunkan jendela mobil melihat enam orang yang sedang mengamati dari jauh gudang tempat ia menculik seseorang.

Vita tersenyum miring. Ia menempelkan ponselnya ke telinga, "bawa dia pergi dari sana."

Flashback off

Raisa tersenyum miring. "Jadi, di sini siapa yang lebih pinter? Kita yang masih anak SMP atau kakak?"

Vita memberontak. Ia mencoba melepaskan diri dari dua orang yang memeganginya. "Kurang ajar!" Lepasin gue! Lepasin!"






🌿

Maaf ya kalo kurang greget, hehe

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang